Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Kognitif » 13 Aspek Kognisi Dalam Konseling

13 Aspek Kognisi Dalam Konseling

by Bernadet Maress

Istilah kognisi diambil dari kata cognition yang memiliki arti mengetahui. Sedangkan dalam arti yang luas, kognisi merupakan penataan, perolehan dan juga penggunaan pengetahuan. Sedangkan dalam perkembangan berikutnya, istilah kognitif sendiri lebih dikenal dengan sebuah wilayah psikologis manusia yang mencakup perilaku mental berhubungan dengan pertimbangan, pemahaman, pengolahan informasi, keyakinan dan pemecahan masalah dimana peran kognisi dalam diri manusia menjadi sangat penting untuk membentuk individu.

Kejiwaan yang berhubungan dengan otak tersebut juga berhubungan dengan kehendak atau konasi dan juga perasaan atau afeksi yang saling berhubungan. Kemampuan kognitif adalah sesuatu yang sangat fundamental dan juga menjadi pembimbing untuk setiap orang. Kemampuan kognitif membuat seseorang bisa dipandang sebagai individu yang akan secara aktif membangun pengetahuan. Lalu, apa saja aspek kognisi dalam konseling?, berikut ulasan dari kami selengkapnya.

Pengertian Konseling Kognitif

Piaget melihat jika seseorang memiliki peran aktif dalam menyusun pengetahuan tentang realita, maka orang tersebut tidak akan pasif saat menerima informasi. Meski proses berpikir dalam konsepsi tentang realitas sudah dimodifikasi dengan pengalaman dunia sekitar, akan tetapi seseorang bisa juga memiliki peran aktif saat menginterpretasikan informasi yang didapat lewat pengalaman dan juga dalam mengadaptasikan pengalaman tersebut serta konsepsi mengenai dunia yang sudah dimiliki.

Piaget mempercayai jika pemikiran seseorang akan berkembang lewat beberapa tahap atau periode yang akan terus berkembang dengan kompleks. Dari teori tahapan Piaget, masing masing individu nantinya akan melalui serangkaian perubahan kualitatif yang memiliki sifat invariant, selalu tetap, tidak melompat dan juga tidak mundur.

Perubahan kualitatif tersebut bisa terjadi karena tekanan biologis supaya bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan juga organisasi struktur dalam berpikir.

Untuk memperlihatkan struktur psikologi kognitif berdasarkan pola tingkah laku yang terorganisir, Piaget lalu memakai istilah skema dan adaptasi sehingga mengartikan kognitif adalah sistem yang selalu terorganisir dan diadaptasi sehingga seorang individu nantinya juga bisa beradaptasi dengan lingkungan.

Aspek Konseling Kognitif

Menurut Taksonomi Bloom yang kemudian di revisi David R. Krathwohl pada jurnal Theory into Practice, aspek kognitif terbagi menjadi beberapa jenjang atau tahapan seperti berikut ini.

  1. Remembering [Mengingat]

Remembering atau mengingat adalah proses kognitif untuk tahapan awal dan menjadi pengingat serta menjadi bagian yang bermakna sehingga membutuhkan beberapa tips meningkatkan daya ingat sejak dini. Remembering atau mengingat juga selalu dihubungkan dengan aspek pengetahuan yang jauh lebih luas dan tidak hanya sebagai sesuatu yang terisolasi atau terlepas.

Dalam kategori ini mencakup dua jenis proses kognitif yakni mengenali atau recognizing dan juga mengingat. Sedangkan kata operasional mengetahui yakni melakukan identifikasi, mengutip, menggambarkan, menjelaskan, menyebutkan, memasangkan dan menamai.

  1. Understanding [Memahami]

Pertanyaan pemahaman akan menuntut seseorang untuk memperlihatkan jika ia sudah memiliki pengertian yang cukup untuk menyusun beberapa materi yang sudah diketahui dimana sudah mulai bisa terlihat dalam perkembangan kognitif anak usia dini.

Setiap orang juga harus memilih beberapa fakta yang pas atau cocok untuk bisa menjawab pertanyaan. Jawaban dari seseorang nantinya tidak hanya digunakan sebagai pengingat kembali sebuah informasi, akan tetapi lebih kepada memperlihatkan pengertian pada materi yang sudah diketahui. Kata lain dari memahami atau understanding yang dimaksud disini adalah meringkas, menafsirkan, menjelaskan, mengklasifikasikan, membandingkan dan juga membeberkan.

  1. Applying [Menerapkan]

Pertanyaan tentang penerapan atau applying meliputi pemakaian sebuah prosedur untuk menyelesaikan sebuah masalah yang sedang terjadi atau dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Untuk itu, mengaplikasikan berhubungan erat dengan pengetahuan prosedural tetapi tidak berarti jika kategori tersebut hanya sesuai pada pengetahuan prosedural saja.

Kategori ini juga meliputi dua macam proses kognitif yakni menjalankan dan juga melakukan implementasi. Sedangkan menerapkan yang dimaksud disini adalah menjalankan, mendeteksi, melakukan, mempraktekan, membedakan, memulai, menyusun dan juga menyelesaikan.

  1. Analyzing [Menganalisis]

Analisis atau analysing yang masuk dalam psikologi sastra ini menguraikan tentang sebuah masalah atau objek pada beberapa unsur dan menentukan bagaimana keterkaitan antara beberapa unsur tersebut. Menganalisis yang dimaksud disini adalah mengubah struktur, membandingkan, menyusun outline, melakukan organisir, menyusun ulang, membuat kerangka, mengubah struktur dan menguraikan.

  1. Evaluating [Mengevaluasi]

Melakukan evaluasi atau evaluating merupakan pertimbangan yang dilakukan atas dasar kriteria dan juga standar yang ada. Proses kognitif pada hal ini terdiri dari dua kategori yakni memeriksa dan juga melakukan kritik. Kata mengevaluasi yang dimaksud disini adalah memberikan kritik, menyusun hipotesi, menguji, menilai, menyalahkan, memprediksi dan juga membenarkan.

  1. Creating [Membuat]

Membuat atau creating merupakan proses menggabungkan beberapa unsur menjadi satu kesatuan dan memiliki 3 jenis proses yakni membuat, merencanakan dan juga memproduksi yang termasuk dalam macam macam bakat. Arti kata mencipta ini memiliki arti merancang, merencanakan, membangun, membaharui, memperindah, menemukan, memperkuat, menyempurnakan dan juga menggubah.

  1. Menangkap Pesan

Seorang konselor juga dituntut untuk bisa menerima dengan cepat, tepat, akurat dan komperhensif mengenai beberapa pesan verbal serta non verbal yang disampaikan oleh konseli.

Dalam proses ini, konselor sangat diharapkan untuk tidak melupakan satu atau bahkan lebih pesan yang sudah disampaikan. Apabila pesan terlalu panjang, maka bisa memakai teknik komunikasi dimana peran psikologi komunikasi dalam hubungan antar manusia bisa berupa penyimpulan atau summary bagian, parafrase dan juga beberapa teknik lain yang berhubungan. Apabila tidak yakin dengan isi pesan yang sudah disampaikan, maka bisa memakai clarrification atau teknik lainnya.

  1. Menginterpretasi

Pelaksanaan konseling diharapkan bisa didasari dengan sebuah pendekatan konseling baik berupa sebuah pendekatan tertentu atau eklektik dan integratif. Dalam pendekatan ini juga diharapkan bisa diaplikasikan sebuah konsep dari pendekatan konseling sehingga bisa memahami dinamika psikologis yang terjadi di dalam kerangkan acuan internal. Interpretasi pesan bisa mendorong konselor untuk bisa memahami dari sudut pandang internal dan bukan dari kondisi atau situasi eksternal yang sudah dibahas sebelumnya.

Dalam proses tersebut, seorang konselor akan memakai pendekatan Person Centered seperti melihat dan memahami memakai cara yang berbeda dalam segi dinamika psikologis dibandingkan dengan konselor yang memakai pendekatan Reality Therapy. Dalam tahapan ini, konselor juga diharapkan bisa mengintegritasikan antara pesan sehingga bisa didapat pola yang memiliki makna seperti yang terlihat dari perspektif pendekatan konseling tertentu.

  1. Merancang Arah Pembicaraan

Pemahaman seorang konselor pada kondisi internal akan dibimbing dengan pendekatan tertentu yang nantinya sangat diharapkan bisa memberikan nilai implikatif untuk konselor dalam orientasi arah pembicaraan konseling selanjutnya yang masuk dalam macam macam psikologi khusus. Arah pembicaraan tersebut tentunya juga relevan dengan topik pembicaraan sebelumnya atau verbal tracking dan juga dipandu sesuai dengan koridor pendekatan konseling yang sudah diaplikasikan.

  1. Menentukan Teknik Komunikasi Konseling

Arah pembicaraan konseling yang sudah ditentukan selanjutnya diharapkan bisa memilih teknik komunikasi konseling terbaik. Pemilihan ini menjadi sangat penting sebab esensi teknik komunikasi konseling diarahkan supaya bisa menjaga netralitas. Jika teknik komunikasi yang digunakan tidak tepat, maka akan meningkatkan risiko kegagalan dalam proses konseling mengingat inti dari sebuah konseling adalah komunikasi.

  1. Clearing The Ground

Clearing the ground merupakan proses konseling beberapa strategi yang jauh lebih spesifik. Konselor nantinya akan melakukan eksplorasi banyak introyeksi, berbagai modifikasi kontak yang sedang dilakukan dan juga unfinished business. Dalam tahapan ini, konselor akan secara berkelanjutan untuk membangkitkan sekaligus mendorong seseorang untuk bisa mengungkapkan ekspresi pengalaman dan juga emosi dalam psikologi untuk meningkatkan tanggung jawab, kesadaran dan juga memahami unfinished business.

  1. The Existensial Encounter

Dalam tahap the existensial enxounter terlihat dari aktivitas seseorang untuk lebih bisa mengeksplor segala masalah lebih mendalam lagi sekaligus membuat perubahan yang signifikan yang salah satunya membutuhkan kecerdasan linguistik. Ini menjadi masa yang sulit sebab seseorang akan menghadapi beberapa kecemasan diri sendiri, timbul ketidakpastian dan juga beberapa ketakutan yang selama ini masih tersimpan dalam diri seseorang. Selain itu, dalam aspek ini seseorang juga akan berhadapan dengan rasa terancam yang sangat kuat disertai juga dengan perasaan seperti kehilangan harapan untuk bisa hidup lebih mapan.

  1. Integration

Dalam integration, maka seseorang bisa mengatasi beberapa krisis yang sudah di eksplor sebelumnya dan sudah mulai mengintegritaskan seluruh diri, pengalaman dan juga eposi dalam perspektif baru. Seseorang yang sudah bisa menerima sebuah ketidakpastian, ketakutan dan juga kecemasan sekaligus menerima tanggung jawab terhadap diri sendiri, maka langkah tersebut memiliki beberapa proses seperti:

  • Fokus dalam pembuatan kontrak relasi yang cukup memuaskan.
  • Bisa membentuk kembali beberapa pola dalam bimbingan pemahaman dan isight yang baru.
  • Menerima tanggung jawab terhadap hidup.
  • Berhubungan dengan masyarakat serta komunitas dengan cara meluas dan menerima kesempatan untuk menghasilkan makna yang baru.

Teori kognitif didasarkan dari asumsi jika kemampuan kognitif adalah sebuah fundamental yang juga bisa membimbing tingkah laku. Dengan memiliki kemampuan kognisi ini, maka seseorang bisa dilihat sebagai orang yang bisa membangun pengetahuan sendiri mengenai dunia. Sedangkan menurut Piaget, seorang anak memiliki peran aktif dalam menyusun pengetahuan mengenai realitas sehingga seseorang tidak menjadi pasif saat menerima informasi yang diperoleh dari pengalaman dan untuk diadaptasikan pada pengetahuan dan juga konsepsi.

You may also like