Teori konstruktivisme merupakan salah satu teori yang termasuk ke dalam bidang teori psikologi pendidikan, yang kemudian pada prosesnya mengedepankan peningkatan terhadap perkembangan logika dan konseptual pembelajaran terhadap peserta didik. Selain itu, teori konstruktivisme juga menerapkan bahwa belajar merupakan proses yang aktif dan konstruktif, serta mengakui bahwa pemahaman, makna, dan pengetahuan yang mereka miliki adalah berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri.
Dalam teori konstruktivisme ini, ada akomodasi dan asimilasi yang dapat menciptakan konstruksi pengetahuan baru seseorang. Asimilasi disini artinya peserta didik dapat memasukan pengalaman yang baru ke dalam pengalaman lamanya. Dan menyebabkan peserta didik dapat mengembangkan pandangan baru, memikirkan kembali kesalahpahaman yang sempat terjadi, mengevaluasi apa yang penting, sampai pada akhirnya dapat mengubah persepsi mereka.
Adapun akomodasi artinya adalah mengubah dunia dan pandangan baru yang dimilikinya menjadi kapasitas mental yang sudah ada. Peserta didik sudah mampu memahami mode tertentu di mana dunia beroperasi, dan ketika hal-hal tidak beroperasi dengan semestinya dalam konteks tersebut.
Berikut ini merupakan tokoh-tokoh dari teori konstruktivisme beserta pemikiran besar mereka terhadap teori tersebut.
1. Jean Piaget
Jean Piaget merupakan seorang ilmuwan psikologi yang dikenal sebagai tokoh teori konstruktivisme pertama. Menurut Piaget, teori konstruktivisme menyatakan bahwa kecakapan intelektual yang didapat oleh setiap individu atau peserta didik akan berhubungan dengan proses pencarian keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat merupakan suatu fenomena atau pengalaman baru sebagai suatu persoalan atau pengalaman.
Selain itu, Piaget juga menegaskan bahwa penekanan dari teori konstruktivisme ada pada proses untuk menemukan teori dan pengetahuan yang dibangun dari kenyataan atau realita yang ada pada seseorang. Menurutnya, pada saat proses mengkonstruksi pengetahuan, harus dilandasi dengan adanya :
- Skema (konsep yang digunakan saat seseorang berinteraksi dengan lingkungannya)
- Ssimilasi (proses kognitif seseorang dimana seseorang dapat mengintegrasi persepsi atau pengalaman baru mereka kedalam pola atau pengalaman lama yang sudah ada dalam pikirannya)
- Skomodasi (membentuk skema yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada supaya cocok dengan rangsangan yang baru atau yang telah ada)
- Ekuilibrasi ( ekuilibrasi atau keseimbangan yang terjadi antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan atau menggabungkan pengalaman luar dengan struktur didalamnya) yang harus dimiliki peserta didik agar tercipta konstruksi pengetahuan yang baru.
2. Lev Vygotsky
Lev Vygotsky juga merupakan salah satu tokoh utama dari teori belajar konstruktivisme. Vygotsky mengemukakan bahwa teori konstruktivisme merupakan teori yang menyatakan bahwa dalam setiap tahapan pembelajaran terdapat perbedaan kemampuan anak, dan mementingkan perkembangan kognitif anak sebagai makhluk sosial, dan merupakan bagian integral dari masyarakat.
Kemudian, Vygotsky menyebut konsep ini sebagai Zone of Proximal Development (ZPD), yang perkembangan psikologinya bergantung kepada kekuatan sosial luar sekaligus pada kekuatan dari dalam diri seseorang/batin (inner resources). Vygotsky memercayai bahwa adanya proses interaksi sosial dengan orang lain dapat mendorong terbentuknya pengalaman, pemahaman, dan ide-ide baru yang dapat memperkaya perkembangan intelektual pembelajaran seseorang.
Dalam dunia pendidikan, hal ini maksudnya adalah pembelajaran yang berlangsung terjadi melalui adanya interaksi sosial dengan guru atau dengan teman-temannya. Selain itu, Vygotsky juga menyatakan bahwa teori konstruktivisme menekankan bahwa manusia secara aktif menyusun pengetahuannya sendiri, mempunyai fungsi-fungsi mental, dan koneksi sosial dengan lingkungan sekitarnya.
Artinya adalah, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik dalam penggunaan alat berfikir seseorang tidak bisa lepas dari pengaruh sosial budaya, dan interaksi yang terjadi di dalam lingkungan sekitarnya.
3. John Dewey
Menurut John Dewey, teori konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang bergantung pada minat serta pengalaman yang dimiliki peserta didik dan topik dalam kurikulum pembelajaran harus saling terintegrasi (bukannya terpisah) ataupun tidak memiliki kaitan satu sama lainnya.
Menurut Dewey, pembelajaran konstruktivisme menekankan pembelajaran yang aktif terhadap peserta didik dengan membiarkan mereka terlibat secara langsung dengan lingkungan sekitarnya. Karena dengan membiarkan mereka terlibat langsung dengan lingkungan sekitarnya, maka dapat membuat para peserta didik terdorong untuk lebih mengeksplorasi berbagai peristiwa yang ada di dalamnya.
Selain itu, Dewey juga menyarankan pengunaan media sebagai sarana belajar agar dapat mendukung proses pembelajaran bagi peserta didik. Penggunaan media dalam teori pembelajaran ini dapat dibuat sendiri dengan melibatkan peran peserta didik di dalamnya. (Sugihartono, Kartika Nur Fathiyah, Farida Harahap, Farida Agus Setiawati, dan Siti Rohmah Nurhayati, 2007: 108). Maka dari itu Dewey mengatakan bahwa belajar itu bergantung pada minat peserta didik itu sendiri.
4. Jerome S. Bruner
Jerome S. Bruner merupakan seorang ahli teori psikologi perkembangan dan psikologi belajar kognitif. Oleh sebab itu, dalam teori konstruktivisme, salah satu perkembangan dari teori Bruner dalam aliran psikologi kognitif adalah dengan mengembangkan suatu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh sehingga disebut dengan belajar penemuan.
Menurut Bruner, teori konstruktivisme merupakan teori pendidikan dengan mengembangkan pola pikir atau cara berpikir peserta didik. Dalam teorinya tersebut, Bruner lebih banyak memberikan pandangannya mengenai perkembangan kognitif setiap individu, bagaimana cara individu-individu tersebut belajar, memperoleh pengetahuan, menyimpannya, serta mentransformasikan pengetahuan yang diperolehnya tersebut.
Bruner juga beranggapan bahwa belajar akan lebih berhasil berhasil jika prosesnya diarahkan pada konsep atau struktur yang sudah ada dalam tema yang sedang diajarkan. Dengan begitu, peserta didik akan lebih memahami materi yang sedang diajarkan tersebut.
Menurut Bruner, ada 3 proses yang terlibat dalam pembelajaran, yaitu:
- Mendapatkan informasi baru
- Transformasi informasi
- Menguji apakah informasi yang didapat sudah relevan dengan ketepatan pengetahuan.
Dari keempat tokoh ilmuwan psikologi yang membahas mengenai tepri konstruktivisme, dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivisme merupakan teori pendidikan yang diperoleh melalui proses pencarian pengetahuan, keterampilan dan keseimbangan dengan mengedepankan kemampuan tahap perkembangan kognitif anak yang membiarkan mereka terlibat langsung dalam interaksi sosial di lingkungannya agar mereka dapat menjadi pelajar yang aktif.