Konstruktivisme merupakan suatu pendekatan terhadap belajar yang meyakini bahwa individu secara aktif membangun dan menyusun pengetahuannya sendiri, serta realitasnya di tentukan oleh pengalamannya sendiri. Teori konstruktivisme menjadi salah satu teori dalam aliran-aliran psikologi filsafat pengetahuan yang berasal dari teori belajar kognitif yang menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan).
Selain itu, pembelajaran yang bersifat tindakan menciptakan suatu makna dari apa yang telah dipelajari. Teori konstruktivisme juga melakukan pendekatan yang menunjukkan bahwa pembelajaran akan lebih efektif dan bermakna saat siswa mampu berinteraksi dengan masalah atau konsep.
Menurut Thobroni & Mustofa (2015, hl. 107) menyatakan bahwa teori konstruktivisme memberikan keaktifan terhadap individu untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan (kemampuan) dirinya.
Ada beberapa ciri khas dari karakteristik teori konstruktivisme yang perlu untuk diketahui, diantaranya:
1. Ciri-ciri Teori Konstruktivisme Menurut Yuleilawati (2004)
Dalam bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi, Teori, dan Aplikasi (hl. 54) Yuleilawati mengemukakan bahwa ada beberapa ciri dari pembelajaran kontruktivisme menurut beberapa literatur, diantaranya:
- Pengetahuan dibangun berdasarkan suatu pengalaman maupun pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
- Belajar merupakan suatu penafsiran personal (pribadi) mengenai dunia.
- Belajar merupakan suatu proses yang aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman.
- Pengetahuan berkembang karena adanya perundingan makna melalui berbagai informasi atau sepakat terhadap suatu pandangan dalam interaksi atau bekerja sama dengan individu yang lain.
- Belajar harus disituasikan dalam latar yang realistik (cermat dalam melihat situasi dan peluang), penilaian harus terintegrasi dengan tugas dan bukannya kegiatan yang terpisah.
2. Ciri-ciri Teori Konstruktivisme Menurut Pendapat Siroj R.A (2004)
Dalam jurnalnya (http://www.depdiknas.go.id/ Jurnal/43/rusdy-a-siroj.htm) Siroj R.A mengemukakan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme diantarnya sebagai berikut:
- Teori konstruktivisme mengaitkan keadaan awal pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki oleh peserta didik dengan proses pembentukan pengetahuan melalui pengalaman mereka masing-masing.
- Karena tidak semua peserta didik mengerjakan tugas yang sama dan cara pengerjaan yang sama, maka dalam teori konstruktivisme disediakan berbagai alternatif pengalaman belajar agar para peserta didik dapat memilih sendiri bagaimana cara menyelesaikan satu masalah sesuai pengalaman atau cara yang dipahami olehnya.
- Teori konstruktivisme memungkinkan peserta didik melakukan proses pembelajaran pada situasi yang cermat ketika melihat peluang atau kesempatan (realistik) dan relevan (memiliki sangkut paut atau selaras) dengan melibatkan pengalaman yang nyata (konkret), misalnya dengan menggunakan suatu konsep dari kenyataan atau pengalaman hidup sehari-hari untuk dapat memahami dan mendapatkan pengalaman serta pembelajaran untuk para peserta didik.
- Peserta didik yang melakukam pembelajaran menggunakan teori konstruktivisme dapat memungkinkan terjadinya transmisi sosial. Transmisi sosial sendiri maksudnya adalah ketika terjadinya suatu interaksi dan kerjasama antara peserta didik dengan orang lain atau dengan lingkungannya. Misalnya kerjasama antar siswa dengan siswa, atau kerjasama antara siswa dengan guru.
Selain itu, pembelajaran konstruktivisme bisa dilihat dari ciri-cirinya berikut ini:
- Adanya kerjasama
- Saling menunjang
- Menyenangkan, menarik, dan tidak membosankan
- Belajar dengan penuh gairah
- Pembelajaran terintegrasi
- Menggunakan berbagai sumber untuk belajar
- Para siswa aktif dan sharing dengan teman
- Siswa kritis dan guru kreatif
- Laporan kepada orangtua siswa berbentuk hasil karya siswa, laporan praktikum, karangan siswa, dan rapor siswa
3. Ciri-ciri Teori Konstruktivisme Menurut Paul Suparno (1997)
Paul Suparno menggarisbawahi bahwa ciri-ciri prinsip konstruktivisme diantaranya adalah:
- Pengetahuan dapat dibangun oleh siswa itu sendiri, baik secara individu (personal) ataupun secara sosial.
- Pengetahuan tidak bisa dipindahkan (ditransfer) dari guru ke siswa, kecuali siswa tersebut aktif untuk bernalar dan belajar.
- Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus sampai terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih lengkap, sesuai dengan konsep ilmiah, dan rinci.
- Guru sangat berperan dalam membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi (bentukan) siswa berjalan dengan lancar dan mulus.
Kemudian menurut Glasersfeld, di dalam buku yang sama (Suparno, 1997, hl. 29) menyebutkan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses konstruksi tersebut, diantaranya:
- Kemampuan dalam mengingat, dan menceritakan kembali terhadap suatu pengalaman yang terjadi.
- Kemampuan dalam membandingkan saat mengambil suatu keputusan tentang persamaan dan perbedaan.
- Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman dibandingkan dengan pengalaman yang lain.
4. Ciri-ciri Teori Konstruktivisme Menurut Suderadjat
Menurut pendapat Suderadjat (dalam Sutadi, 2007, hl. 133) mengatakan bahwa konstruktivisme memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut:
- Cara atas bawah adalah siswa dimulai dengan pelatihan mengatasi permasalahan yang saling berhubungan selama di cari jalan keluarnya dengan dibantu guru untuk diselesaikan mengikuti implementasi psikologi pendidikan dalam sistem pendidikan yang dipakai.
- Metode pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah bentuk kontruktivisme yang menerapkan pelatihan koperatif. Dengan seperti itu, siswa akan mampu menguasai konsepsi yang sulit didiskusikan atau yang sedang dibahas dengan kelompok.
- Pembelajaran generatif dipakai untuk strategi pendekatan konstruktivisme. Dalam pendekatan ini, murid di tuntut untuk menggunakan pendekatan secara khusus agar menyelesaikan peranan intelektual dengan menunjang arahan yang terbaru.
- Scaffolding didasari oleh teknik teori belajar Vygotsky mengenai pelatihan dengan pembimbing pendidik.
- Pembelajaran lewat pengaruh karakter diterapkan sebab strategi konstruktivisme memiliki pandangan bahwa murid merupakan wujud yang idealis (pribadi yang dapat mengontrol perasaannya).
- Pembelajaran yang dilakukan lewat cara menemukan. Hal ini dilakukan dengan harapan murid melakukan pelatihan secara mandiri, sungguh-sungguh dan melakukan setiap teknik keterampilan konsepsi supaya murid mampu mendapat rancangan yang terbaru.
Pada kesimpulannya, ciri-ciri teori konstruktivisme adalah pembelajaran yang dibangun berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, serta melatih murid belajar mencari solusi dan mengatasi masalahnya sendiri.