Di dunia pendidikan, ada macam-macam teori belajar dalam psikologi yang membuatnya menjadi memiliki banyak perbedaan dengan teori pembelajaran lainnya. Hal ini karena setiap ahli memiliki anggapan dan pendapatnya sendiri terkait cara pandang mereka terhadap pemerolehan suatu proses belajar pada manusia.
Salah dua dari contohnya adalah teori belajar kognitif dan teori belajar konstruktivisme. Memahami keduanya akan memudahkan kita semua dalam melihat segala persoalan dalam dunia pendidikan.
Berikut ini merupakan beberapa perbedaan yang ada antara teori kognitif dan teori konstruktivisme.
Teori konstruktivisme
- Menekankan bahwa individu mendapatkan suatu hasil belajar melalui pengalaman-pengalamannya.
- Menyatakan bahwa mampu mengetahui cara membentuk mental yang kuat dan aktivitas sehari-hari setiap individu memiliki peranan yang penting dalam membangun dasar-dasar pengetahuan mereka.
- Memiliki pandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku. Setiap individu dianggap telah belajar sesuatu apabila individu tersebut telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku dalam dirinya.
- Menyatakan bahwa tujuan belajar dan cara memotivasi diri sendiri ditentukan baik oleh peserta didik (intrinsik) komunitas atau kelompok (ekstrinsik).
- Menyatakan bahwa pembelajaran dapat terjadi melalui belajar kolaboratif yang difasilitasi dan dibimbing oleh guru, maupun kerja kelompok antar murid.
Teori kognitif
- Beranggapan bahwa setiap individu mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan dilihat dari proses yang dilaluinya, dan bukan dari hasil akhirnya.
- Menyatakan bahwa proses belajar tidak hanya mengandakan rangsangan (stimulus) dan respon, melainkan juga mengandalkan suatu proses berpikir yang sangat kompleks. Selain itu teori kognitif juga menyatakan bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dari dalam diri setiap individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan orang-orang dan lingkungan sekitarnya.
- Kegiatan-kegiatan belajar terjadi sesuai dengan tahap-tahap perkembangan tertentu, umur setiap individu, proses asimilasi (membaurnya satu kebudayaan disertai dengan hilangnya ciri kebudayaan asli, sehingga terbentuk kebudayaan yang baru), akomodasi (penyesuaian sosial dalam interaksi antara individu dan kelompok manusia untuk meredakan perselisihan), dan equilibrasi (dorongan kearah keseimbangan secara terus-menerus agar mendapat adaptasi yang maksimal).
- Peserta didik harus menyusun tujuan, pencapaian, atau apapun pengetahuan atau keterampilan yang ingin dikuasi olehnya dan mendorong dirinya sendiri untuk belajar dengan tekun.
- Guru memfasilitasi pembelajaran dengan memberikan peserta didik lingkungan yang dapat mendorong penemuan dan asimilasi atau akomodasi pengetahuan peserta didik.
Dari ke dua teori belajar tersebut, tidak ada istilah lebih baik atau kurang baik. Yang ada adalah ke duanya jelas memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang menjadikan teori konstruktivisme dan teori kognitif memiliki karakteristik uniknya sendiri.
Semua kembali lagi kepada para tenaga pendidik dalam memilih dan menentukan jenis-jenis metode pembelajaran mana yang sekiranya tepat dan sesuai dengan tujuan, karakteristik peserta belajar, serta kondisi lain yang mungkin dapat mempengaruhi proses pembelajaran kepada peserta didik.