Teori konstruktivisme merupakan salah satu teori dari macam-macam teori belajar dalam psikologi filsafat pengetahuan yang berasal dari teori belajar kognitif yang menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan) diri sendiri.
Menurut teori ini, pengetahuan tidak bisa dipindahkan atau dikirim dengan begitu saja dari pikiran guru kepada pikiran peserta didik. Maka dari itu, peserta didik harus siap secara mental, dan aktif dalam membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kesiapan dan kematangan kognitif yang mereka miliki.
Sejauh ini, ada beberapa kelebihan dalam teori konstruktivisme yang membuatnya masih digunakan hingga saat ini. Diantaranya adalah:
Kelebihan Teori Konstruktivisme
1. Memberi kesempatan mengutarakan pendapat
Dalam pembelajaran yang berdasarkan pada teori konstruktivisme, peserta didik diberi kesempatan untuk mengungkapkan rancangan atau gagasannya secara eksplisit (lugas, cermat, dan lantang) dengan menggunakan bahasanya sendiri (menyampaikan pendapat sesuai pemikirannya), saling berbagi pemikiran dan gagasan dengan teman-temannya, dan mendorong peserta didik memberikan penjelasan mengenai gagasan yang diutarakannya.
2. Mendorong berpikir lebih imajinatif dan kreatif
Memberikan pengalaman yang berhubungan dengan gagasan (rancangan yang tersusun di dalam pikiran) yang dimiliki oleh peserta didik atau rancangan kegiatan. Yang disesuaikan dengan gagasan awal peserta didik supaya mereka memperluas ilmu pengetahuannya mengenai suatu contoh fenomena dalam psikologi sosial.
Serta memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena tersebut sehingga peserta didik terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasannya mengenai fenomena yang menantang mereka. Selain itu, pembelajaran konstruktivisme juga memberikan peserta didik kesempatan dalam berpikir mengenai pengalaman yang sudah mereka dapatkan.
Sehingga hal tersebut dapat mendorong peserta didik berpikir lebih kreatif, imajinatif, mendorong refleksi mengenai teori dan model, serta mengenalkan pada mereka gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
3. Mencoba gagasan baru, memperoleh kepercayaan diri dan motivasi
Proses pembelajaran yang berdasarkan pada teori konstruktivisme membuat para peserta didik mendapat kesempatan untuk mencoba gagasan-gagasan baru dan menyampaikan pendapatnya secara lugas. Sehingga dengan adanya kesempatan mencoba suatau gagasan-gagasan baru tersebut, peserta didik dapat terdorong untuk lebih termotivasi dan lebih percaya diri dalam menggunakan konteks yang dikenal maupun konteks asing yang batu dikenal oleh mereka.
Sehingga pada akhirnya dapat memotivasi peserta didik untuk menggunakan berbagai macam strategi belajar. Dalam teori ini, peserta didik diberi kesempatan untuk membina sendiri kefahaman mereka mengenai sesuatu. Hingga inilah yang membuat peserta didik menjadi lebih yakin dan mampu mengatasi bagaiman cara meningkatkan kepercayaan diri terhadap dirinya sendiri.
Serta menjadi lebih berani dalam menghadapi suatu masalah dalam situasi baru dan berani dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
4. Dapat mengidentifikasi perubahan gagasan mereka
Peserta didik diberi kesempatan untuk dapat mengidentifikasi setiap perubahan pada gagasan yang mereka ambil. Oleh sebab itu, dengan adanya kesempatan untuk mengidentifikasi ulang gagasan mereka, maka diharapkan peserta didik dapat terdorong dan lebih termotivasi untuk memikirkan gagasan-gagasan mereka kembali. Dengan hal ini juga dapat membuat peserta didik kemudian menyadari bahwa adanya kemajuan dalam berpikir pada diri mereka masing-masing.
Kefahaman mereka mengenai suatu konsep akan lebih jelas apabila mereka melihat dan terlibat secara langsung dalam pembinaan pengetahuan baru. Para peserta didik yang mampu memahami apa yang telah dipelajarinya maka akan dapat mengaplikasikan pengetahuan barunya dalam kehidupan dan situasi baru ke depannya.
5. Memberikan lingkungan belajar yang kondusif
Pembelajaran dengan menggunakan teori konstruktivisme mempunyai kelebihan mampu memberikan peserta didik sebuah lingkungan belajar yang kondusif, saling menyimak dan mendengarkan satu sama lain, menghindari kesan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar, mendukung peserta didik menyampaikan gagasannya.
6. Dapat menghadapi masalah
Dalam pembelajaran teori konstruktivisme, murid yang mahir berinteraksi sosial dengan orang-orang disekitarnya dibolehkan bekerjasama dengan orang lain dalam menghadapi suatu masalah. Peserta didik yang memiliki kemahiran sosial ini diperoleh apabila peserta didik berinteraksi dengan teman-teman sejawatnya dan guru dalam membina pengetahuan mereka.
Di dalam suatu teori, apabila memiliki beberapa kelebihan, maka akan ditemukan juga di dalamnya suatu kekurangan yang menjadi kendala pada saat pengaplikasiannya.
Kekurangan Teori Konstruktivisme
Adapun beberapa kekurangan yang mungkin timbul dalam penerapan teori belajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kesulitan memberikan contoh yang konkrit dan realistik
Guru seringkali merasa kesulitan dalam memberikan peserta didik contoh-contoh yang konkrit dan realistik ketika dalam proses pembelajaran. Tentu karena hal tersebut, guru didorong untuk harus memiliki kreatifitas yang tinggi dalam menyampaikan materi yang diajarkan kepada peserta didik. Karena memberikan peserta didik contoh-contoh konkrit dan realistik juga merupakan peran guru dalam proses pembelajaran.
2. Sulit untuk mengubah kebiasaan mengajar
Terkadang ada beberapa guru yang tidak mau berubah dalam menggunakan model pengajarannya kepada peserta didik. Hal ini dikarenakan guru sudah merasa nyaman dengan cara pengajaran lama yang sudah biasa digunakannya, yaitu dengan menggunakan model ceramah.
Guru merasa bahwa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional juga sudah bisa membawa peserta didik untuk mendapatkan nilai yang tinggi, sehingga menggunakan model atau cara pembelajaran lainnya dianggap tidak terlalu diperlukan.
3. Membutuhkan lebih banyak waktu
Pada dasarnya, proses pembelajaran berdasarkan konstruktivisme ingin membuat peserta didik menjadi lebih aktif, hal ini terkadang justru menjadi kendala dengan kemampuan kognitif peserta didik yang berbeda-beda, dan kemudian membuat beban guru menjadi lebih berat karena banyaknya beban guru dalam mengajar. Sehingga hal ini lah yang membuat guru berpendapat bahwa menggunakan pembelajaran konstruktivisme membutuhkan waktu yang lebih banyak lagi.
4. Terbatasnya fasilitas
Banyak sekolah-sekolah yang masih terbatas dalam menyediakan fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam mendukung pembelajaran konstruktivisme, seperti belum tersedianya alat-alat laboratorium atau komputer yang cukup memadai untuk jumlah peserta didik yang besar. Sehingga, kurangnya sarana dan prasarana yang terjadi dalam lingkungan sekolah membuat pembelajaran konstruktivisme menjadi kurang mendukung.
5. Terlalu banyak bidang studi
Di luar sana masih banyak guru-guru yang mengajar di luar bidang studi yang sesuai dengan kualifikasinya. Hal ini membuat guru jadi terlalu banyak mempelajari bidang studi yang ada dalam kurikulum pengajaran, sehingga pada akhirnya penguasaan materi yang akan diajarkan oleh guru menjadi kurang memadai.
6. Pemikiran yang berbeda dengan para ahli
Dalam teori pembelajaran konstruktivisme, peserta didik dibebaskan mengutarakan gagasannya sendiri. Sehingga pada akhirnya hal ini akan membuat peserta didik membuat pengetahuan dengan ide atau gagasan mereka masing-masing yang akan berbeda dengan pendapat para ahli di bidangnya.