Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan jiwa dan pikiran seseorang. Menurut para ahli kognitif, motivasi, tujuan seseorang, dan keyakinan lainnya tidak dapat diukur dan direalisasikan tanpa adanya pendekatan psikologi kognitif itu sendiri.
Psikolog kognitif percaya bahwa behaviorisme memiliki teori psikologi karena tidak memperhatikan proses psikologis yang memiliki dimensi kreatif seperti berpikir, memilih dan mengambil keputusan. Oleh karena itu, pendekatan kognitif mempertimbangkan seluruh aspek manusia dibandingkan dengan tingkah laku, yang lebih mengutamakan sikap dan sifat manusia.
Namun, pendekatan kognitif bukanlah pendekatan anti perilaku. Dari perspektif pendekatan psikologi kognitif, pada dasarnya mempelajari tentang peristiwa mental (jiwa), bukan peristiwa perilaku (fisik) walaupun masalah perilaku (fisik) lebih menonjol pada kehidupan manusia namun tetap keduanya sangat penting untuk dibahas dalam pendekatan psikologi kognitif.
Secara eksternal, anak belajar membaca dan menulis, misalnya melalui aktivitas fisik seperti mulut dan tangan, namun kata-kata dan reaksi anak bukan hanya respon terhadap rangsangan yang ada, tetapi lebih penting lagi, karena otak mereka mengatur impuls spiritual.
Seorang ahli psikologi Prancis yaitu Piaget menyimpulkan dari pernyataan di atas bahwa seseorang yang memiliki keinginan atau kemauan untuk belajar adalah orang-orang yang sejak kecil sudah tertanam dalam dirinya untuk terus belajar artinya, aspek kognitif dalam dirinya sudah ada sejak kecil.
Berikut, Jenis Pendekatan Psikologis Kognitif
Sebagai aliran pemikiran, psikologi kognitif berkembang secara dinamis. Dalam psikologi kognitif, beberapa pendekatan telah dikembangkan yang saling menekankan dengan cara yang berbeda. Menurut Groom (1999), ada tiga perspektif dalam pengobatan psikologi kognitif, yaitu psikologi eksperimen, psikologi model pengetahuan dan neuropsikologi kognitif.
1. Psikologi eksperimen
Pendekatan psikologi eksperimen menyelidiki proses observasi, belajar, mengingat dan berpikir melalui metode eksperimen. Psikologi eksperimen yaitu sekian dari banyaknya cabang psikologi yang menitikberatkan pada penelitian eksperimen sebagai acuan utamanya.
Eksperimen psikologis menggunakan pengamatan objektif terhadap suatu fenomena yang terjadi dalam situasi yang dikontrol secara ketat di mana terdapat berbagai faktor dan ada faktor lain yang dipertahankan konstan. Penelitian eksperimen juga sering diartikan sebagai penelitian yang dilakukan dengan memanipulasi satu variabel untuk menyelidiki kausalitas (hubungan sebab-akibat) (Seniati, dkk, 2017).
Psikologi eksperimen dirintis sejak zaman Johannes Mueller (1801-1858) yang melakukan studi sensorik. Hasil percobaannya menunjukkan bahwa sensasi yang dihasilkan oleh saraf sensorik manusia bersifat individual sesuai dengan rangsangan sebelumnya.
Gambarannya adalah seseorang menengok ke kanan melihat warna merah, lalu memejamkan mata, lalu menoleh ke kiri, ternyata ia juga melihat warna yang sama yaitu merah di sebelah kiri, karena sesuai dengan sensasi sebelumnya. Setelah Mueler, pelopor psikologi eksperimen selanjutnya adalah Hermawan von Helmholtz (1822-1884).
Studi Helmholtz tentang perasaan yang terkait dengan warna primer. Salah satu murid Helmholtz yang kemudian terkenal adalah Wilhelm Wundt (1832-1920). Wundt melakukan penelitian tentang perasaan, persepsi, emosi dan kesadaran. Hasil penelitiannya kemudian dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul Physiologische (Marliani, 2013).
Kontribusi Wundt lainnya adalah pendirian laboratorium psikologi eksperimen di Leipzig, Jerman. Laboratorium tersebut dianggap sebagai laboratorium resmi pertama dan menjadi pelopor penciptaan psikologi sebagai ilmu mandiri.
2. Pendekatan model pengetahuan
Psikologi pengetahuan memandang aktivitas kognitif seseorang sebagai sistem pemrosesan informasi, yaitu proses dari sistem psikologis. Terdapat tiga asumsi dalam model pengolahan informasi, yaitu :
- Analisis kognisi harus melalui beberapa tahapan yang berurutan sesuai aspek pendekatan psikologi kognitif.
- Setiap tahap memproses data yang masuk. Data yang diproses melewati langkah-langkah dan fungsi tertentu melalui langkah-langkah berurutan yang sudah ada sebelumnya.
- Langkah ini sangat diperlukan dalam pendekatan psikologi kognitif.
3. Neuropsikologi kognitif
Pendekatan terakhir adalah neuropsikologi kognitif, yang berfokus pada proses informasi kognitif (Rahman, 2017). Pendekatan neuropsikologi kognitif adalah metode non-eksperimental yang didasarkan pada gagasan bahwa salah satu cara terbaik untuk memahami fungsi sistem dalam manusia adalah dengan mengamati apa yang terjadi ketika terjadi kesalahan.
Neuropsikologi kognitif secara signifikan memengaruhi pemahaman kita tentang proses otak dan struktur fungsional pemikiran. Untuk menentukan apakah ada yang salah dalam suatu sistem, deskripsi tentang bagaimana komponen disatukan dan bagaimana cara kerjanya dapat dikembangkan.
Awalnya, pendekatan ini hampir seluruhnya didasarkan pada data dari pasien yang mengalami kerusakan otak, namun perkembangan teknik pencitraan yang semakin canggih memungkinkan untuk mengumpulkan aktivitas otak dari pasien tanpa kerusakan otak manusia. Hasil akhirnya adalah bahwa proses pendekatan psikologi kognitif menekankan pada keselarasan antara jiwa dan perilaku manusia.
Kegunaan Pendekatan Psikologis Kognitif
Kognisi sebagai proses kecerdasan spiritual penting dalam psikologi manusia terkait dengan persepsi, ingatan, pengetahuan, bahasa, pengambilan keputusan dan banyak lagi. Mengetahui pendekatan psikologi kognitif telah mempengaruhi banyak bidang psikologi manusia lainnya seperti psikologi pendidikan, psikologi konseling, kesehatan dan bidang lainnya. Dengan psikologi kognitif, informasi dapat diatur secara efektif dan baik sesuai dengan prinsip-prinsip kognisi.
Pada prinsipnya pendekatan psikologi kognitif adalah rencana atau pendekatan konseling yang menitikberatkan pada pemikiran dan proses spiritual yang berkaitan dengan perubahan perilaku dan sikap, seringkali melibatkan pelatihan, pengembangan, keterampilan diri, pemikiran serta strategi dan proses kognitif lainnya (Mappiare, 2006).
Asumsi-asumsi dalam Pendekatan Psikologi Kognitif
Proses kognitif umumnya lebih aktif (rasa ingin tahu dan bertanya yang tidak dipahami). Proses kognitif sangat efisien dan akurat. Proses kognitif umumnya lebih efisien daripada pengetahuan positif (kebanyakan orang mengingat informasi positif lebih akurat (misalnya informasi yang berguna).
Proses kognitif biasanya dipengaruhi oleh gangguan emosional yang dialami (koordinasi emosi dan pengetahuan yang masuk) memperkuat proses kognitif. Biasanya ingatan dan tugas pengambilan keputusan dapat dilakukan lebih efektif saat seseorang bahagia).