Home » Psikologi Remaja » 15 Faktor Stres Pada Remaja Baik Dalam dan Luar Diri

15 Faktor Stres Pada Remaja Baik Dalam dan Luar Diri

by Bernadet Maress

Stres sudah menjadi kejadian yang sangat sering dialami semua manusia termasuk remaja khususnya ketika sedang menghadapi masalah yang sangat mengganggu dan mengancam kehidupan. Stres bisa terjadi karena faktor tresor yang terjadi seperti faktor dari diri sendiri, keluarga, lingkungan dan juga sosial. Stresor yang terjadi antara satu orang dengan orang lain sangat berbeda beda yang disebabkan karena kemampuan individu dalam meredam dampak dari stresor yang juga berbeda beda. Orang dewasa memang memiliki begitu banyak stresor yang bervariasi, akan tetapi ini juga terjadi pada remaja yang sama sama memiliki stresor bervariasi. Stresor yang dialami para remaja umumnya seputar teman, orang tua, lingkungan sampai gaya hidup yang dijalani. Seorang remaja yang tidak bisa mengendalikan stresor dengan baik, maka bisa menyebabkan munculnya stres dalam diri anak remaja tersebut. Jika stres yang terjadi tersebut tidak ditangani dengan baik, maka tingkatan stres akan terus bertambah hingga akhirnya berujung pada depresi. Para remaja yang sedang mengalami stres bahkan seringkali menarik diri mereka dari pergaulan sampai menuntut secara berlebihan pada orang tua agar keinginannya bisa segera terpenuhi. Ada banyak faktor stres pada remaja yang bisa terjadi dan beberapa diantaranya akan kami ulas dalam artikel berikut ini.

  1. Faktor Pendidikan

Tanda tanda stress yang terjadi di kalangan remaja salah satu faktornya disebabkan karena kehidupan sekolah. Pendidikan menjadi salah satu penyebab terjadinya stres pada anak remaja karena tuntutan tugas yang berat, hasil ulangan dan ujian yang buruk dan tidak sesuai harapan, tuntutan orang tua mengenai pendidikan yang dianggap terlalu berat dan masih banyak lagi. Inilah yang menjadi penyebab seorang remaja dibebani sebuah tanggung jawab berat yang terasa sulit untuk dilakukan sehingga akhirnya timbul stres pada remaja.

  1. Lingkungan Sosial

Tidak hanya bisa menimbulkan dampak stres bagi wanita hamil, namun stres juga berdampak buruk bagi remaja. Lingkungan sosial menjadi penyebab lain dari stres remaja. Sebagai contoh, seorang anak remaja sedang menghadapi masalah dari lingkungan keluarga seperti bertentangan dengan jalan pikir orang tua dan perceraian orang tua yang membuat anak remaja memiliki beban berat. Selain lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan juga bisa memicu stres pada remaja. Hal ini terjadi karena remaja akan berinteraksi dengan teman seusianya dan dianggap segalanya bagi remaja bahkan melebihi arti dari keluarga mereka sendiri. Ketika anak remaja memiliki konflik yang tidak dapat diselesaikan dengan teman pergaulannya, maka ini juga bisa membuat remaja tertekan kemudian berkembang menjadi stres.

  1. Fisik

Kondisi fisik atau tubuh juga ternyata menjadi faktor stres pada remaja. Memiliki tubuh yang terlalu gemuk, terlalu pendek, terlalu tinggi, berjerawat dan lain sebagainya bisa mengurangi rasa percaya diri anak remaja dan mengganggu pikiran mereka sebab bagi remaja penampilan adalah segalanya dan bisa berpengaruh terhadap sukses atau tidaknya mereka bergaul. Beberapa kondisi fisik tersebut yang kemudian akan memicu stres pada anak remaja yang bahkan bisa berkembang menjadi tanda tanda depresi.

  1. Asmara

Jalinan percintaan dan asmara tidak hanya terjadi pada orang dewasa, namun kaum remaja juga sudah mengenal kisah percintaan. Ini juga menjadi faktor yang sangat dominan dalam kehidupan remaja. Perasaan seorang remaja yang ditinggal seseorang yang dikasihinya bisa membuat emosi anak remaja jadi tidak terkendali sehingga bisa memicu stres. Bahkan dalam tahap yang parah, ini juga bisa membuat remaja berkeinginan untuk bunuh diri sebab ketika merasa ditinggal oleh seseorang yang disayangi, maka ia menganggap juga sudah kehilangan segalanya.

  1. Aspek Kognitif

Perkembangan psikologi kognitif remaja menurut Jean Piaget adalah periode terakhir sekaligus paling tinggi pada pertumbuhan operasional formal. Dalam periode tersebut idealnya anak remaja sudah bisa meraih tahap pemikiran abstrak dan sudah bisa berpikir secara kritis, mampu menganalisa masalah serta mencari solusi terbaik dalam menghadapi masalah. Belum tercapainya perkembangan kognitif pada anak remaja nantinya bisa menyebabkan beberapa pikiran negatif terbentuk seperti lemah dalam mengambil keputusan, senang dan bahkan memiliki kebiasaan untuk menunda, sering lupa atau memiliki daya ingat yang lemah, susah untuk berkonsentrasi, kehilangan harapan, selalu berpikir negatif, mudah putus asa, selalu menyalahkan diri sendiri, kebingungan dan lain sebagainya yang kemudian memicu stres pada anak remaja.

  1. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah dalam hal ini lokasi sekolah juga bisa menjadi faktor stres pada anak remaja seperti contohnya lokasi sekolah yang jauh dari tempat tinggal, terlalu dekat dengan pusat keramaian, sering terjebak dalam kemacetan, rawan kejahatan dan sebagainya yang bahkan juga bisa berkembang menjadi ciri ciri depresi berat. Selain karena lokasi, kondisi sekolah juga menjadi faktor stres pada remaja seperti ruangan terlalu sempit, penerangan yang tidak memadai, ventilasi kurang, kelas terlalu kotor dan suasana gaduh yang juga menjadi penyebab stres pada remaja. Sedangkan fasilitas sekolah yang kurang lengkap juga ikut mendukung meningkatnya stres pada remaja seperti saran umum kurang memadai seperti WC, telepon umum, fotokopi dan lain sebagainya.

  1. Guru

Guru yang sebenarnya merupakan pengganti orang tua ketika anak remaja bersekolah juga bisa menjadi sumber stres pada anak remaja bahkan menyebabkan depresi dalam psikologi. Hal ini disebabkan karena beberapa sifat guru yang tidak baik sehingga bisa memicu stres pada remaja seperti suka membentak, suka marah, tidak murah senyum, kasar, sombong, sinis, tidak adil, acuh dan sebagainya. Berbagai sifat pribadi yang ada pada diri guru tersebut yang akhirnya membuat suasana tidak terasa nyaman dan timbul ketidakharmonisan antara guru dan anak remaja sehingga stres pada anak remaja bisa terjadi. 

  1. Kompetisi Antar Siswa

Lingkungan sekolah yang selalu dipenuhi dengan kompetisi antara siswa juga menjadi faktor stres pada anak remaja. Untuk siswa yang bisa dengan baik mengelola stres, maka ia bisa terus terpacu dan terdorong menghadapi kompetisi tersebut. Akan tetapi untuk seorang anak yang tidak mampu mengatasi kompetisi tersebut, maka ini hanya akan menjadi sebuah tekanan dan menimbulkan stres dan ciri ciri depresi ringan. Hubungan antara siswa yang satu dengan yang lain di dalam kelas dan terjalin kurang harmonis juga merupakan sebuah tekanan. Ditambah lagi dengan kekerasan, saling mengejek antara siswa, senang mengganggu, pembuat onar, sombong, egois, tidak adil dan berbagai perilaku siswa lain juga turut andil terhadap stres pada anak remaja.

  1. Sakit Keras

Berbagai jenis penyakit berbahaya dan kronis memang bisa datang kapan saja serta tidak memandang usia. Ketika penyakit menyerang anak remaja khususnya untuk sakit yang bersifat kronis dan parah, maka ini bisa menyebabkan stres pada anak remaja karena penyakit yang sedang dideritanya. Kondisi stres yang semakin tinggi pada anak remaja bahkan bisa berdampak buruk sebab bisa memperparah penyakit anak yang juga sudah sangat kronis dan bisa berkembang menjadi gejala depresi pada anak remaja. 

  1. Kehilangan Orang Terdekat

Hidup dengan seluruh keluarga dan orang yang dicintai memang sebuah anugrah yang tidak bisa digantikan dengan harta. Namun ketika anak remaja harus menghadapi kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi, maka ini akan terasa sangat berat dan menjadi faktor pemicu stres pada anak khususnya jika anak remaja yang ditinggalkan sudah tidak memiliki pegangan hidup lagi. Kematian orang terdekat secara tiba tiba, kecelakaan dan lain sebagainya yang menimpa orang terdekat inilah yang juga ikut andil dalam terjadinya stres pada anak remaja yang bisa berkembang menjadi gangguan psikosomatis.

  1. Kekecewaan Terlalu Mendalam

Rasa kecewa terlalu mendalam yang dialami anak remaja juga bisa memicu stres yang cukup parah sebab stres sendiri memang bisa terbentuk karena rasa kekecewaan yang terlalu dalam pada seseorang. Rasa kecewa terhadap teman, orang tua, pasangan dan bahkan kecewa terhadap diri sendiri yang hanya dipendam ini akan semakin menumpuk dan menyebabkan stres pada anak remaja semakin menumpuk dan bertambah kronis.

  1. Biologis

Biologis remaja merupakan fase dimana terjadi perubahan aktif dari hormon yang akhirnya bisa berpengaruh pada perilaku anak remaja. Aktifnya hormon pada anak remaja tersebut yang akhirnya bisa membuat anak remaja merasa terguncang dan membuat mereka semakin meledak ledak, meningkatkan rasa ingin tahu yang begitu besar, lebih energik dan lain sebagainya. Berbagai tahap perkembangan fisik anak remaja inilah yang akhirnya membuat anak remaja semakin rentan dengan stres.

  1. Beban Pikiran

Cara pandang hidup anak remaja atau mind set juga berpengaruh pada bagaimana anak remaja tersebut bisa menjalani kehidupannya. Untuk seorang anak remaja yang memiliki mind set bagus dengan selalu berpikir positif, maka bisa memacu anak remaja tersebut agar bisa terus melangkah maju. Namun ketika anak remaja mengalami kegagalan dalam membentuk mind set mereka, maka tentunya ini sangat berpengaruh pada bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka sekaligus membuat para remaja memiliki tingkat stres yang semakin tinggi dan menimbulkan gangguan psikologis remaja.

  1. Materi

Ketika anak anak, maka kehidupan terasa sangat bahagia dan penuh ceria tanpa adanya sedikit pun beban hidup yang dirasakan. Hal ini bisa terjadi sebab anak anak belum mencapai pola pikir ke tahap materi. Namun saat beranjak remaja, maka berbagai pikiran mengenai materi mulai menghantui kehidupan para remaja sehingga disinilah beban pikiran semakin berkembang yang kemudian berubah menjadi stres dalam psikologi remaja.

  1. Doktrin dan Larangan

Doktrin dan larangan juga termasuk ke dalam faktor stres pada remaja dimana ketika kedua hal tersebut sudah mengakar pada diri remaja serta menghadapi sebuah doktrin lain yang menjadi pembeda membuat mereka berusaha untuk berpikir dengan keras yang akhirnya membuat anak remaja rentan terhadap stres dan gejala gangguan mental pada remaja.

You may also like