WHO menjelaskan bahwa sehat merupakan kondisi dimana keadaan fisik, mental dan sosial seseorang lengkap sejahtera dan tidak semata-mata karena tidak adanya penyakit atau kelemahan. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa kesehatan mental sangatlah penting dan merupakan bagian dari kesehatan. Jika kesehatan mental terganggu, maka akan timbul gangguan mental atau penyakit mental atau yang sering kita dengar dengan sebutan mental illness. Mental illness atau gangguan mental ialah kondisi kesehatan yang erat kaitannya dengan perubahan emosi, dan perilaku atau pemikiran seseorang. Kondisi ini bisa terjadi hanya sesekali atau bahkan berlangsung lama. Gangguan mental sangat mempengaruhi pola hidup penderitanya. Gangguan ini juga bisa diderita oleh siapa saja, dan tidak menutup kemungkinan bahwa anak dan remaja bisa menderitanya. Remaja merupakan usia dimana seseorang berada pada peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Tanpa disadari, gangguan mental rentan terjadi pada remaja. Hasil survei The Royal Women Hospital, terdapat 75% remaja yang membutuhkan bantuan profesional untuk kesehatan mentalnya. Data dari WHO menyebutkan bahwa setengah dari gangguan menta bermula dari remaja. Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi gangguan mental emosional pada remaja berumur lebih dari 15 tahun sebesar 9,8%. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 6%. Pada usia remaja, perubahan pesat sedang terjadi dan juga penyesuaian terjadi baik emosional, psikologis, maupun finansial. Tidak sedikit dari mereka yang tidak siap terhadap perubahan dan penyesyaian yang terjadi. Hal ini menyebabkan kesehatan mental pada remaja terganggu. Selain itu, perkembangan tekhnologi juga bisa menjadi pemicu gangguan mental pada remaja. Remaja yang tidak bisa beradaptasi dengan baik terhadap kemajuan tekhnologi, rentan terkena gangguan mental. Berdasarkan survei yang diselenggarakan oleh Cigna pada tahun 2018, ditemukan fakta bahwa sebanyak 86% remaja dari seluruh negara yang turut berpartisipasi mengatakan bahwa mereka merasa stres. Ada banyak hal yang menyebabkan seorang remaja menderita gangguan mental, seperti misalnya pembulian dan kekerasan seksual yang menyababkan trauma, dll.
Kali ini kita akan membahas gangguan mental yang sering terjadi pada remaja. Apa saja? Berikut ini beberapa gangguan mental yang paling umum pada remaja :
1. Gangguan Makan (Eating Disoerder)
Biasanya gangguan ini lebih sering muncul pada remaja wanita dibanding remaja laki-laki. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh stress pada remaja dan mereka melampiaskannya pada makan yang berlebih. Selain itu, pengaruh sosial media juga menjadi pemicu seorang remaja yang menderita gangguan ini. Biasanya sosaial media menunjukkan beberapa contoh yang “Kurus langsing dan cantik” hal ini menyebabkan sebagian remaja merasa dirinya gemuk dan ingin diet agar tubuhnya menjadi langsing. Terdapat beberapa jenis gangguan makan, yaitu :
- Bulimia Nervosa dan Binge Eating Disorder Merupakan gangguan makan dimana penderitanya makan dengan porsi yang berlebihan. Yang membedakan keduanya adalah jika penderita Bulimia Nervosa akan makan yang banyak dan porsi berlebihan tetapi merasakan takut gemuk, sedangkan penderita Binge Eating Disorder makan dengan porsi besar tanpa takut untuk gemuk.
- Anoreksia Nervosa. Setidaknya 1 dari 10 perempuan menderita gangguan ini. Seseorang dengan anoreksia akan berusaha menghindari makan dan mengotrol asupan yang dikonsumsinya.
- Ortoreksia Nervosa, yang merupakan gangguan makan dimana penderita sangat terobsesi dengan makanan sehat dan akan merasa bersalah saat memakan makanan yang tidak sehat.
2. Kegelisahan (Anxiety)
Dilansir dari National Institute of Mental Health, sekitar 8% remaja yang berusia 13 sampai dengan 18 tahun memiliki gangguan kecemasan atau anxiety. Anxiety merupakan gangguan kegelisahan dan kecemasan yang ditandai dengan rasa khawatir dan cemas berlebihan yang membuat konsentrasi terganggu, susah tidur, dan bahkan mengalami gejala fisik seperti gemetar dan mual. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami anxiety. Antara lain seperti :
- Media sosial. Zaman sekarang pengaruh media sosial terhadap kehidupan sangatlah berarti. Kepercayaan diri seseorang juga dipengaruhi oleh sosial media. Selain itu, sulit bagi remaja untuk tidak membandingkan hidupnya dengan orang yang dilihatnya dari sosial media karena remaja sangat erat kaitannya dengan sosial media.
- Dunia yang tidak aman. Tingkat kriminal yang tinggi menyebabkan seseorang takut untuk berada di ruang publik. Ketakutan yang dirasakan biasanya tidaklah mudah karena menyebabkan rasa cemas yang berlebihan saat berada di ruang publik.
Lantas sebagai orang tua, harusnya bisa membantu anaknya yang penderita untuk bisa sembuh. Yang bisa orang tua lakukan untuk menanganinya adalah :
- Cari tahu sumber kecemasannya
- Membantu mengola rasa cemasnya
- Ajari menggunakan sosial media dengan benar
- Menerapkan gaya hidup sehat
- Ajak melakukan aktivitas bersama
3. ADHD
ADHD atau Attention-deficit hyperactivity disorder merupakan gangguan mental jangka panjang yang menyerang anak dan remaja ditandai dengan perilaku implusif, hiperaktif. Terdapat 3 subtipe dari ADHD, yaitu:
- Dominan hiperaktif-impulsif. Pengidap umumnya memiliki masalah hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
- Dominan inatentif. Pengidap biasanya memiliki gejala tidak dapat memperhatikan dengan baik.
- Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatentif. Pengidap mengalami gejala hiperaktif, impulsif, dan tidak dapat memperhatikan dengan baik.
Orang dengan ADHD mudah ter distraksi, pelupa, memiliki masalah dengan keteraturan dan tak menghiraukan lawan bicaranya. Dilansir dari alodokter.com anak laki-laki lebih sering mengidap ADHD. Mereka yang memiliki ADHD cenderung merasa rendah diri, sulit berteman, dan mempunyai prestasi yang kurang mencukupi. Hingga saat ini, belum ditemukan penyebab pasti faktor yang memepengaruhi seseorang mengidap ADHD. Meski begitu, beberapa penelitian menyatakan bahwa daktor genetik, kelainan sistem saraf dan kelahiran prematur merupakan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami ADHD. Beberapa remaja penderita ADHD selalu merasa bahwa orang-orang menganggapnya bodoh. Cara mengatasi gangguan ini adalah dengan mengonsultasikan diri kepada ahlinya dan mengonsumsi beberapa obat. Umumnya para ahli juga akan menyarankan penderita untuk melakukan terapi secara rutin. Selain obat dan terapi, keluarga terdekat penderita juga bisa membantu dengan cara-cara sederhana yang dilakukan di rumah seperti melakukan komunikasi yang sering, ajak liburan untuk menenangkan pikiran, dll.
4. Bipolar Disorder
Bipolar disorder ini sangatlah rentan terjadi pada anak remaja. Bipolar disorder merupakan gangguan mental dengan kondisi perubahan emosi dan suasana hati yang ekstrem pada penderitanya. Orang yang mengidap bipolar disorder akan mengalami dua episode suasana hati yaitu episode depresi (hipomania) dan episode mania. Perubahan ini sangat ekstrem dan tidak dapat di prediksi, bisa saja sewaktu-waktu penderita mengalami episode depresi (hipomania) selama berminggu-minggu, lalu secara tiba-tiba ia akan merasakan sangat senang dimana ini disebut episode mania. Pada episode mania, penderita akan mengalami beberapa gejala, meliputi :
- Sulit konsetrasi
- Energi yang meningkat
- Optimisme yang berlebih
- Sembrono
- Terburu-buru
- Pikiran dan ucapan berbalapan
- Agresif
- Tidak sabaran
- Suasana hati mengebu-gebu
Lalu pada episode depresi (hipomania) gejala yang dirasakan yaitu :
- Kehilangan energi
- Kehilangan minat beraktifitas
- Marah
- Tidak mampu menikmatii aktifitas
- Khawatir
- Cemas
- Kehilangan nafsu makan
- Mudah tersinggung
- Suasana hati yang sedih
Beberapa ahli yang sudah melakukan risetnya, percaya bahwa penyebab bipolar disorder pada remaja dipengaruhi oleh kelainan otak, genetik dan juga lingkungan. Remaja dengan Bipolar memerlukan penanganan dari ahlinya agar bisa mengonsumsi obat dan juga melakukan psikoterapi secara rutin. Manfaat utama psikoterapi adalah membantu penderita untuk bisa mengenali diri sendiri, mengidentifikasi pikiran, dan mengubah perilaku maladaptif.
5. Depresi
Depresi ialah gangguan mental paling umum yang terjadi pada remaja. Sebenarnya sulit untuk mendeteksi depresi pada remaja karena perubahan mood yang terjadi. Faktor pemicu depresi pada remaja bermacam-macam mulai dari lingkungan, perubahan hormon, pengalaman traumatis, hingga genetik atau faktor keturunan. Selain itu, kurang tidur atau gangguan tidur bisa meningkatkan risiko depresi pada remaja. Sosial media berpengaruh pada kualitas tidur seseorang, semakin kecanduaan pada sosial media, semakin ia akan lupa waktu dan bahkan melupakan waktu tidurnya. Kebiasaan ini secara tidak langsung meningkatkan stress. Dilansir dari alodokter.com ciri orang dengan gangguan mental depresi secara emosional adalah kehilangan motivasi dan semangat dalam melakukan aktivitas, merasa sedih, frustasi, dan tidak punya harapan, mudah tersinggung dan marah karena hal kecil, rasa percaya diri yang rendah, merasa tidak berguna dan gagal, dan tidak sedikit yang berpikir untuk bunuh diri.
Peran orang tua dalam menghadapi anak yang menderita depresi sangatlah krusial. Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:
- Mengenali apa itu depresi. Langkah ini adalah langkah pertama yang bisa dilakukan orang tua untuk mengetahui tanda-tandanya, pengobatan dan juga cara menghadapi penderita.
- Komunikasikan bersama. Dengan memintanya untuk menceritakan apa yang dirasakannya dan apa yang dipikirkannya, lalu mendengarkannya dan berikan dukungan kepadanya.
- Mencarikan bantuan profesional. Orang tua bisa membawa anaknya pada psikolog atau psikiater yang cocok untuk anaknya.
- Membantu memperbaiki suasana hatinya seperti mengajaknya liburan, memberikan sesuatu yang disukainya, atau mengundng teman-teman terdekatnya agar membuatnya merasa senang.
Apabila kamu sedang merasakan gejala-gejala tersebut, segera datangi tenaga profesionnal untuk mengkonsultasikannya. Jangan lupa untuk menceritakan hal tersebut juga kepada orang-orang terdekat kamu.
Dengan mengetahui bahwa remaja rentan mengalami gangguan mental, orang tua sudah sepatutnya merasa waspada dan lebih berhati-hati. Apabila anak mengalami gejala-gejala diatas, jangan diabaikan segeralah periksakan. Semakin cepat ditangani maka semakin cepat pemulihan yang akan didapatkan.