Home » Psikologi Remaja » 15 Faktor Perilaku Agresif Pada Remaja Awal Hingga Akhir

15 Faktor Perilaku Agresif Pada Remaja Awal Hingga Akhir

by Bernadet Maress

Scheneiders mengatakan jika agresif merupakan luapan dari emosi sebagai bentuk reaksi pada kegagalan individu yang kemudian diperlihatkan ke dalam bentuk pengrusakan terhadap seseorang atau benda dengan unsur kesenjangan yang kemudian diekspresikan menjadi kata kata atau verbal dan juga perilaku non verbal. Sedangkan menurut David O. Sars menyatakan jika agresif adalah perilaku yang dilakukan dengan tujuan untuk menyakiti orang lain dan bisa juga ditujukan pada perasaan ingin menyakiti orang lain dalam diri seseorang. Perilaku agresif bisa disimpulkan menjadi sebuah tindakan kekerasan baik verbal atau fisik yang memang secara sengaja dilakukan seseorang atau kelompok pada orang lain atau objek yang bertujuan untuk melukai secara fisik atau psikis. Sedangkan untuk faktor perilaku agresif pada remaja sendiri bisa dipicu karena berbagai sebab dan dalam ulasan kali ini akan kami ulas selengkapnya untuk anda.

  1. Gen

Gen sangat berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresif tersebut pada remaja. Hal ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan pada hewan dimana gen berpengaruh pada sulit atau mudahnya amarah terpancing dan sebagainya dibuktikan jika faktor keturunan membuat hewan jantan yang berasal dari banyak jenis terbukti akan lebih sering berperilaku agresif dibandingkan dengan hewan betina dan hal ini juga berpengaruh pada manusia khususnya psikologi remaja.

  1. Amarah

Amarah atau marah merupakan emosi dalam psikologi yang memiliki ciri aktivitas sistem saraf parasimpatik tinggi serta adanya perasaan tidak suka yang kuat dimana umumnya disebabkan karena kesalahan yang pada kenyataannya salah atau mungkin juga tidak. Ketika amarah itu datang, maka perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan, melemparkan sesuatu dan pikiran yang kejam bisa terjadi sehingga jika memang disalurkan maka perilaku agresif pada remaja juga akan terjadi.

  1. Frustasi

Frustasi bisa terjadi ketika seseorang terhalang oleh suatu hal ketika ingin mencapai tujuan, kebutuhan, pengharapan, keinginan atau sebuah tindakan tertentu. Agresif akhirnya menjadi cara anak remaja untuk merespon terhadap rasa frustasi tersebut. Remaja yang terbilang miskin dan nakal bisa terjadi karena frustasi yang berhubungan dengan terlalu banyak waktu menganggur, keuangan yang terbatas serta ada kebutuhan yang harus secepat mungkin terpenuhi namun sangat sulit untuk diwujudkan dan akhirnya para remaja sangat mudah marah, berbagai jenis emosi dan memiliki perilaku yang agresif.

  1. Model Kekerasan

Pengaruh banyak film saat ini seperti seseorang yang akan mendapat imbalan ketika sudah melakukan tindakan kekerasan juga merupakan faktor perilaku agresif pada remaja. Mereka kemudian semakin yakin jika hal buruk tersebut adalah perbuatan yang menyenangkan dan bisa dijadikan sistem nilai bagi diri mereka. Dengan seringnya menyaksikan adegan kekerasan dalam film tersebut, maka ini dijadikan proses belajar peran model kekerasan yang kemudian membentuk perilaku agresif pada diri anak remaja dan dengan mudah memperlihatkan ciri ciri emosi dalam psikologi.

  1. Salah Dalam Pendisiplinan

Pendidikan disiplin yang otoriter memakai penerapan kekerasan khususnya dilakukan dengan cara memberikan hukuman fisik juga bisa berpengaruh buruk bagi remaja. Pendidikan disiplin seperti ini akan membuat remaja tumbuh sebagai orang penakut, tidak ramah pada orang lain, membenci orang yang memberi hukuman tersebut, kehilangan spontanitas, kehilangan inisiatif dan pada akhirnya akan dilampiaskan anak remaja dalam bentuk marah serta berperilaku agresif pada orang lain sebab mereka tidak mengerti cara meluapkan emosi dengan baik.

  1. Anoniomitas

Banyaknya rangsangan indera dan kognitif akan membuat dunia menjadi sangat impersonal. Ini mengartikan antara satu orang dengan orang yang lainnya tidak begitu saling mengenal. Lebih jauh lagi, seorang anak remaja akan menjadi anonim atau tidak memiliki identitas diri. Apabila anak remaja merasa anonim, maka ia cenderung berperilaku sesuai dengan kehendak sendiri sebab ia merasa tidak terikat dengan norma masyarakat dan kurang bisa bersimpati pada orang lain dan akhirnya memunculkan perilaku agresif pada diri anak remaja.

  1. Kemiskinan

Remaja yang hidup dalam lingkungan kemiskinan maka akan menimbulkan perilaku agresif secara alami yang bertujuan sebagai penguat. Hal ini akan semakin parah ketika krisis ekonomi dan moneter mengakibatkan kemiskinan semakin meningkat dan sulit dikendalikan sehingga potensi tingkat perilaku agresif pada remaja juga semakin meningkat sekaligus menyebabkan gangguan psikologis remaja

  1. Sifat Kepribadian

Menurut pendapat Baron, masing masing individu akan berbeda khususnya dalam cara menentukan dirinya dalam mendekati atau menjauhi perilaku agresif. Ada beberapa remaja yang bisa memiliki sifat karakteristik menjauhi diri mereka dari berbagai pelanggaran. Namun sebagian lagi tidak memiliki karakteristik untuk menjauhkan diri mereka dari begitu banyaknya pelanggaran. Menurut David O Sears, faktor penentu dari perilaku agresif yang paling utama merupakan amarah dan proses belajar dalam merespon agresif tersebut dan proses belajar tersebut bisa langsung terjadi pada respon agresif atau lewat imitasi dan menimbulkan gejala gangguan mental pada remaja.

  1. Alkohol dan Obat Obatan Terlarang

Agresif juga sangat erat kaitannya dengan kadar alkohol serta obat obatan. Seorang anak remaja yang menerima kadar alkohol tinggi akan memperlihatkan kadar agresifitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan anak remaja yang tidak mengkonsumsi minuman alkohol serta obat obatan. Kedua jenis kebiasaan buruk ini nantinya akan melemahkan kondisi anak remaja sehingga perilaku agresif akhirnya muncul dan semakin tinggi. 

  1. Kimia Darah

Kimia darah khususnya hormon seks yang sebagian besar ditentukan dari faktor keturunan juga bisa membuat remaja memiliki perilaku yang agresif. Perasaan anak remaja akan semakin mudah gelisah, tersinggung, tegang dan bermusuhan yang akhirnya membuat para remaja semakin sering melakukan pelanggaran hukum berupa tindakan agresif ketika kimia darah atau hormon mereka mengalami gangguan seperti meningkat atau menurun.

  1. Suhu Udara yang Panas

Jika kita lebih memperhatikan dengan seksama sebagai contoh tawuran antar pelajar yang terjadi di Jakarta umumnya terjadi pada siang hari ketika sinar matahari sedang terik. Namun hal ini akan berkurang ketika sedang musim hujan. Hal ini juga terjadi pada aksi demonstrasi yang berakhir dengan bentrokan petugas keamanan yang juga biasanya terjadi ketika kondisi udara sedang panas yang juga bisa menyebabkan tanda tanda stress. Dengan beberapa contoh tersebut bisa dilihat jika perilaku agresif pada remaja juga berhubungan dengan suhu lingkungan tinggi yang akhirnya berdampak pada tingkah laku sosial yakni meningkatnya agresivitas.

  1. Pengaruh Budaya yang negatif

Pengaruh budaya yang negatif juga menjadi faktor dari timbulnya perilaku agresif pada anak remaja. Penayangan kekerasan pada media khususnya televisi dan film membuat seorang anak remaja juga semakin menumbuhkan perilaku agresif seperti yang terjadi karena pengaruh media sosial terhadap psikologi remaja. Akibat yang bisa ditimbulkan dari budaya negatif tersebut diantaranya adalah:

  • Mengajari anak remaja perilaku agresif dan juga ide jika semua masalah bisa diselesaikan dengan perilaku agresif tersebut.
  • Kekerasan bisa mengatasi rintangan sehingga perilaku agresif menjadi lumrah dan bisa diterima.
  • Membuat anak remaja tidak sensitif dan semakin terbiasa dengan kekerasan serta penderitaan sehingga menumpulkan empati dan kepekaan sosial mereka.
  • Membentuk citra manusia yang menganggap dunia merupakan tempat yang tidak aman untuk hidup.
  1. Sekolah

Beberapa anak remaja bisa mendapatkan masalah emosi atau perilaku sebelum mereka masuk sekolah. Namun sebagian anak remaja akan mulai memperlihatkan perilaku agresif karena pengaruh ketika bersekolah mulai dari teman sebaya termasuk juga tanda tanda stress. lingkungan sosial di sekolah, guru dan juga pendisiplinan sekolah.

  • Pengalaman sekolah dan lingkungan berperan penting dalam membentuk perilaku agresif pada remaja dan juga tempramen teman sebagai serta kompetensi sosial.
  • Guru di sekolah atau dosen memiliki peran dalam menimbulkan masalah emosi dan perilaku agresif tersebut dimana perilaku agresivitas yang ditampilkan pengajar bisa dijadikan contoh oleh anak remaja.
  • Disiplin sekolah yang kaku atau terlalu longgar di lingkungan sekolah bisa membuat anak bingung dan lingkungan sekolah dianggap anak remaja sebagai lingkungan yang sangat memperhatikan dirinya berbentuk hukuman, kritik atau sanjungan.
  1. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh dari orang tua yang menerapkan disiplin secara tidak konsisten seperti sering mengancam anak ketika anak berani melakukan perilaku yang menyimpang namun hukuman terkadang benar benar dilakukan dan terkadang tidak diberikan bisa membuang anak remaja merasa bingung sebab tidak memperoleh standar yang jelas dan inilah yang memicu perilaku agresif dari anak remaja. Tidak konsisten dalam menerapkan disiplin juga terjadi ketika ada pertentangan pola asuh yang diberikan dari kedua orang tua. Sebagai contoh, sang ibu terkadang kurang disiplin dan sangat mudah melupakan perilaku anak yang kurang baik. Sedangkan ayah merupakan orang yang sangat disiplin dan selalu memberi hukuman dengan keras.

  1. Sikap Keras dan Penuh Tuntutan

Orang tua yang terbiasa memakai gaya instruksi agar seorang anak remaja bisa melakukan atau tidak melakukan sesuatu membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dan berbicara lebih dekat dengan suasana kekeluargaan. Dalam hal ini, akan timbul hukum aksi reaksi dimana anak remaja akan semakin menuntut orang tua mereka dan semakin tinggi keinginan seorang remaja untuk memberontak dengan cara memperlihatkan perilaku agresif dan bahkan bisa menghasilkan kepribadian impulsif.

You may also like