Berdasarkan berbagai teori psikologi perkembangan dari berbagai tokoh serta sumber literasi, masa remaja merupakan fase transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Usia remaja sekitar 12-20 tahun (Alwisol, 2019). Jadi, sebenarnya seseorang yang sudah berada di umur tersebut tidak bisa lagi disebut sebagai anak-anak.
Menurut Erikson dalam Teori Perkembangan Psikososial dalam bukunya yang berjudul Childhood and Society (1950), pada usia remaja, individu sedang merasakan krisis terkait jati dirinya. Apabila remaja berhasil melewati fase ini dengan baik dan menemukan jati dirinya, maka ia akan mencapai yang dinamakan dengan identity. Namun, jika remaja tidak mampu menyelesaikan tugasnya tadi, ia akan mengalami role confusion.
Setiap remaja pada umumnya akan mencoba melakukan banyak hal untuk menentukan peran serta gaya hidup yang sesuai dengan mereka. Pada fase ini, tujuan yang harus dicapai oleh remaja adalah menemukan ego-identity sebagai manusia yang sudah beranjak dewasa. Keberhasilan remaja melewati tahap ini akan membantunya untuk menjalani hidup di fase dewasa muda selanjutnya (Irwanto & Gunawan, 2018).
Sumara, Humaedi, dan Santoso (2017) menyebutkan terdapat empat pengaruh lingkungan yang menjadi faktor penyebab kenakalan remaja, yaitu:
1. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua
Pada dasarnya keluarga adalah lingkungan pertama yang dimiliki oleh anak sehingga perannya sangat penting dalam membentuk dasar bagi perkembangan anak. Apabila keluarga tidak hadir secara penuh di masa anak-anak, hal ini dapat mengganggu masa perkembangan selanjutnya, yaitu memberi pengaruh pada masa remaja yang kurang baik. Selain itu walaupun remaja terlihat mau mandiri, tidak butuh bantuan, dan dapat melakukan semuanya sendiri, tetapi dalam hatinya ia masih ingin diperlakukan juga sebagai anak, hanya saja mungkin ada rasa malu untuk mengungkapkannya.
Kondisi keluarga yang kurang harmonis juga dapat mengakibatkan kenakalan remaja. Misalnya terjadi kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, konflik, masalah ekonomi, dan permasalahan lainnya. Perilaku kenakalan yang dilakukan adalah bentuk pelampiasan untuk mengobati rasa sedih, marah, atau stres karena kondisi yang ia rasakan di rumah.
2. Pemahaman mengenai agama yang minim
Agama memiliki peran penting dalam pembentukkan karakter dan kepribadian remaja yang baik. Hal ini dikarenakan nilai-nilai dalam agama selalu mengajarkan pada kebaikan terlepas dari perubahan waktu dan tepat. Lingkungan keluarga atau sosial yang kurang mendukung remaja untuk memiliki pengetahuan agama dapat menyebabkan remaja tidak punya batasan dalam bersikap dan berperilaku. Akibatnya, kenakalan pada remaja dapat terjadi.
Di lain sisi, pemberian pengetahuan agama yang keliru atau doktrin-doktrin yang bertentangan dengan aturan agama sebenarnya juga dapat berbahaya bagi remaja yang belum memiliki kemampuan kognitif maksimal. Namun, masuknya doktrin seperti ini sebenarnya dapat dicegah dengan hubungan dengan orangtua yang baik serta pemberian dasar agama yang kuat.
3. Lingkungan sekolah atau tempat pendidikan
Meskipun sekolah adalah tempat menimba ilmu yang fungsinya sudah jelas memberikan pendidikan serta karakter moral pada siswa. Namun, sekolah juga dapat menjadi tempat bermulanya kenakalan remaja. Sebagian besar dari kita pasti pernah melihat atau setidaknya mengetahui ada pelajar usia remaja yang suka membolos, merokok, balapan liar, atau bahkan tawuran.
Sekolah biasanya sudah menerapkan aturan yang ketat pada siswanya, tetapi memang sulit untuk memotorin anak di luar jam sekolah dan di luar lingkungan sekolah.
4. Ada pengaruh negatif dari lingkungan sekitar
Remaja sangat mudah terpengaruh oleh budaya di lingkungannya berkembang serta lingkungan pergaulannya. Sering kali ada teman sebaya yang berusaha mempengaruhi anak yang baru beranjak remaja untuk menjerumuskannya ke dalam hal yang negatif. Alasannya sederhana, remaja ingin kehadirannya diakui dan diterima sehingga ia mau melakukan apa pun yang membuatnya menjadi bagian dari teman-temannya.
Selain lingkungan fisik, saat ini media sosial juga menjadi “lingkungan” bagi remaja. Kebanyakan remaja sekarang justru lebih suka bermain dengan ponselnya yang justru membuat beberapa orangtua khawatir karena selain dapat menjadi sumber kenakalan, juga bisa menjadi faktor permasalahan akademik.
Kenakalan remaja dapat terjadi tanpa mengenal usia, jenis kelamin, ras, agama, bahkan status sosial. Hal yang terpenting untuk mencegahnya adalah dengan memberikan pembekalan dari usia sedini mungkin mengenai nilai dan norma yang baik dari orang tua. Dengan demikian, bagaimanapun lingkungan tempat remaja kelak berkembang, ia tidak akan terpengaruh oleh pergaulan yang yang negatif sebab mampu menjaga dan melindungi dirinya.