Komunitas atau lingkungan tempat anak lahir dan bertumbuh dapat memiliki efek terhadap kedewasaan mereka kelak. Banyak anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang tenang dan mendukung serta berkecukupan, ada pula anak yang dibesarkan dalam kondisi yang sama sekali berlawanan. Dalam lingkungan yang kurang memadai, biasanya terdapat berbagai macam kekerasan yang bisa disaksikan dan dialami anak – anak . Anak – anak lebih rentan mengalami kekerasan dan kejahatan daripada orang dewasa. Pengalaman anak terhadap kekerasan bisa berupa kekerasan fisik, mental dan emosional yang bisa dialami anak sebagai korban atau pun hanya sebagai saksi.
Resiko dampak psikologis anak yang mengalami kekerasan biasanya lebih besar pada anak – anak yang kurang mendapatkan pengawasan dan bimbingan dari orang tua. Macam – macam kekerasan pada anak bisa saja terjadi ketika pengawasan orang tua longgar atau justru berasal dari orang tua. Berdasarkan berbagai penelitian, ekspos anak terhadap kekerasan yang berulang disaksikan dapat memberikan dampak kekerasan pada anak yang mengganggu perkembangan otaknya. Struktur otak yang spesifik seperti amygdala, hippocampus, dan korteks prefrontal akan langsung dipengaruhi oleh stress. Sedangkan fungsi eksekutif seperti perencanaan, ingatan, pemusatan perhatian, kontrol impuls dan memproses informasi untuk membuat keputusan dapat menjadi tidak stabil.
Akibat Kekerasan Pada Anak
Pengertian dari kekerasan pada anak yaitu segala sesuatu perlakuan salah yang membuat anak menjadi tersiksa baik secara fisik, mental dan psikologisnya. Anak yang mengalami kekerasan, apapun bentuknya dapat mengalami dampak seperti berikut ini:
1. Mengalami ketidak stabilan mental
Ekspos terhadap kekerasan telah diketahui turut menyumbang kepada masalah kesehatan mental pada masa kanak – kanak hingga dewasa. Kelainan psikiatris seperti depresi dalam psikologi, adanya ciri – ciri depresi berat dan tanda – tanda psikologi akan membuat seseorang harus menjalani terapi depresi dalam psikologi. Selain itu, kelainan mental ini juga mencakup kegelisahan atau anxiety serta post traumatic stress disorder (PTSD).
2. Menderita berbagai macam gangguan mental
Resiko menjadi penderita gangguan mental juga dihadapi oleh anak – anak korban kekerasan. Bahkan tidak hanya satu macam saja, bisa juga anak mengalami beragam gejala dalam satu waktu. Melalui beberapa penelitian diketahui bahwa sebagian anak menderita lebih dari satu gangguan mental. Misalnya, pada anak – anak yang didiagnosa menderita PTSD, juga didiagnosa menderita depresi dan jenis gangguan mental lainnya.
3. Menderita Post Traumatic Stress Disorder
Gejala PTSD ditemukan mempunyai hubungan dengan kekerasan dalam lingkungan anak. Pada fase dewasa, gejala PTSD mungkin saja terwujud dalam perilaku eksternal yang terlihat melalui respons berlebihan terhadap ancaman. Penelitian menunjukkan anak laki – laki menjadi lebih agresif dan anak perempuan menjadi lebih depresif.
4. Mempengaruhi tumbuh kembang anak
Ekspos terhadap kekerasan juga menghasilkan dampak psikologis anak yang mengalami kekerasan pada proses tumbuh kembangnya. Kekerasan akan mempengaruhi berbagai tahap dan domain perkembangan anak usia dini. Antara lain perkembangan secara neurologis, fisik, emosi dan perkembangan sosial yang mengarah kepada berbagai masalah yang membutuhkan penyesuaian.
5. Kurangnya rasa aman
Pada anak yang masih sangat kecil, kekerasan berulang dapat mendatangkan masalah dalam membentuk kepercayaan dan kesan positif terhadap lingkungannya, juga mengembangkan rasa aman di dalam dirinya. Kesulitan membentuk berbagai perasaan keterikatan dan hubungan ini dapat mempengaruhi perkembangan rasa percaya dalam kemampuannya menjalin hubungan sebagai orang dewasa. Cara menghilangkan trauma pada anak perlu dilakukan agar anak dapat menjalani kehidupan dengan normal.
6. Rentan terhadap agresi
Bagi anak yang menghadapi kehidupan penuh teror setiap harinya, ia juga akan lebih cenderung bersikap agresif karena mempelajari bahwa sikap tersebutlah yang akan membantunya untuk bertahan dalam hidup. Kecenderungan untuk bersifat agresif ini pada akhirnya juga akan menjurus kepada masalah mental. Agresivitas bakna akan membuat anak berurusan dengan masalah pelanggaran hukum, penyalah gunaan obat – obatan, perilaku depresif dan merusak diri sendiri.
7. Selalu cemas
Pada beberapa anak, dampak psikologis anak yang mengalami kekerasan bisa dilihat dari kecenderungannya untuk selalu khawatir dan cemas terhadap berbagai hal. Terciptanya respons berlebihan atas berbagai stimulus dari luar, yang mengarah kepada masalah kognitif, masalah kesehatan mental dan masalah tingkah laku. Anak akan selalu bersikap waspada dan kaku dalam menghadapi berbagai situasi karena ia takut untuk dikecewakan dan bersiap untuk menghadapi respon negatif yang biasa diterimanya.
8. Bermental sebagai korban
Pada anak – anak yang sering mengalami kekerasan, itu artinya ia sudah menjadi korban sejak kecil. Perkembangan emosi anak usia dini yang terekspos dengan kekerasan akan sangat terpengaruh. Sehingga akan terbentuk pada alam bawah sadarnya bahwa ia ditakdirkan untuk menjadi seorang korban, dan tidak akan memiliki pikiran ataupun semangat untuk berjuang mempertahankan dirinya dari kekerasan tersebut. Dengan kemauan yang lemah untuk keluar dari lingkaran kekerasan, maka selamanya ia akan menjadi korban.
9. Melakukan kekerasan
Dampak psikologis anak yang mengalami kekerasan antara lain juga bisa membuat anak berubah menjadi salah seorang pelakunya. Perubahan ini dilakukan anak untuk membela dirinya dari berbagai kekerasan yang dialaminya dan sebagai salah satu usaha untuk bertahan hidup. Misalnya, anak yang sering dibully juga mungkin saja akan berubah menjadi seseorang yang senang membully, sebagai akibat pengaruh bullying pada psikologi anak. Walaupun memang tidak semua anak akan mengalami hal tersebut, tetapi kemungkinan ini tetap ada.
10. Rendahnya kepercayaan diri
Seringkali anak mengalami kekerasan karena ia melakukan suatu kesalahan, baik itu besar maupun kecil. Hal itu akan menyebabkan anak menjadi takut dalam melakukan kesalahan sekecil apapun sehingga tidak percaya diri akan kemampuannya dalam melakukan segala hal yang terbaik. Dampak anak yang selalu dimarahi yaitu anak tidak akan dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk dapat meraih impian serta keinginannya. Anak juga akan sulit mempercayai bahwa dirinya memiliki potensi tertentu dan kelebihan tertentu sebagai seorang manusia.
11. Timbulnya kesan negatif terhadap diri sendiri
Perasaan bahwa dirinya tidak berguna merupakan salah satu dampak psikologis anak yang mangalami kekerasan. Perasaan tersebut timbul dari perasaan tidak berdaya dan tidak dapat melakukan apapun untuk menghentikan kekerasan yang dialaminya sehingga membuat anak merasakan kesan negatif terhadap dirinya sendiri. Kesan negatif yang dirasakan seseorang merupakan hal yang berbahaya, yang dapat menghambat perkembangan dirinya sehingga menjadi manusia yang tidak mampu secara sosial.
12. Sulit bergaul
Salah satu akibat dari kesan negatif pada diri sendiri adalah ketidak mampuan anak untuk menjalani pergaulan sosial yang menyebabkan dirinya terasing dalam lingkungannya dan tidak bisa bergaul dengan luwes. Perkembangan sosial emosional anak usia dini akan terganggu. Anak mungkin saja akan menjadi tertutup, pendiam, dan sulit mempercayai orang lain untuk menjadi temannya, bahkan ia akan menjadi sosok yang sulit dimengerti oleh para temannya yang lain. Anak akan lebih nyaman untuk menyendiri daripada mengambil resiko bahwa orang lain juga akan ikut menyakiti dirinya.
13. Murung dan depresif
Mengalami kekerasan dapat membuat anak yang ceria berubah secara drastis, menjadi murung, depresi, mengalami gangguan tidur, makan, bahkan sulit berkonsentrasi dan menarik diri. Kerap kali terlihat penurunan berat badan pada anak – anak yang stres akibat mengalami kekerasan tersebut. Anak juga akan menjadi kurang ekspresif dalam menyatakan perasaannya, selalu sedih dan mudah menangis, serta menarik diri.
14. Berperilaku merusak diri sendiri
Masalah mental yang dihadapi anak korban kekerasaan dapat berujung pada kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri bahkan hingga kecenderungan untuk bunuh diri. Trauma psikologis yang hebat yang dialami anak dapat menjadi pemicu anak melakukan tindakan – tindakan yang merusak dirinya sendiri. Mulai dari penyalah gunaan obat, terlibat tindak kriminal, hingga bunuh diri. Anak akan merasa bahwa hidupnya tidak memberikan makna dan tujuan apapun sehingga lebih baik mengakhirinya saja.
15. Tingkat IQ yang rendah
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mary Strauss dari New Hampshire University Amerika Serikat pada anak – anak yang mengalami kekerasan dan yang tidak menghasilkan sesuatu yang menunjukkan hubungannya dengan tingkat IQ anak. Dalam kurun waktu dilakukannya penelitian, ia menemukan bahwa anak – anak yang tidak mengalami kekerasan mengalami peningkatan IQ sedangkan IQ pada anak yang mengalami kekerasan justru cenderung statis dan membuat mereka kesulitan untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
16. Prestasi di sekolah yang menurun
Dampak psikologis anak yang mengalami kekerasan adalah juga menurunnya prestasi mereka di sekolah akibat tidak mampu berkonsentrasi dan memusatkan perhatian. Anak akan kehilangan semangat dalam mempelajari dan mempertahankan pelajaran di sekolahnya karena pikirannya terganggu oleh kekerasan yang dialami. Selain itu, anak juga akan menjadi tidak kreatif karena tidak berani mengemukakan pendapatnya dan takut disalahkan.
17. Selalu Cemas
Dampak psikologis anak yang mengalami kekerasan antara lain bahwa anak akan menjadi seorang sosok yang pencemas, selalu gugup, khawatir berbuat salah dan khawatir dimarahi. Ia akan merasa cemas berlebih bahwa dirinya akan ditegur dengan cara keras dan selalu merasa was – was untuk melakukan berbagai hal, sehingga kesannya anak akan menjadi sosok yang penggugup dan penakut.
Banyak orang yang menganggap bahwa dampak psikologis anak yang mengalami kekerasan itu hanya seputar kekerasan fisik belaka, karena akibat dari kekerasan fisik memang sangat mudah dilihat pada diri korbannya. Namun sebenarnya tidak hanya itu, kekerasan terutama terhadap anak dapat berwujud berbagai hal yang berbeda, antara lain secara verbal dan psikologis juga. Kekerasan dalam bentuk apapun kepada sesama manusia terutama anak – anak dapat terwujud dalam bentuk yang ringan hingga berat dan seharusnya tidak ditolerir ataupun dilakukan oleh siapapun.