Sudah jelas bahwa rumah tangga seorang suami istri merupakan nyawa sebuah keluarga. Sehingga anak-anak merasa mempercayakan apapun keadaan yang ada dan terjadi di dalam rumah tangga tersebut. Tidak akan bisa dipungkiri lagi jika seorang anak juga tentu akan berkembang dan tumbuh baik dengan faktor rumah tangga yang tentu harus baik-baik saja.
Namun sayangnya untuk menjaga sebuah keharmonisan memang tidak mudah dan juga bukan pekerjaan yang bisa selesai sekali atau dua kali saja. Apabila orang tua sudah tidak bisa mengendalikan kemesraan mereka atau keharmonisan mereka dan berakhir perceraian, anak juga akan terkena dampaknya.
Dampak Perceraian Bagi Anak Perempuan dan Dampak Perceraian Terhadap Psikologi Anak tidak sedikit. Ada banyak dampak yang akan terjadi, terutama jika keadaannya sudah broken home. Apa saja ?
(1). Sulit Bergaul
Ketika ada anak yang mengalami broken home maka ia akan malu dan merasa tidak percaya diri. Sulit untuk mengembalikan percaya diri mereka meskipun sudah menggunakan Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Anak-anak tersebut sering menyendiri dari pergaulan karena merasa rendah diri. Kurangnya perhatian, waktu untuk dihabiskan dengan keluarga dan tidak memiliki cerita mengenai keluarga merupakan salah satunya.
(2). Dangkalnya Iman
Dampak terbesar dari broken home adalah iman yang lemah. Psikologi Agama menyebutkan bahwa orang tua merupakan faktor penentu pertama apakah iman anak baik atau buruk. Orang tua yang seharusnya menjadi sekolah agama pertama kalinya sejak anak-anak sampai mereka dewasa tidak bisa menjalankan fungsinya dengan benar. Sehingga anak yang broken home berdampak buruk dan justru sering jauh dari agama.
(3). Wujud Sayang yang Sedikit
Broken home nyatanya menjadikan seorang anak tidak terpenuhi haknya sebagai seseorang yang menerima rasa sayang dan cinta dari orang lain khususnya orang tua. Kebutuhan pokok seperti diperhatikan dan disayang juga tidak mereka dapatkan dan hal ini sering membuat anak broken home merasa kekurangan kasih sayang dan bersikap brutal. Selain itu, bisa saja orang tua yang tidak perhatian membuat anak-anak tidak tercukupinya gizi serta nutrisi selama masa pertumbuhannya, kebutuhan pakaian dan mainan, hingga tidak terpenuhinya keperluan di sekolahnya.
(4). Gangguan Mental
Sering melihat anak-anak broken home bersikap diluar batas, sulit dikendalikan atau bersikap seolah orang yang mengalami gangguan mental ? seringkali anak broken home mengalami tekanan seperti halnya depresi dan cemas karena tidak memiliki teman untuk mendengarkan. Sedangkan orang tua biasanya tempat untuk menyampaikan keluh kesah dan hal buruk.
(5). Benci Pada Orang Tua
Untuk orang tua yang menjadikan sebuah rumah tangganya tidak baik, justru yang ada membuat anak tersebut mengalami kondisi seperti membenci ayah, ibu, atau bahkan kedua orang tuanya saat terjadi broken home. Ia belum bisa mengerti dan menerima apa yang sebenarnya terjadi dan permasalahan apa yang membuat anda atau suami-istri menjadi bermasalah dan bermusuhan. Sehingga ia akan menganggap semua yang terjadi adalah kesalahan salah satu atau kedua orang tuanya.
(6). Bisu atau Asing
Kebudayaan bisu biasanya terjadi pada mereka yang memang mengalami masalah broken home. Mudah membedakannya, dimana anak yang senang dengan keluarga akan sering berinteraksi dan juga bersosialisasi dengan orang tua dan menjadikan anak aktif dan tidak diam saja. Sedangkan, untuk mereka yang broken home karena tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin.
(7). Kecemasan Tinggi
Anak mulai menderita kecemasan yang tinggi dan ketakutan karena melihat orang yang mereka kasihi dan juga tempat mereka berlindung mulai menyakiti satu persatu. Bukan tanpa sebab, seringkali anak yang awalnya percaya dan merasa aman menjadi tidak aman karena melihat sisi lain orang tuanya dan hal ini berbahaya. Sehingga bisa menyebabkan kecemasan tinggi pada anak.
Baca juga:
(8). Memberontak
Ketika anak-anak menjadi tidak percaya pada orang tuanya dan merasa bahwa anak tersebut memang menjadikan orang tuanya tidak sesuai dengan kebutuhan atau pandangan mereka maka efeknya anak-anak akan memberontak dan menjadikan masalah merupakan pelarian terbaik. Anak yang telah menjadi korban perceraian sudah pasti menjadi pemberontak.
(9). Tidak Teguh pada Prinsip
Ketika seorang anak tidak memiliki tempat untuk keluh kesah atau tidak percaya pada orang tua mereka tidak nyaman. Selain itu anda berusaha untuk mencari tempat lainnya saat ingin menghibur diri, hal ini yang sering membawa anak menjadi seseorang yang tidak teguh pendirian dan tidak teguh prinsipnya. Sehingga mungkin sering terbawa arus tidak baik pergaulan dan juga membantah dan mengatakan bahwa pilihannyalah yang paling benar.
(10). Asing dengan Kasih Sayang
Anak yang biasanya broken home justru bisa kebalikan dengan membutuhkan kasih sayang. Dimana mereka bisa saja justru asing dan tidak suka dengan perasaan yang tulus atau kasih sayang. mereka akan berpikir bahwa kasih sayang adalah hal yang palsu dan juga tidak berarti serta tidak dibutuhkan manusia.
(11). Hidupnya Sia-Sia
Anak broken home sering merasa bahwa mereka disia-siakan oleh orang tuanya sehingga mereka berpikir bahwa hidup sangatlah sia-sia dan menjalani kehidupan dengan tidak bergairah. Jika sudah seperti ini akan menyebabkan anak tersebut tidak memiliki target hidup dan sebagainya.
(12). Kasar
Anak broken home mungkin memiliki trauma atau pengalaman buruk yang menjadikan mereka berperilaku layaknya orang tua mereka. Sikap kasar merupakan salah satunya yang akhirnya menjadikan anak tersebut menganggap bahwa sikap tersebut boleh dilakukan.
(13). Mengasihani Diri
Tak jarang beberapa anak membuat alasan broken home menjadi sebuah rasa kasihan sehingga mereka tidak mendapatkan segala kebutuhan atau kewajiban yang ada. Padahal faktanya, bagaimanapun mereka harus menjalani kewajiban sebagai anak dan hidup dengan normal.
Demikian penjelasan terkait apa saja dampak psikologis anak broken home yang patut diketahui terutama untuk para orang tua yang memiliki keadaan keluarga yang broken home.