Home » Teori Psikologi » Teori Kontekstual Dalam Psikologi Perkembangan – Tokoh – Jenis – Pandangan Ahli

Teori Kontekstual Dalam Psikologi Perkembangan – Tokoh – Jenis – Pandangan Ahli

by Bernadet Maress

Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku individu dimana dalam perkembangan dan latar belakangnya sangat berpengaruh. Dalam setiap ilmu tentunya pasti mempunyai teori yang bisa menguatkan atau menjadi acuan dalam pembahasan ilmu tersebut. Hal ini juga terjadi pada ilmu psikologi perkembangan dimana ada beberapa teori yang menjadi pedoman dalam bidang ilmu tersebut. Tidak hanya satu atau dua teori yang ada dalam ilmu ini, namun ada cukup banyak teori yang bisa menjelaskan psikologi perkembangan seperti teori kognitif, teori psikodinamik, teori kontekstual dan masih banyak lagi yang lain. Untuk ulasan kali ini, kami akan mengulas tentang teori kontekstual dalam psikologi perkembangan secara tuntas untuk tambahan informasi bagi anda.

Tokoh Teori Kontekstual

Contextual teaching and learning sendiri banyak dipengaruhi dari filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin yang kemudian dikembangkan kembali oleh Jean Piaget menurut sejarah psikologi perkembangan. Aliran filsafat konstruktivisme bermula dari pemikiran epistimologi Giambatista Vico dimana ia mengungkapkan jika “Tuhan adalah Sang pencipta alam semesta dan manusia sendiri adalah tuan dari ciptaan-Nya:. Mengetahui jika menurut Vico adalah mengetahui bagaimana untuk membuat sesuatu. Ini mengartikan jika seseorang bisa dikatakan mengetahui jika ia sudah bisa menjelaskan unsur apa yang membangun tentang sesuatu. Untuk itu Vico berpendapat, pengetahuan tersebut tidak lepas dari subjek atau orang yang sudah mengetahui tersebut.

Pengetahuan adalah struktur konsep dari subyek yang diamati dan pandangan filsafat kontruktivisme selanjutnya mengenai hakikat pengetahuan juga mempengaruhi konsep mengenai proses belajar jika jenis jenis metode pembelajaran bukanlah hanya menghafal akan tetapi juga proses konstruksi pengetahuan lewat pengalaman. Pengetahuan sendiri bukanlah hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari pemberian tidak akan menjadi pengetahuan yang memiliki makna.

Pandangan Para Ahli

Pandangan dari pakar pedagogi tentang teori psikologi perkembangan kontekstual sendiri juga berbeda beda dan ada sekitar 6 pendapat dari para ahli yang berbeda beda, yakni:

  1. Dun Hull

Penerapan kaidah macam macam metode pembelajaran yang berawal dari teori perkembangan kontekstual memberikan implikasi positif terhadap siswa dalam sekolah. Efektivitas pembelajaran akan meningkat secara signifikan pada saat mereka diajarkan kenapa mereka harus mempelajari konsep dan juga bagaimana konsep dipakai diluar kelas sehingga akan semakin efektif karena diizinkan untuk bisa bekerja sama dengan yang lain dalam tim atau kelompok.

  1. John Dewey

John Dewey berpendapat jika rancangan formula kurikulum nantinya bisa lebih maksimal apabila kerangka formula tersebut menggunakan titik acuan berupa perkembangan kontekstual yakni Kurikulum dan juga metode pembelajaran yang berhubungan dengan pengalaman serta minat anak.

  1. Howard Gardner

Implikasi dari konsep perkembangan kontekstual mengarah ke definisi macam macam teori belajar dalam psikologi sebagai proses yang kompleks dan tidak bisa diatasi dengan cara memadai lewat drill oriented atau metode stimulus atau respon.

  1. Geoffrey Caine

Teori perkembangan kontekstual akan mengarahkan pada sasaran dan juga metode pembelajaran memakai karakteristik pencarian makna lewat hubungan yang masuk akal sekaligus cocok dengan pengalaman masa lalu sebagai hakikat dari pembelajaran.

  1. Jonasen

Jonasen memberi penawaran konsep cara belajar efektif menurut psikologi yang berawal dari teori perkembangan kontekstual yakni belajar dari tugas yang terletak di beberapa tugas dalam dunia nyata atau dirangsang lewat beberapa lingkungan belajar berbasis kasus atau berbasis masalah.

  1. D.A Kolb

Suasana belajar yang menggunakan teori perkembangan kontekstual sebagai basisnya yakni suasana pelajaran yang melibatkan banyak pengalaman yang mungkin dalam konteks sosial, fisikal, budaya dan juga psikologi.

Jenis Teori Kontekstual

Teori kontekstual memiliki pandangan tentang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi timbal balik di antara seseorang atau anak dengan konteks perkembangan sistem sosial, fisik, kultural dan juga historis dimana interaksi tersebut sedang terjadi. Untuk itu, antara satu konteks dengan konteks lainnya akan saling berhubungan yang menyebabkan adanya timbal balik dari sebuah interaksi. Teori kontekstual sendiri terbagi menjadi dua yakni teori etologis dan juga teori ekologis.

  1. Teori Etologi

Teori etologis lebih fokus pada asal usul dari evolusi macam macam tingkah laku dalam psikologi dan lebih menekankan tingkah laku yang terjadi pada lingkungan alamiah. Dalam teori etologi ini mengulas tentang perkembangan yang menekankan jika perilaku akan sangat terpengaruh dengan biologis, terkait dengan evolusi dan juga ditandai dengan beberapa periode krisis atau sensitive. Untuk itu dalam teori etologis ini memiliki pandangan jika perkembangan psikologi seseorang akan semakin berkembang sebab faktor yang berhubungan dengan intern dari diri individu tersebut dan bukan karena faktor eksternal atau lingkungan tempat tinggal orang tersebut.

Dalam teori etologi memberi penegasan jika perilaku akan sangat terpengaruh dengan biologi berhubungan dengan evolusi dan juga ditandai dengan periode kritis atau sensitif. Periode ini adalah jangka waktu yang spesifik dimana menurut para ahli etologi, ada atau tidaknya pengalaman tertentu akan berdampak jangka panjang untuk individu.

Seorang ahli zoologi eropa yakni Konrad Lorenzo sudah berjasa dalam mengangkat etologi menjadi teori yang sangat penting. Dalam eksperimen yang terkenal, Lorenzo belajar tentang perilaku dari angsa abu abu yang selalu mengikuti induknya ketika sudah menetas. Lorenzo kemudian memisahkan telur angsa dalam dua kelompok. Kelompok pertama ia kembalikan pada angsa untuk dierami, sedangkan kelompok kedua ditetaskan memakai inkubator. Anak angsa dalam kelompok pertama berperilaku mengikuti induknya sesudah menetas. Sedangkan untuk kelompok kedua yang ditetaskan memakai inkubator dan melihat Lorenzo ketika menetas, maka angsa angsa tersebut mengikut Lorenzo kemana pun ia pergi. Proses tersebut dinamakan dengan imprinting yakni proses belajar cepat dan naluriah yang melibatkan kelekatan pada objek bergerak yang pertama kali dilihatnya. 

Meski begitu, John Bowlby memberi gambaran penerapan penting dari teori etologi dalam perkembangan manusia. Bowbly mengatakan jika kelekatan pada pengasuh selama 1 tahun pertama kehidupan mempunyai konsekuensi penting untuk seluruh masa hidup seseorang sekaligus perkembangan kognitif anak usia dini. Bowbly memiliki pandangan jika kelekatan tersebut berlangsung dengan positif dan aman, maka individu akan cenderung mengembangkan masa anak anak dan dewasa dengan positif. Jika kelekatan tersebut berlangsung negatif dan tidak aman, maka perkembangan masa hidup juga cenderung berlangsung tidak normal. Lorenz berpendapat jika imprinting harus terjadi pada waktu tertentu dan dini pada kehidupan hewan. Sedangkan diluar waktu tersebut, maka imprinting tidak akan terjadi.

  1. Teori Ekologis

Berbanding terbalik dengan teori etologis, teori ekologis adalah teori yang memberi penekanan pada sistem lingkungan. Menurut teori ini, lingkungan yang memberikan pengaruh dalam perkembangan psikologi seseorang. Tokoh utama dari teori ekologis ini adalah Urie Brofenbrenner dimana dalam pendekatan ekologis terhadap perkembangan disebut jika konteks tempat berlangsungnya perkembangan individu baik psikologi kognitif, kapasitas, sosioemosional, karakteristik motivasional atau partisipasi aktif adalah beberapa unsur yang penting dalam perkembangan. 

Brofenbrenner memberi gambaran empat kondisi lingkungan perkembangan psikologi tersebut terjadi yakni mesosistem, mikrosistem, makrosistem dan juga ekosistem.

  1. Mikrosistem

Mikrosistem memperlihatkan situasi ketika individu hidup dan akan saling berhubungan dengan orang lain dan menjadi faktor yang mempengaruhi konsep diri. Konteks tersebut meliputi teman, keluarga, sebaya, sekolah dan juga lingkungan sosial lain. Pada mikrosistem terjadi interaksi langsung dengan beberapa agen sosial. Sehingga dalam mikrosistem akan terjadi hubungan atau timbal balik pada beberapa orang yang ada di lingkungan dekat dimana orang tersebut tinggal dan dimana hubungan atau interaksi akan sangat berpengaruh pada perkembangan psikologi individu tersebut. Khususnya jika keluarga menjadi tempat perkembangan psikologi tersebut berawal yang kemudian berkembang lewat sebaya, teman, sekolah dan juga lingkungan tempat orang tersebut tinggal, maka bisa dipastikan jika lingkungan sosial yang baik akan membantu atau bisa mempengaruhi perkembangan psikologi juga berkembang dengan baik begitu pun sebaliknya.

  1. Mesositem

Mesositem memperlihatkan jika ada hubungan antara dua atau lebih mikrositem atau hubungan dari beberapa konteks. Sebagai contoh hubungan antara rumah serta sekolah yang menyebabkan macam macam sifat manusia terjadi. Disini nantinya bisa diciptakan hubungan antara kondisi lingkungan rumah dengan sekolah. Keduanya mempunyai peran yang sama dan pada saat kedua hal tersebut berada pada kondisi yang baik, maka pengaruhnya terhadap perkembangan psikologi seseorang juga akan baik begitu juga sebaliknya.

  1. Ekositem

Ekositem terdiri dari setting sosial dimana individu tidak ikut berpartisipasi secara aktif. Akan tetapi untuk keputusan penting yang diambil tetap mempunyai dampak pada beberapa orang yang berhubungan langsung dengan orang tersebut. Sebagai contoh, orang tua yang bekerja, dewan sekolah, pemerintah lokal dan sebagainya.

  1. Makrosistem

Makrosistem meliputi pembentukan sosial dan juga kebudayaan untuk menjelaskan sekaligus mengorganisir institusi kehidupan. Makrosistem direfleksikan dalam pola lingkar mesositem, mikrosistem dan juga ekosistem yang dicirikan dari sebuah kultur, subkultur atau konteks sosial lain yang jauh lebih luas. Sebagai contoh, sistem kepercayaan bersama tentang umat manusia sama seperti sistem dalam pemelukan agama seperti dalam psikologi agama.

You may also like