Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Perkembangan » Teori Ekologi Dalam Psikologi Perkembangan Menurut Bronfenbrenner

Teori Ekologi Dalam Psikologi Perkembangan Menurut Bronfenbrenner

by Devita Retno

Seorang ahli psikologi dari Amerika bernama Urie Bronfenbrenner (1917-2005) merumuskan teori ekologi dalam psikologi perkembangan untuk menjelaskan bagaimana kualitas yang diwarisi oleh seorang anak dan lingkungan tempatnya berinteraksi dapat mempengaruhi bagaimana tumbuh kembang anak. Melalui teori ekologinya tersebut, Bronfenbrenner menekankan pentingnya untuk mempelajari seorang anak dalam konteks lingkungan yang beragam yang juga dikenal dengan istilah sistem ekologi dalam usaha untuk memahami proses perkembangannya.

Seorang anak biasanya akan berada dalam ekosistem yang berbeda secara simultan, dari lingkungan yang paling akrab di rumah menuju lingkungan luar ke sekolah dan ke lingkungan yang paling luas yaitu budaya dan masyarakat. Setiap sistem ini tidak dapat dihindari untuk berinteraksi dan saling mempengaruhi setiap aspek kehidupan seorang anak. Teori ini akan membantu kita untuk memahami mengapa kita dapat berperilaku berbeda di lingkungan yang berbeda, misalnya perilaku kita ketika di rumah akan berbeda dengan perilaku yang kita tunjukkan ketika berada di lingkungan luar.

Pengertian Ekologi dan Ekosistem

Ekologi adalah salah satu cabang dari ilmu biologi yang mempelajari pengaruh dari lingkungan kepada makhluk hidup. Asal kata Ekologi adalah dari ‘Oikos’ yang berarti rumah, habitat atau tempat hidup serta dari kata ‘Logos’ yang berarti ilmu. Jadi bisa diartikan secara harfiah bahwa ekologi adalah pengkajian dari hubungan antara organisme – organisme atau sekelompok organisme terhadap lingkungannya, mempelajari apa yang terjadi di alam dan tidak mempelajarinya melalui eksperimen, dan bukan merupakan bagian dari psikologi eksperimen.

Ekosistem merupakan suatu tatanan kesatuan utuh yang menyeluruh di dalam semua unsur lingkungan hidup dan saling mempengaruhi. Di dalam ekosistem terdapat makhluk – makhluk hidup dan lingkungannya dan ekologi yang khas masing – masing. Ekosistem adalah satuan fungsi dasar dalam ekologi, meliputi makhluk hidup dengan lingkungan organisme atau biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi. Keduanya diperlukan untuk memelihara kehidupan agar dapat tercapai keseimbangan, keselarasan dan keserasian pada alam di bumi.

Aspek – aspek Dari Teori Ekologi

Teori ekologi yang merupakan salah satu dari teori psikologi perkembangan berpendapat bahwa kita akan menghadapi berbagai lingkungan yang berbeda di sepanjang rentang usia kita yang dapat mempengaruhi perilaku kita dalam berbagai segi. Bronfenbrenner membagi beberapa aspek teori ekologi dalam psikologi perkembangan yang dapat mempengaruhi perkembangan anak yaitu:

1. Mikrosistem

Lingkungan mikrosistem adalah lingkungan yang paling kecil dan langsung dihadapi anak, yaitu lingkungan dimana ia hidup dan bertemu dengan orang – orang yang berinteraksi secara langsung. Mikrosistem mencakup rumah, sekolah atau penitipan anak, kelompok teman sebaya atau lingkungan komunitas dari sang anak. Interaksi didalam mikrosistem biasanya melibatkan keterlibatan pribadi dengan keluarga, teman sekelas, guru, pengasuh yang memberi pengaruh kepada anak.

Bagaimana cara orang – orang dalam lingkungan tersebut berinteraksi dengan anak akan mempengaruhi bagaimana anak tersebut tumbuh. Begitu pula cara anak bereaksi terhadap orang – orang dalam mikrosistem akan mempengaruhi bagaimana mereka memperlakukan anak tersebut. Pengaruh mikrosistem terhadap tumbuh kembang anak berupa teori ekologi dalam psikologi perkembangan bisa dilihat juga dari contoh – contoh macam pola asuh anak menurut psikologi yang sering diterapkan oleh orang tua:

  • Pola Otoriter – Gaya pengasuhan yang membatasi dan menggunakan hukuman untuk menuntut anak agar mengikuti perintah – perintah orang tua. Orang tua menetapkan batas – batas yang tegas tanpa memberi kesempatan anak untuk mengeluarkan pendapat. Pola pengasuhan ini dihubungkan dengan ketidak mampuan anak – anak untuk bergaul secara sosial.
  • Pola Otoritatif – Pola ini mendorong anak agar belajar mandiri dengan masih menetapkan batas – batas yang diberikan orang tua, sehingga tindakan – tindakan anak masih terkendali. Pola ini memungkinkan musyawarah secara verbal dan ekstensif, adanya kehangatan dan pertunjukan kasih sayang dari orang tua ke anak. Pola pengasuhan ini dihubungkan dengan kemampuan anak – anak untuk berfungsi secara sosial.
  • Pola Permisif – Terbagi menjadi dua yaitu permisif indifferent dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak sehingga anak menjadi inkompeten secara sosial dan kekurangan kendali diri. Sedangkan pola permisif indulgent dimana orang tua terlibat dalam kehidupan anak melalui pemanjaan dengan sedikit batasan atau kendali terhadap tingkah laku anak, sehingga anak menjadi inkompeten secara sosial dan juga kurang dapat mengendalikan diri.

2. Mesosistem

Mesosistem meliputi interaksi antar mikrosistem yang berbeda dimana seorang anak berada. Pada intinya mesosistem adalah suatu sistem yang terbentuk dari mikrosistem dan melibatkan hubungan antara rumah dan sekolah, teman sebaya dan keluarga atau antara keluarga dan sekolah dalam psikologi perkembangan. Bermain dengan teman sebaya dengan relasi yang baik dapat mengurangi tekanan pada anak, meningkatkan perkembangan secara kognitif, dan lain sebagainya. Contoh lain, ketika seorang anak diabaikan orang tuanya, ia mungkin akan mengalami kemungkinan kecil untuk mengembangkan perilaku yang positif terhadap gurunya, merasa canggung dengan teman sekelasnya dan menarik diri dari pergaulan.

3. Eksosistem

Eksosistem berkaitan dengan hubungan yang mungkin terjadi antara dua atau lebih setting lingkungan, salah satunya kemungkinan bukan lingkungan yang melibatkan seorang anak namun tetap mempengaruhinya walau bagaimanapun. Orang lain atau tempat lain yang tidak berinteraksi secara langsung dengan anak namun tetap dapat mempunyai pengaruh kepada anak meliputi eksosistem tersebut. Ketahuilah juga mengenai psikologi lingkungan, teori dalam psikologi lingkungan, dan faktor situasional dalam psikologi komunikasi.

Misalnya lingkungan tempat kerja orang tua, lingkungan rumah yang lebih luas dan keluarga besar. Contohnya, seorang ayah yang kerap mengalami kesulitan di tempat kerja bisa saja melampiaskan hal tersebut kepada sang anak di rumah dan memperlakukan anak dengan buruk. Ibu bekerja yang menitipkan anak kepada babysitter atau pengasuh, terlalu banyak menonton televisi dengan tayangan yang penuh kekerasan, dan lainnya. 

4. Makrosistem

Lingkungan yang paling besar dan jauh dari orang – orang dan tempat yang masih dapat memberikan pengaruh signifikan pada anak adalah makrosistem. Lingkungan ini tersusun akan pola budaya dan nilai – nilai sang anak, khususnya keyakinan dan ide dominan anak sebagaimana sistem politik dan ekonomi. Konteks budaya akan melibarkan status sosial dan ekonomi dari seseorang atau keluarganya, etnis atau ras.

Misalnya, anak – anak di daerah perang akan mengalami perkembangan yang berbeda daripada anak yang tumbuh di masyarakat yang damai dan sejahtera. Orang yang dilahirkan di keluarga miskin akan harus bekerja keras setiap harinya melebihi orang – orang lain. Anggaran pendidikan  yang dikurangi oleh pemerintah juga dapat mempengaruhi perkembangan anak, juga anak  yang hidup di daerah yang masih tradisional, dan lain sebagainya.

5. Chronosistem

Chronosistem memberikan kegunaan dari dimensi waktu yang mempertunjukkan pengaruh akan perubahan dan kontinuitas dalam lingkungan seorang anak. Chronosistem bisa berupa perubahan, transisi dan tingkatan dalam struktur keluarga, alamat, status pekerjaan orang tua, perubahan sosial dalam masyarakat seperti ekonomi dan perang. Mungkin juga melibatkan konteks sosial budaya yang dapat mempengaruhi seseorang.

Contoh klasiknya adalah perceraian sebagai perubahan hidup yang besar mungkin saja akan mempengaruhi tidak saja hubungan dari pasangan tersebut akan tetapi juga perilaku anak – anak mereka. Menurut penelitian secara umum, anak – anak mendapat pengaruh secara negatif pada tahun pertama setelah perceraian. Contoh lain adalah penggunaan teknologi tinggi oleh anak untuk bermain game, menjelajah internet dan lain sebagainya.

Adapun sebagai konstruksi dari teori – teori tersebut, setiap sistem mengandung peraturan, norma, dan peran yang akan membentuk perkembangan psikologis seseorang. Contohnya, keluarga yang tinggal di pemukiman tengah kota akan menghadapi banyak tantangan dibanding keluarga yang tinggal di komunitas terbatas seperti kejahatan atau kemiskinan. 

Kritik Terhadap Teori Bronfenbrenner

Bronfenbrenner menyatakan bahwa ahli psikologi perkembangan Soviet bernama Lev Vygotski dan psikolog kelahiran Jerman bernama Kurt Lewin sebagai orang – orang yang memberi pengaruh penting pada teorinya. Teori ekologi dalam psikologi perkembangan model awal milik Bronfenbrenner yang dipublikasikan pada tahun 1979 juga telah mempengaruhi banyak psikolog dalam menganalisa seseorang dan pengaruhnya terhadap sistem lingkungan yang berbeda yang dimasukinya. Teori ini telah menjadi teori yang penting dan menjadi dasar dari para pembuat teori lainnya. Namun teori ekologi ini terkadang menerima kritik karena tidak mencakup peran aktif dari individu di dalam lingkungannya sendiri. Contohnya, terkadang identitas biologis seseorang seperti usia, kesehatan, jenis kelamin dipertimbangkan sebagai lapisan pertama dari sistem dasar ekologi yang tidak resmi. Dengan kata lain, kritik dilayangkan kepada teori ini karena kurang memberikan perhatian kepada faktor – faktor biologis dan juga faktor – faktor kognitif dari individu. Para pemberi kritik menyatakan bahwa teori Bronfenbrenner tidak membahas perubahan perkembangan anak dalam beberapa tahap seperti yang dilakukan oleh Piaget atau Erikson.

Dengan mempelajari teori ekologi dalam psikologi perkembangan mengenai sistem berbeda yang mempengaruhi seorang anak secara simultan, maka teori ini dapat menggambarkan perbedaan dari pengaruh yang saling berhubungan dalam perkembangan anak. Kewaspadaan akan konteks bisa memberi kita pengetahuan akan ragam cara bagaimana anak akan bertindak di situasi yang berbeda. Sehingga, orang dewasa bisa memberi perhatian terhadap perilaku di situasi atau konteks berbeda, juga jenis hubungan yang ada di antara konteks – konteks tersebut. Simak juga mengenai teori perkembangan persepsi Gibson dan hubungan psikologi lintas budaya dengan ilmu lain.

You may also like