Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Anak » 15 Macam Pola Asuh Anak menurut Psikologi

15 Macam Pola Asuh Anak menurut Psikologi

by Tiffany

Rupanya menjaga anak hingga dewasa tidaklah mudah. Ada beberapa masalah anak yang harus anda urus dan anda akan memasuki kata “pola asuh”. Membicarakan mengenai pola asuh, maka sebagai orang tua anda harus siap memberikan yang terbaik untuk mereka. Terbaik bukan berarti yang mereka inginkan, namun yang mereka dapat dari hasil kerja keras, kebutuhan dan lainnya.

Pola asuh anak usia dini atau biasa disebut juga parenting merupakan suatu proses untuk meningkatkan dan mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, finansial, dan intelektual anda dimulai dari anak-anak atau bayi sampai mereka bisa hidup mandiri.Berikut ini ada beberapa pola asuh yang bisa anda gunakan :

  1. Parenting Otoritatif (Authoritative parenting atau propagative parenting)

Pertama adalah parenting otoratif, dimana ada ciri-ciri yang bisa anda kenali dari pola asuh ini. Diantaranya adalah :

  • Orangtua seringkali mengatur batas yang dimiliki anak mereka juga sering memberikan pemahaman kepada anak-anak, dan tanggap terhadap kebutuhan emosional mereka.
  • Orangtua yang menerapkan pola asuh otoratif biasanya sangat hangat kepada anak-anak mereka, mereka juga mencoba menjelaskan alasan mengapa aturan ini ada
  • Anak-anak mungkin menjadi lebih mandiri, diterima secara sosial, sukses dalam akademis, dan berperilaku baik, anda juga bisa menerapkan Cara Mendidik Mental Anak agar Berani dan Mandiri
  1. Parenting Permisif (Permissive parenting atau Indulgent parenting)

Pola Asuh Permisif merupakan pola asuh yang selanjutnya, dimana dalam jenis pola asuh ini orang tua memberikan kebebasan pada anak tanpa adanya batasan sama sekali. Biasanya bibit pola asuh ini berawal dari orang tua yang memberikan semua keinginan anaknya tanpa dipikir apakah memang butuh atau memberikan dampak positif atau tidak.

Pada pola asuh ini sedikit sekali anak dibiasakan untuk bertanggung jawab pada hidupnya sendiri. Anak sesuka hati mengatur dirinya sendiri sehingga peran orang tua disini sangat minim meskipun anak sudah terlibat masalah atau dewasa. Akibat terbesarnya jelas anak menjadi kurang disiplin berbuat semaunya. Mereka akan merasa depresi atau tidak suka jika dilarang.

  1. Parenting Acuh tak acuh (Uninvolved parenting)

Orangtua sangat sedikit memberikan kehangatan kepada anak merupakan orang tua yang menerapkan pola asuh acuh tak acuh.  Cara Mendiagnosis Gangguan Kesehatan Mental pada Anak bisa menjadi acuan jika anda menerapkan pola ini. Dimana anak akan menerima dampak yang luar biasa banyak, tak hanya dampak positif namun juga negatif. Ada beberapa ciri parenting acuh tak acuh, yaitu :

  • Orangtua dengan gaya pengasuhan ini tidak memantau aktivitas anak mereka apapun itu
  • Anak-anak dianggap sepele kehidupannya sehingga mereka sering merasa takut, gelisah, dan stres karena tak ada dukungan dari orangtuanya.
  • Anak seringkali mendapat masalah atau bersikap aneh karena mencoba menarik perhatian orang tuanya.
  1. Parenting Narsistik (Narcissistic parenting)

Selanjutnya adalah parenting narsistik. Dimana ada beberapa ciri yang terlihat dari pola asuh ini.

  • Anak diharuskan untuk mencapai semua impian dan cita-cita yang tidak dapat dicapai oleh orangtua, seringkali hal ini terjadi dan menyebabkan anak menjadi malas belajar atau merasa hidupnya tidak penting, selain itu adanya 13 Macam-Macam Intervensi dalam Psikologi baik dari anak atau orang tua
  • Orangtua yang narsis bisa sangat memuja anaknya secara berlebihan, Selain itu bisa saja kehadiran anak yang diperhatikan dan disayang menyebabkan orang tua cemburu dan merasa bahwa anaknya justru buruk
  • Anak-anak tidak mendapat keleluasaan untuk mengeksplorasi minat dan potensi mereka.
  1. Parenting Pendampingan (Nurturant parenting)

Selanjutnya adalah parenting pendampingan atau didampingi, pola asuh yang satu ini termasuk yang direkomendasikan karena seimbang dan juga baik untuk anak. Adapun beberapa ciri dari pola asuh pendampingan yaitu :

  • Orangtua selalu mengharapkan agar anak bisa dan mau mengeksplorasi lingkungan sekitarnya sehingga mereka bisa belajar, namun tetap dalam pengawasan orangtua.
  • Orangtua menerapkan batasan yang jelas dan sudah dibiasakan kepada anak. Dengan mengharapkan feedback anak yang bisa mematuhi orang tua dan bersikap sopan.
  • Anak cenderung merasa empati kepada orang lain, bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain, serta lebih percaya diri. Selain itu mereka membiasakan diri bersikap baik dan apa adanya
  1. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang paling baik dan bisa diterapkan pada anak usia berapa saja. Baik masih balita sampai anak yang sudah dewasa dan sulit untuk diajak kompromi apalagi menuruti aturan yang diberikan orang tua.

Selain itu pola asuh jenis demokratis memberikan kesempatan untuk para orang tua untuk terbiasa menepatkan dirinya kepada anak bagaikan seorang teman, anak bebas mengemukakan pendapatnya. Disini memang ditekankan bahwa orang tua bisa mendengarkan keluhan anaknya, serta memberikan masukan.

Jika orang tua memberikan hukuman maka harus masuk di alasan mengapa dan bagaimana hukuman tersebut terjadi. Saat orang tua bersikap friendly, anakpun menjadi sangat terbuka kepada orang tuanya, sehingga anak tidak membantah pada orangtuanya namun tetap menjaga sikap mereka dengan menghargai dan mendengarkan.

  1. Parenting yang Berlebihan (Overparenting atau Helicopter parenting)

Seringkali orang tua mungkin mengalami tahun yang panjang untuk mendapatkan anak. Sehingga mereka merasa anaknya adalah sebuah kristal yang sangat mahal dan juga harus didengarkan segala keinginannya. Namun pola asuh ini sangatlah buruk dan menyebabkan permasalahan berkepanjangan. Ada beberapa ciri yang biasa dilakukan orang tua dengan pola asuh jenis ini :

  • Orangtua terlibat langsung dalam setiap aspek kehidupan anak dan menyelesaikan semua permasalahan anak sehingga anak tidak pernah mandiri dan dewasa
  • Orangtua melindungi anak secara berlebihan dan tidak membiarkan anak menghadapi kesulitan. Seringkali sikap anak salah dan berlebih namun orang tua mencoba menutup mata dan berpikir subjektif.
  • Anak menjadi tidak mandiri dan tidak memahami kesalahan dan konsekuensi yang akan mereka hadapi. Mereka juga terbiasa meminta orang tuanya untuk membela dan juga berlindung dari masalah.
  1. Parenting menyesuaikan dengan keadaan (Slow parenting)

Selanjutnya adalah pola asuh khusus yang biasa disebut sebagai slow parenting. Ada beberapa jenis ciri yang bisa anda kenali. Baca juga tentang Terapi gangguan emosi pada anak

  • Orangtua berusaha untuk tidak terlibat sebanyak mungkin dalam kehidupan anak dan memastikan bahwa ada cukup waktu untuk dihabiskan bersama keluarga.
  • Orangtua membatasi anak untuk menggunakan peralatan elektronik dan menggantinya dengan mainan atau buku yang mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas anak.
  • Anak-anak mengetahui batas dan kemampuan mereka.

Untuk pola asuh jenis ini cukup banyak orang yang menerapkannya, mengingat banyak orang yang berlomba mendidik anaknya tak hanya menjadi pintar seperti robot namun banyak hal seperti kreatif, senang berimajinasi dan mewujudkannya serta hal lainnya.

  1. Parenting yang Meracuni (Toxic parenting)

Ada pola asuh yang benar-benar memalukan dan tidak patut ditiru. Pola asuh meracuni pertama adalah orang tua seringkali melakukan kekerasan dan juga menyakiti anak baik fisik maupun emosional. Orang tua seperti ini tidak memikirkan apakah anaknya merasa trauma atau tidak.

  1. Parenting Lumba-lumba (Dolphin parenting)

Selanjutnya parenting lumba-lumba adalah orangtua menghindari perencanaan kegiatan yang berlebihan bagi anak-anak mereka, menahan diri agar tidak terlalu khawatir atau overprotektif dan juga tidak memperhitungkan apa cita-cita, dan tujuan anak.

Selain itu, orangtua dapat memperlakukan setiap anaknya sesuai karakter dan kebutuhannya saja. Kepribadian menjadi patokan utama. Anak-anak mempunyai keterampilan sosial, percaya diri, kreatif, dan hal baik lainnya.

  1. Parenting Ubur-ubur (Jellyfish parenting)

Pola asuh ini memiliki nama unik yaitu pola asuh ubur-ubur. Orangtua dengan pola asuh anak ubur-ubur biasanya menerapkan sedikit aturan dan juga memberikan sedikit harapan kepada anak. Mereka tidak ingin membuat hal-hal yang dilakukan menjadi beban anak. Selain itu, orangtua seringkali mengalah dan tidak ingin melakukan konfrontasi atau masalah dengan anak.

Sayangnya ada kelemahan dimana anak menjadi kurang pandai dalam bersosialisasi dan bidang akademis, serta cenderung melibatkan diri dalam perilaku yang berisiko saat remaja/dewasa.

  1. Parenting Hipnosis (Hypnoparenting)

Orangtua memberikan sugesti positif kepada anaknya berkaitan dengan perkembangan dan pendidikan anak namun juga bisa berlaku sebaliknya, orang tua bisa mempengaruhi pikiran negatif pada anak dan menyebabkan anak memiliki pikiran yang sama.

  1. Parenting Mercu Suar

Parenting jenis ini merupakan pola dimana orang tua memang sengaja membiarkan anaknya terlibat masalah namun tetap mereka yang mengawasi. Pola ini sangat penting, mengingat anak-anak biasanya tidak percaya akan hal yang buruk sampai mereka mengalaminya. Setelah itu orang tua akan menasehati dan memberikan masukan. Baca juga tentang Gangguan Jiwa Pada Anak

  1. Parenting Holistik

Selanjutnya parenting spiritual dimana orang tua benar-benar memberikan pola asuh yang baik dan sesuai dengan moral atau ajaran agar menghasilkan anak-anak yang baik.

  1. Parenting Tanpa Syarat (unconditional parenting)

Parenting jenis ini cukup banyak juga diterapkan di Indonesia, dimana orang tua mendukung anak secara positif dan berharap bahwa anaknya menemukan jalan berkembangnya dengan baik. Selain itu anak akan menerima perilaku baik, sayangnya beberapa anak justru memanfaatkannya dan menyebabkan pola asuh terkadang gagal.

Demikian penjelasan terkait apa saja macam – macam pola asuh anak menurut psikologi yang bisa dijadikan referensi orangtua dalam mendidik anaknya.

You may also like