Merokok adalah suatu aktivitas yang lazim dilakukakan oleh seorang pria bahkan juga sebagian dari wanita. Aktivitas ini dikenal sebagai suatu kegiatan beresiko yang menimbulkan berbagai gejala penyakit karena berbgai kandungannya yang sangat berbahaya. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa pengguna rokok aktif di Indonesia telah mencapai 61 juta orang. Suatu presentase yang cukup besar bukan?
Psikologi memang terdiri dari banyak prespektif seperti Psikologi Pendidikan , Psikologi Olahraga, Psikologi Kepribadian, psikologi remaja, psikologi sosial, Psikologi Islam, psikologi kesehatan dan seterusnya. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas dampak psikologis merokok. Apa saja dampak psikologsnya? Mari kita bahas bersama-sama.
Arti Merokok
Rokok adalah suatu bahn yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Sebatang rokok mengandung banyak sekali jenis zat kimia. Racun untama yang ada pada rokok adalah tar, nikotin dan karbon monoksida.
- Tar adalah zat hidrokarbon yang lengket dan bersifat menempel pada paru-paru.
- Nikotin adalah bahan utama dalam rokok yaitu merupakan zat adiktif yang mempengaruhi saraf dan peredaran darah. Nikotin ini adalah zat karsinogen yakni zat pemicu kanker yang merangsang zat kimia di otak sehingga menyebabkan kecanduan, meningkatkan kelenjar adrenalin untuk menganggu jantung dan menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung meningkat.
- Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah sehingga membuat darah tidak mampu mengikat oksigen karena kadar CO atau karbon monoksida yang melebihi kadarnya di dalam tubuh.
Sedangkan asap rokok mengandung 4.000 bahan kimia yang sangat berbahaya. Berikut adalah beberapa bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok :
- Ammonia : salah satu bahan cairan pembersih toilet
- Acetone : salah satu bahan cairan pembersih
- Cadmium : metal dalam baterai
- Vinyl Chloride : salah satu bahan cairan PVC
- Napthtalene : salah satu bahan cairan kapur barus
- Carbon Monoxide : gas pembuangan asap knalpot motor atau mobil.
- Tar : zat yang menempel pada paru-paru
- Nicotine : zat yang mengakibatkan kecanduan terhadap rokok
- Cyanide : salah satu gas ruang
- Formaldehyde : salah satu bahan pengawet mayat
- Arsenic : bahan racun
Lalu bagaimana rokok bisa mempengaruhi dampak psikologis bagi seseorang. Mari kita bahas pada ulasa berikut ini.
1. Merokok Mempengaruhi Mental Seseorang
Nikotin sebagai salah satu zat adiktif yang memberikan efek kecanduan akan mempengaruhi kinerja otak. Pengaruh kinerja otak ini akan senantiasa mempengaruhi mental seseorang dengan mengubah cara seseorang dalam bertindak. Perubahan cara berpikir ini bisa saja menjadi perubahan yang tetap karena nikotin sangat cepat berakumulasi di dalam otak.
Setelah rokok dihisap, nikotin akan mencapai otak hanya dalam waktu 10 menit saja. Tetapi waktu 10 menit ini ternyata bisa berdampak pada hidupmu untuk selama lamanya. Semakin banyak nikotin yang diserap maka pengaruh mentalmu juga semakin meningkat.
2. Merokok Memicu Perubahan Perilaku
Dopamin sebagai salah satu zat yang ada pada rokok akan dirasakan efek peningkatannya oleh sebagian besar perokok sebagi suatu rasa bahagia atau kesenangan pada saat merokok. Hal ini akan memicu perubahan perilaku seseorang untuk terus mencari dan menghisap rokok agar rasa senang dan bahagianya dapat terus dirasakan.
Tanpa disadari pula, perokok juga kan terlihat lebih agresif dan mudah emosi saat menahan keinginannya untuk merokok. Orang yang emosi seperti ini biasanya selalu merasa tidak punya cukup kepercayaan diri dan sulit mencari Cara agar selalu berpikir positif. Bila hal ini tak segera diatasi maka perubahan perilaku ini akan semain meningkat dan berpengaruh terhadap kehidupan sosial.
3. Merokok (tidak) Membuat Lebih Tenang
Efek dari dopamin yang sudah kita bahas sebelumnya nyatanya hanya akan memberikan efek kesenangan dan ketenangan yang bersifat sementara. Hanya dalam waktu beberapa jam saja setelah merokok seseorang justru malah merasakan stres akibat rasa keinginannya untuk merokok kembali. Nah, rasa stres dan kecemasan yang dirasakan saat ingin menghisap rokok lebih besar dibandingkan dengan rasa tenangyang dialami saat menghisap rokok. Bila orang mengatakan bahwa merokok adalah strategi stres, ini hanya sebuah anggapan saja.
Pada kenyataannya, merokok adalah suatu jalan keluar mengatasi stres yang buruk karena tidak akan meneri solusi pada seseorang guna menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Akhirnya, semua perokokakan tetap memngalami stres dan berkeinginan untuk terus merokok.
4. Merokok Menyebabkan Gejala Depresi
Deperesi adalah penyakit mental yang disebabkan oleh banyak faktor seperti keturunan, lingkungan sosial da kesehatan. Seseorang yang memang mengalami depresi lalu melampiaskannya dengan merokok justru akan membuat orang tersebut mengalami gejala depresi yang lebih tinggi. Sudah ditemukan bahwa seseorang yang merokok akan berpotensi besar mengalami depresi.
Sekitar 30% perokok dewasa disinyalir akan mengalami depresi tinggi. Kejadian depresi juga lebih mungkin dialami oleh perokok perempuan dan pada seseorang yang berusia lebih muda. untuk itu setiap pria wajib mengetahui Cara Mengatasi Stres dan Depresi agar tidak hanya mengandalkan untuk merokok.
Merokok membuat seseorang merasa depresi lewat beberapa cara, di antaranya:
- Mood swing
Saat merokok akan merasakan ketenangan dan mood seseorang dalam kondisinyang baik. Namun hal ini akan berubah secara drastis saat seseorang telah berhenti untuk merokok. Hal semacam inilah yang mebuat depresi pada seseorang.
- Perubahan hormon dopamin
Depresi yang dialami oleh pecnadu rokok juag diakibatkan oleh perubahan hormon dopamine dimana seorang pecandu rokok tidak akan merasa bahagia namun akan tetap merokok karena efek ketergantungan.
5. Merokok Menyebabkan Perilaku Toleransi dan Dependensi
Kita sudah paham bahwa rokok akan menyebabkan efek ketagihan. Seiring berkembangnya waktu efek ketagihan ini akan berkembang menjafi efek toleransi yakni efek yang akan membuat seseorang melakukan penambahan dosis. Misalkan pada saat orang tersebut biasanya merokok 1 pak bungkus rokok maka dengan adanya efek ini akan bertambah dosisnya menjadi 2/3 pak sehari.
Kebiasaan-kebiasaan ini akan memicu efek yang lain juga yakni efek dependensi atau efek ketergantungan dimana apabila seseorang tersebut mendadak berhenti merokok akan menyebabkan gejala tertentu seperti badan lemah, kurang konsentrasi, lesu, sulit berpikir dan lain-lain.
6. Merokok Mempengaruhi Gaya Hidup
Ditinjau dari kondisi secara umum perokok aktif di kalangan usia muda (13-19) tahun bahwa mereka tuntutan merokok adalah sebuah gaya hidup agar mereka merasa tampak lebih gaul, trendi, dan macho. Hal ini adalah dampak psikologis yang parah karena efek yang ditimbulkan oleh rokok juga sangat berbahaya. Sedangkan untuk perokok aktif di kalanganusia dewasa (>19 tahun), merokok ternyata menjadi gaya hidup atau kebiasaan yang membudaya dan dianggap sebagai suatu kebutuhan baik pada saat waktu senggang maupun saat bersosialisasi dengan kelompok masyarakat.
7. Merokok Menimbulkan Perasaan Senang
Sebagian pecandu rokok mengatakan bahwa kegiatan merokok adalah suatu aktivitas yang menyenangkan. Sesuatu yang dikatakan menyenangkan disini adalah merokok dianggap sebagai penunjukkan ekspresi melepasnya beban kita sehari-hari. Bagi seseorang yang beraktivitas dari pagi hingga malam hari, merokok adalah salah satu pelarian yang paling dicari. Pecandu rokok berpendapat bahwa rokok adalah bak hadiah bagi diri sendiri sebagai balasan karena sudah seharian berjuang sepanjang waktu.
Selain itu merokok juga dianggap sebagai obat pengusir kebosanan yang paling murah dan ampuh. Sensasi saat menghisap dan melihat gumpalan asap rokok yang membungbung di udara melewati mata kita adalah sesuatu yang sangat melegakan, menyenangkan dan mengusir segala kebosanan.
Penanganan Psikologis Merokok
Mengingat perilaku merokok menimbulkan dampak psikologis yang sangat besar bahkan juga mempengaruhi kesehatan dan menyebabkann kematian. Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India dan juga menduduki peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang. Berikut berapa penanganannya
- Belajar untuk melakukan berbagai aktivitas relaksasi agar merokok tidak dijadikan sebagai suatu bentuk pelarian saat stres
- Berlatih merokok secara terjadwal agar dapat mengurangi asupan nikotin secra bertahap dalam waktu Rokok tersenut harus diisap pasa waktu yang dijadwalkan bukan pada saat kecanduan yang amat sangat sehingga merokok dapat dikendalikan oleh waktu bukan oleh dorongan dalam diri, paksaan atau mood seseorang
- Dorongan yang paling baik adalah intervensi dari para dokter yang mensosialisasikan bahaya hipertensi, jantung, kanker dan penyakit lain yang disebabkan dari merokok
Demikian dampak psikologis merokok yang harus kita ketahui berikut dengan cara penanganan yang mungkin bisa diterapkan untuk mengurangi jumlah pecandu rokok. Penting sekali bagi pria untuk mengetahui Cara menghindari kebiasaan buruk ini dan mengganti dengan hal yang lebih bermanfaat. Namun harus diingat bahwa berbagai upaya di masa mendatang perlu untuk memberikan perhatian khusus terhadap beragam faktor psikologis yang membuat orang-orang tetap bertahan dengan kebiasaan merokoknya meskipun mengetahui dampaknya bagi kesehatan yang sangat berbahaya.