Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Kepribadian » 8 Contoh Regresi dalam Psikologi

8 Contoh Regresi dalam Psikologi

by Khanza Savitra

Secara psikologi, regresi didefinisikan sebagai mekanisme dengan mengembalikan ke masa-masa perkembangan yang telah dilewati, dimana seseorang mengalami tekanan psikologis. Apabila seseorang menghadapi kesulitan atau kecemasan maka perilakunya berubah menjadi kekanak-kanakkan atau mundur seperti di masa lalu pada saat mengalami kenyamanan.

Pada kondisi regresi membuat seseorang mengalami fase penurunan perkembangan. Artikel ini akan membahas tentang 8 contoh regresi dalam psikologi. Sebelum membahas tentang contoh regresi sebaiknya anda perlu pahami terlebih dahulu beberapa gejala atau ciri dari regresi seperti dibawah ini.

Gejala atau Ciri regresi pada anak

Adapun anak regresi memiliki gejala berupa :

  • Menjerit-jerit
  • Berguling-guling ditanah
  • Menangis
  • Meraung-raung
  • Membanting-bantingkan kaki
  • Menghisap ibu jari
  • Mengompol
  • Berbicara gagap
  • Merusak barang yang ada didekatnya karena maksudnya dihalangi atau
  • Menggunakan pola tingkah laku histeris lainnya.

Ciri regresi secara umum

Regresi mempunyai ciri-ciri umum yaitu:

  • Mereka menyangkal, memalsukan atau mendistorsikan kenyataan.
  • Mereka bekerja atau berbuat secara tak sadar sehingga tidak tahu apa yang terjadi.

Baca juga:

Penyebab munculnya perilaku regresi

Ada beberapa Faktor penyebab Regresi yaitu individu yang bersangkutan mengalami frustasi berat yang tidak tertanggungkan, rasa kebimbangan, rasa dongkol, rasa tidak mampu lalu ia ingin dihibur dan ditolong agar bisa keluar dari kesulitannya.

Selain itu,  Regresi juga disebabkan karena kecemburuan terhadap orang lain karena seseorang merasa di nomor duakan. Perubahan perilaku seseorang dapat terjadi kapan saja apabila individu tersebut mengalami perasaan gelisah, stres, cemas dan frustasi sebagai cara untuk mempertahankan egonya. 

Regresi merupakan perilaku kekanak-kanakan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya.

Dari perilaku yang kekanak-kanakan tersebut mengakibatkan diri seseorang tidak bisa mandiri bahkan tidak bisa memutuskan apa yang harus dilakukan dan tidak bisa  menentukan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri. Regresi muncul karena orang tersebut mengalami tekanan psikologis.

Kondisi regresi tersebut membuat orang tersebut berkelakuan seperti kekanak – kanakan atau primitife. Berikut ini 8 contoh regresi dalam psikologi, seperti dibawah ini.

1. Perubahan tingkah laku

Kondisi regresi ini menyebakan perkembangan perilaku secara terbalik yaitu  dari perkembangan yang lebih tinggi ke yang lebih rendah. Misalnya, orang tua yang takut menghadapi fase ketuaan melakukan Regresi dengan bertingkah laku seperti anak-anak atau remaja.

Baca juga:

2. Kondisi stres

Kondisi ini akan mengubah  tingkah laku yang dilakukan sesorang dalam menghadapi stres. Misalnya, pengantin baru yang mengalami masalah dalam rumah tangganya biasanya lari. Sres dapat mengubah kepribadian seseorng menjadi lebih buruk. Permasalahan hidup seseorang akan berdampak stres jika orang tersebut tidak mampu mengatasinya. Namun, apabila orang tersebut mampu mengatasi permasalahan hidupnya maka orang tersebut akan menjadi lebih dewasa baik secara mental maupun pemikiran. 

3.Bergantung pada orang lain

Kondisi regresi ini  secara tidak sadar individu mencoba berprilaku seperti anak kecil dan bergantung kepada orang lain serta tidak mau berfikir susah. Sifat yang mengganungkan orang lain ini akan berdampak buruk bagi perkembangan orang tersebut baik secara psikologis maupun fisik. Orang tersebut akan merasa tidak percaya diri dan mengurangi kemampuan secara kognitif.

4. Tidak percaya diri

Apabila seseorang mengalami kondisi psikologis berupa regresi maka orang tersebut tidak mempunyai sikap percaya diri terhadap kemmpuan yang dia miliki. Sikap ketidakpercayaan diri ini akan berdampak pada rasa atau sikap ketergantungan pada orang lain. Sikap rasa ketidakpercayaan terhadap orang lain akan berdampak pada ketidakmampuan dia dalam memenuhi kebutuhannya sehingga dia selalu beranggapan dia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain dan selalu tergantung pada orang lain.

5. Mudah putus asa

Salah satu ciri orang yang mengalami regresi adalah mudah putus asa. Kondisi ini terlihat seperti contoh regresi diatas yaitu selalu bergantung pada orang lain dan ketidakpercayaan diri. Kondisi seperti itu memperlihatkan orang tersebut mudahnya mengalami keputusasaan dalam menghadapi setiap kegagalan, tugas atau permasalahan hidup.

Baca juga :

6. Rasa minder

Perasaan minder ini juga sering ditemui oleh para penderita regresi psikologi ini. Rasa minder ini terwujud berkat adanya ketidakpercayaan diri pada orang tersebut. Rasa minder ini yang berlangsung lama dan tanpa adanya treatment psikologi akan berdampak fatal bagi psikologi orang tersebut yaitu berupa ketidak mauan dalam bersosial karena dia merasa tidak sama atau tidak memiliki kemampuan yang sama dengan orang lain.

7. Mudah emosi

Kondisi ini dialami karena orang tersebut mengalami kecemburuan terhadap orang lain. Misalnya  Misalnya ketika anak yang baru mempunya adik atau karena karena orang tuanya bercerai ,maka dia merasa orang tuanya lebih sayang pada adiknya. Kondisi psikoloigis seperti ini yang akan berdampak pada perkembangan mental anak tersebut. Anak tersebut akan lebih mudah sensitif dan mudah emosi terhadap suatu hal yang diluar keinginannya.

8. Sensitif

Rassa ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan diri yang berakibat pada ketergantungan terhadap orang lain menimbulkan rasa minder ketika bersosial akan berujung pada rasa sensitif yang berlebihan. Kondisi ini diperburuk dengan mudahnya emosi pada diri orang tersebut membuat dirinya merasa tidak bermanfaat baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Sensitifitas yang berlebihan ini apabila tidak dilakukan terapi yang tepat akan berdampak buruk bagi orang tersebut berupa stres dan trauma akut.

Demikianlah penjelasan singkat tentang 8 contoh regresi dalam psikologi. Bagi anda yang mengalami regresi seperti yang telah dijelaskan diatas maka sebaiknya anak segera berkonsultasi pada psikolog atau dokter kejiwaan agar anda mendapatkan solusi yang baik untuk anda. Anda tidak perlu khawtir ini akan baik untuk diri anda kedepannya.

You may also like