Dalam perkembangan kehidupan saat ini menjadi faktor utama dari banyak penyebab masalah pendidikan yang memiliki keterkaitan dengan filsafat. Salah satunya adalah pendidikan yang selalu berusaha untuk membentuk kepribadian manusia sebagai subjek sekaligus objek pendidikan. Naturalisme memiliki beberapa pengertian. Jika dilihat dari bahasa, natural berarti alami dan isme yang berarti paham. Sehingga naturalisme bisa disebut dengan paham alami yakni setiap individu terlahir memiliki kecenderungan atau pembawaan yang baik dan tidak ada yang memiliki pembawaan buruk.
Pendapat Ahli Tentang Naturalisme
Sedangkan jika dilihat dari pendapat para ahli, pengertian naturalisme sendiri juga berbeda beda yakni:
- J.J Rosseau: Ia berpendapat dalam bukunya “Emile: jika semua adalah baik ketika datang dari Sang Pencipta namun akan menjadi buruk di tangan manusia.
- Schopenhauer: Ia berpendapat jika semua anak terlahir dengan pembawaan baik dan tidak ada seorang pun yang telrahir dengan pembawaan buruk.
Naturalisme juga disebut dengan negativisme sebab pendidik wajib membiarkan pertumbuhan dari anak didik dengan sendirinya atau diserahkan kembali pada lingkungan. Dengan kata lain, anak tidak membutuhkan pendidikan namun yang harus dilakukan pendidik terhadap anak didik adalah menyerahkan pada alam agar pembawaan baik tidak rusak karena kegiatan pendidikan.
Hubungan Naturalisme Dengan Psikologi Perkembangan
Hubungan dan juga pengaruh naturalisme dengan perkembangan anak seperti yang dikatakan Rosseaou adalah anak harus dijauhkan dengan pengaruh buruk masyarakat penyebab lemah mental pada anak yang sudah dibuat buat sehingga kebaikan anak yang diperoleh sejak lahir bisa berkembang dengan bebas dan spontan. Rosseaou juga menyarankan jika permainan bebas pada anak didik harus diberikan untuk mengembangkan kemampuan, pembawaan dan juga kecenderungan. Pendidikan harus dijauhkan dari perkembangan anak agar bisa mempertahankan hal yang baik dari anak tersebut. Intinya adalah, paham naturalisme ingin menjauhkan anak didik dari semua hal buruk di sekitarnya dan membiarkan kebaikan tertanam serta berkembang sebab setiap anak memiliki potensi unggul untuk terus tumbuh dan memiliki prestasi cemerlang di masa datang.
Tujuan Paham Naturalisme
Ada lima tujuan dari pendidikan paham naturalisme yang diperkenalkan Harbert Spencer lewat essainya berjudul Ilmu Pengetahuan Apa Yang Paling Berharga. Kelima tujuan tersebut yakni:
- Pemeliharaan diri
- Meningkatkan anak didik
- Mengamankan kebutuhan hidup
- Memelihara hubungan sosial dan politik
- Menikmati waktu luang.
Spencer juga kemudian memberi penjelasan tentang delapan prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme tersebut. Delapan prinsip tersebut yakni:
- Pedidikan harus bisa menyesuaikan diri dengan alam
- Proses pendidikan harus bisa menyesuaikan diri dengan alam.
- Proses pendidikan yang berjalan harus bisa disenangi anak didik yang penting dalam cara membentuk karakter anak usia dini.
- Pendidikan harus didasari dengan spontanitas dari aktivitas anak.
- Perbanyak ilmu pengetahuan menjadi bagian terpenting dari pendidikan.
- Pendidikan ditujukan untuk membantu perkembangan fisik dan juga otak.
- Praktik mengajar merupakan seni menunda.
- Metode instruksi dalam mendidik memakai cara induktif.
- Hukuman akan diberikan sebagai konsekuensi alam karena sudah melakukan kesalahan dan jika memang akan dilakukan maka harus secara sistematik.
Konsep Dasar Naturalisme
Aliran pendidikan naturalisme lahir sebagai reaksi pada aliran filsafat pendidikan Aristotalian Thomistik di abad ke-17 yang kemudian mengalami perkembangan di abad ke-18. Naturalisme kemudian berkembang pesat dalam bidang sains dan ia berpendapat jika Learned heavily on the knowledge reported by mans senses. Filsafat pendidikan didukung dengan tiga aliran besar yakni empirisme, realisme dan juga rasionalisme. Semua penganut naturalisme adalah penganut realisme. Namun tidak seluruh penganut realisme adalah penganut naturalisme sehingga banyak pemikiran realisme yang sejalan dengan naturalisme seperti nilai estetis dan etis yang didapat dari alam sebab alam sudah menyediakan kedua hal tersebut.
Dalam pendidikan dan juga pengajaran, Comenius memakai beberapa hukum alam untuk contoh yang selalu tertib dan teratur. Hukum alam tersebut memiliki tiga ciri yakni:
- Semuanya berkembang dari alam.
- Perkembangan alam serba teratur, tidak melompat lompat namun terjadi secara bertahap.
- Alam berkembang tidak terburu buru namun menunggu waktu yang tepat sambil melakukan persiapan.
Implikasi Naturalisme Pada Bidang Pendidikan
Fenomena menarik dalam bidang pendidikan sekarang ini adalah terlahirnya banyak model pendidikan yang menjadikan alam sebagai tempat dan juga pusat kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak lagi harus dilakukan dalam kelas yang terbatas pada ruang dan waktu namun lebih fokus pada pemanfaatan alam sebagai tempat dan sumber belajar sebagai salah satu tips meningkatkan daya ingat. Belajar dengan alam yang sudah menyediakan beragam fasilitas dan tantangan bagi peserta didik yang nantinya akan menyenangkan dan tinggal kemampuan masing masing individu tentang bagaimana mengeksplorasi sumber daya alam menjadi media, sumber dan juga materi pembelajaran yang sangat berguna.
Dalam buku Quantum Learning Bobbi De Porter mengatakan jika dengan mengendalikan lingkungan, maka seseorang melakukan langkah efektif pertama untuk mengendalikan semua pengalaman belajar bahkan bisa menghasilkan ciri ciri anak cerdas istimewa. Bobbi De Porter juga mengenalkan model pendidikan Quantum pertama kalinya dengan cara terprogram bernama Super Camp dimana ia menjadikan alam sebagai lokasi pembelajaran. Peserta didik akan dengan bebas bisa mengeksplorasi apa yang dilihat, didengar dan dirasakan dari alam. Sedangkan pengajar akan menempatkan diri sebagai mitra peserta didik untuk berdiskusi dalam menyelesaikan masalah yang ditemukan pada alam.
Out put dari model pendidikan Quantum tersebut terbukti mempunyai keunggulan kompetitif lebih baik jika dibandingkan dengan out put model pendidikan konvensional yang ada dalam kelas. Lewat Super Camp, peserta didik akan leluasa dalam memanifestasikan subyektifitasnya yang jarang terjadi dalam praktik konvensional dalam kelas di sekolah.
Apabila dalam kelas, subyektifitas pendidk akan tertekan dengan otoritas guru, maka di alam , guru dan pendidik akan leluasa menghasilkan hubungan lebih akrab antara satu dengan yang lain. Dari keakraban ini, maka akan berlanjut dengan hubungan emosional mendalam antara guru dengan peserta didiknya. Dalam keadaan ini, subyektifitas peserta didik dengan sendirinya akan mengalir dalam diskusi dengan guru sehingga suasana belajar kondusif akan tercipta.
Dengan menyatunya siswa bersama alam sebagai tempat belajar, maka bisa memuaskan rasa ingin tahu sebab mereka akan berhadapan langsung dengan sumber sekaligus materi pembelajaran secara nyata dimana hal tersebut jarang terjadi pada pembelajaran dalam kelas sehingga bisa mengeluarkan macam macam bakat yang mereka miliki. Di alam, mereka akan secara langsung bisa melihat bagaimana sapi merumput, burung berkicau, sejuknya air, keharuman bunga dan lain sebagainya menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.
Peserta didik akan belajar dengan nyaman dan terjadi dalam suasana menyenangkan sehingga informasi yang didapat bisa terekam lebih baik dalam otak siswa dan menjadi cara belajar efektif dan alamiah manusia.
Filsuf Confucius memperkenalkan jika belajar akan lebih efektif jika siswa melihat, merasa, mendengar, mengalami dan juga mempraktikkan secara langsung atas apa yang dipelajari untuk mendukung perkembangan memori pada manusia. Untuk saat ini, konsep kembali ke alam tidak hanya dikembangkan dalam psikologi perkembangan namun juga merambah ke dunia kedokteran dimana masyarakat mulai memilih pengobatan alam karena obat obatan farmacy saat ini sudah terbukti memiliki efek sampin bagi kesehatan manusia.
Pemikiran filsafat pendidikan naturalisme bisa diaplikasikan juga dalam pendidikan Islam yakni dengan memberikan kebebasan bagi siswa dalam mengobservasi serta mengeksplorasi ciptaan Allah pada alam semesta sekaligus mengembangkan macam macam kecerdasan manusia. Memperlihatkan pada siswa tentang aneka ragam ciptaan termasuk manusia sebagai ciptaan dan guru bisa memberikan penjelasan secara lengkap sesuai dengan tingkat perkembangan siswa sehingga bisa dirasakan siswa dengan nyata sekaligus memahami dengan baik apa yang sudah dipelajari. Model pembelajaran seperti ini yang akhirnya dilakukan pengikut filsafat pendidikan naturalisme dikategorikan sebagai kegiatan belajar lewat sense atau panca indera.
Ada dua asal usul ilmu pengetahuan yang didapat manusia yakni pengetahuan eksternal dan juga potensi bawaan. Pengetahuan eksternal adalah pengetahuan yang sampai pada pemikiran atau akal dari alam luar. Pengetahuan eksternal ini menjadi gambaran alam yang masuk ke dalam akal lewat panca indera dan ragamnya menurut kemampuan sensasi serta kejadian alamiah. Untuk cara mendapatkannya bisa lewat panca indera dan juga akal.
Teori naturalisme dalam psikologi perkembangan memiliki pandangan jika semua manusia tercipta supaya bisa belajar sekaligus berpikir agar nantinya bisa kembali pada Sang Pencipta dan dalam hal ini implikasi di dunia nyata adalah bahwa dalam proses pendidikan dilakukan dengan berafiliasi pada prinsip keTuhanan yang juga sekaligus mendukung perkembangan memori pada anak. Kelebihan dari teori ini adalah penghargaan tertinggi untuk alam termasuk anak yang lahir secara alami akan lebih baik. Teori ini nantinya bisa melahirkan manusia manusia demokratis karena segala sesuatu akan dikembalikan pada pribadi masing masing individu. Nantinya, anak didik akan lebih mudah di adaptasi dalam kepribadiannya akan tetapi secara realitas yang terjadi sekarang ini, yang terjadi pada lingkungan nyata sangat bertolak belakang dengan paham tersebut.