Cognitive berasal dari kata cognition yaitu knowing atau mengetahui, memperoleh, menata, menggunakan pengatahuan (Neisser, 1976). Atau yang lebih sederhana kemamouan kognitif adalah upaya kemampuan seorang anak untuk berfikir kompleks, menalar dan memecahkan masalah.
Kognitif adalah cabang-cabang psikologi sebagai salah satu aspek penting dalam perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran yang berpengaruh pada keberhasilan seseorang.
Guru atau mahasiswa calon guru adalah tenaga pendidik yang bertanggung jawab melakukan interkasi edukasional dalam kelas dan wajib memahami perkembangan konitif yang akan membantu dalam proses pembelajaran. Kemudian kognitif berkembang pada ranah psikologis manusia yang mengatur perilaku menta; seperti memahami, mengolah informasi atau memecahkan masalah. Berikut adalah beberapa pendapat ahli :
- Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psycologhy, kognisi merupakan konsep umum yang melingkupi segala macam pengenalan seperti mengamati, menilai memerhatikan, menyangka, membayangkan, menduga atau menilai.
- Menurut Mayer (1996), kognisi adalah kemampuan manggambarkan suatu peristiwa dalam ingatan
Dari pengertian di atas maka kognisis adalah istilah ahli psikologi yang berhubungan dengan aktivitas mental seperti persepsi, pikiran, ingtaan dan pengolahan informasi untuk memperoleh pengetahuan.
Penerapan Psikologi Kognitif dalam Tingkah Laku
Manusia bukan lagi makhluk pasif terhadap lingkungannya, tetapi adalah makhluk yang berusaha memahami lingkungannya dan makhluk yang selalu berpikir (Homo Sapiens). Para kaum rasionalis mempertanyakan apakah penginderaan kita dari pengalaman langsung mampu memberikan kebenaran. Kemampuan alat indera seringkali gagal memberikan informasi yang akurat.
Decartes dan Kant juga memberikan kesimpulan bahwa jiwalah yang menjadi alat pengetahuan bukan alat indera. Jiwa menginterpretasikan pengalaman inderawi, menciptakan, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi dan mencari makna. Manusia merupakan makhluk yang menafsirkan dan mendistorsi lingkungan. Sebelum pemberian respon, manusia terlebih dahulu menangkap pola atau stimuli.
Kurt Lewin, Solomon Asch, Fritz Heider, Heider dan Festinger telah membawa perkembangan pengaruh psikologi kognitif ke dalam pengaruh psikologi sosial untuk menggambarkan perkembagan konsepsi manusia. Pada kenyataanya, manusia tidaklah serasional dugaan-dugaan di atas. Penilaian manusia sering dipengaruhi oleh informasi kurang lengkap dan kurang rasional. Penilaian tersebut berdasarkan data yang kurang kemudian dikombinasikan dengan prakonsepsi.
Manusia sering menggunakan prinsip umum untuk menentukan keputusan. Kahneman dan Tversky (1974) yang mengungkapkan bahwa cognitive heuristics atau dalil-dalil kognitif. Walaupun psikologi kognitif mengandung konsep-konsep yang sulit diuji maka psikologi kogniyif telah memasukkan jiwa manusia yang dicabut oleh behaviorisme. Tingkah laku manusia sekarang diawali dengan berpikir terlebih dahulu.
Manusia bukan hanya makhluk berpikir, tetapi juga akan berusaha menentuka identitas dirinya dan melakuakan segala cara untuk mencapai apa yang diinginkannya. Berikut ciri aliran kognitif sebagai berikut :
- Mengutamakan sesuatu dalam diri manusia
- Mengutamakan keseluruhan daripada hanya bagian-bagian
- Mengutamakan peranan kognitif
- Mengutamakan kondisi, keadaan atau waktu sekarang
- Mengutamakan keseimbangan pada diri manusia
- Mengutamakan insight (mengerti dan memahami)
Sedangkan Jean Pieget seorang pakar terkemuka dalam suatu disiplin ilmu psikologi kognitif yang mengelompokkan perkembangan kognitif pada 4 tahap :
- Tahap Sensory Motor (antara usia sejak lahir sampai 2 tahun): Bayi melakukan pergerakan dari gerakan refleks instinktif dari sejak lahir sampai awal pemikiran simbolis.
- Tahap Pre-Operational (antara usia 2-7 tahun): Anak mulai menggambarkan dunia dengan kata-kata atau gambar-gambar yang menunjukkan peningkatan pemikiran simbolis.
- Tahap Concrete Operational (antara usia 7-11 tahun): Anak sudah dapat berpikir secara logis terhadap hal-hal yang konkret dan mengelompokkan benda ke bentuk yang berbeda.
- Tahap Formal Operational (antara usia 11-15 tahun): Remaja sudah dapat berfikir yang lebih abstrak, logis dan idealistis.
Kemudian perkembangan kognitif didasarkan pada 2 jenjang usia yaitu :
- Anak-anak (usia Sekolah Dasar)
Di usia anak-anak yang masih bersekolah dasar, aktivitas mental akan terfokus pada obejk nyata atau kejadian yang pernah dialami. Anak usia sekolah dasar sudah dapat berkemampuan untuk berpikir melalui urutan sebab akibat. Di usia tersebut, anak tidak lagi hanya mnegandalkan informasi dari sumber panca indera saja sebab mereka memiliki kemampuan untuk dapat membedakan segala hal yang dapat terlihat oleh mata dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi.
Piaget mengungkapkan bahwa anak di usia ini telah dapat menyadari konservasi atau kemampuan anak berkaitan erat dengan aspek yang berbeda dan anak juga telah mengembangkan tiga macam proses yakni negasi, hubungan timbal balik dan identitas.
- Remaja (SMP dan SMA)
Kemampuan perkembangan usia remaja ditandai dengan kemampuan nerpikir abstrak dan hipotesis hingga ia mampu memikirkan suatu hal yang abstrak. Para remaja akan senantiasa memberikan integrasi tentang kejadian yang telah dipelajari lalu menyusun rencana masa depan. Mereka juga sudah terlatih untuk berpikir sistematik yakni berpikir dalam konsep sesuatu yang mungkin terjadi bukan hanya apa yang sudah terjadi.
Segala bentuk perkembangan kognitif pada anak butuh adanya proses yang menutut anak mempunyai kepribadian yang berbeda sehingga perkembangan kognitif anak yang satu berbeda dengan anak lain. untuk itu perlu remaja memahami akan cara mengatasi anxiety disorder, cara menghilangkan kecemasan, cara mengatasi psikologis terganggu, cara menghilangkan ketakutan berlebihan agar tidak menyebabkan masalah di kemudian hari. Berikut adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif :
- Perkembangan organik dan sistem syaraf yang matang
Faktor berikut adalah faktor yang berkaitan erat dengan pertumbuhan fisik atau perkembangan organ setiap anak itu sendiri. Seorang anak yang memiliki kelainan secara fisik tidak bisa juga dikatakan akan mengalami perkembangan kognitif yang buruk.
Sebaliknya, seseorang dengan pertumbuhan fisik yang begitu cepat dan sempurna tidak termasuk sebagai jaminan bahwa perkembangan kognitif akan tumbuh begitu cepat. Sistem syaraf masing-masing dalam diri seorang anak akan sangat mempengaruhi baik atau tidaknya perkembangan kognitif seorang anak tersebut.
Jika memang syaraf otaknya mengalami gangguan, hal ini tentu saja berpengaruh pada perkembagna kognitif anak tersebut. Jika memang syaraf otaknya mengalami sebuah kendala atau gangguan maka perkemabangan kognitifnya pun jug sangat terganggu dan berbeda dnegan anak-anak yang memiliki syaraf otak normal.
- Latihan dan Pengalaman
Suatu pengembangan kognitif seorang anak juga terjadi melalui beberapa proses latihan-latihan dan berbagai pengalaman yang didapatnya. Begitu pula perkembangan kognitif yang terjadi pada seorang anak juga tergantung pada laihan-latihan dan pengalaman-pengalaman.
- Interaksi sosial
Selanjutnya, perkembagan kognitif seorang anak juga dipenagruhi oleh interaksi hubungan anak pada lingkungan tempat tinggal atau sekitarnya. Seperti halnya pada situasi sosial yang terjadi yakni saat terjadi interaksi antar teman sebaya maupun antar orang-orang terdekat di lingkungan sosialnya.
- Ekuilibrasi
Faktor ekuilibrasi adalah terjadinya proses keseimbangan yang berfokus pada sejumlah tahap perkembangan kognitifnya seperti halnya menurut Jean Piget. Keseimbangan-keseimbangan tersebut yng telah diewati juga akan bepengaruh besar terhadap perkembangan kognitif seorang anak.
Demikian penerapan psikologi kognitif pada tingkah laku. Setelah kita memahami psikologi yang terdiri dari banyak prespektif seperti Psikologi Pendidikan , Psikologi Olahraga, Psikologi Kepribadian, psikologi remaja, psikologi sosial, Psikologi Islam, psikologi kesehatan dan seterusnya. Kita sekarang dapat mengetahui psikologi kognitif pada tingkah laku manusia. Semoga bermanfaat.