Pendidikan karakter memiliki tujuan untuk membentuk manusia utuh atau holistik yang berkarakter yakni dengan mengembangkan aspek fisik, sosial, emosi, spiritual, kreativitas dan juga intelektual yang nantinya diharapkan bisa membentuk manusia lifelong learners atau pembelajar sejati. Menurut Nel Noddings, selain peran sekolah dalam pendidikan karakter anak, pendidikan karakter memiliki tujuan untuk menanamkan nilai nilai kebajikan, membangun kepercayaan pengenalan dan menggambarkan contoh yang bisa ditiru. Pada intinya, pendidikan karakter memiliki tujuan untuk menanamkan nilai kebajikan dan membentuk mausia secara menyeluruh dan mengembangkan potensi yang dimiliki tidak hanya kepintaran dalam berpikir namun juga respek terhadap lingkungan serta melatih potensi diri anak agar bisa berkembang semakin positif. Sedangkan metode dalam pendidikan karakter yang paling penting terdapat beberapa jenis yang akan kami ulas secara lengkap pada artikel berikut ini.
- Mengajarkan
Memahami konseptual tetap diperlukan sebagai bekal konsep nilai yang dijadikan rujukan untuk mewujudkan karakter tertentu yang memerlukan peran lingkungan dalam pendidikan karakter. Mengajarkan karakter berarti memberikan pemahaman pada anak mengenai struktur nilai tertentu, maslahat dan juga keutamaan. Mengajarkan nilai ini mempunyai dua faedah utama yakni memberikan pengetahuan konseptual baru dan juga dijadikan pembanding atas pengetahuan yang sudah dimiliki anak. Untuk itu, proses mengajarkan bukanlah monolog akan tetapi melibatkan peran serta dari anak.
- Keteladanan
Seorang anak nantinya akan lebih banyak belajar dari apa yang dilihat dan keteladanan ada pada posisi penting dimana seorang guru harus lebih dulu memiliki karakter yang akan diajarkan. Seorang anak atau peserta didik akan melihat dan meniru yang dilakukan oleh guru dibandingkan dengan apa yang dilaksanakan oleh guru. Keteladanan ini tidak hanya bersumber dari guru namun juga dari semua manusia yang ada dalam lembaga pendidikan tersebut, orang tua, kerabat dan semua orang yang berhubungan dengan peserta didik tersebut. Dalam kondisi ini, seorang anak akan membutuhkan lingkungan pendidikan yang utuh agar bisa saling mengajarkan karakter.
- Menentukan Prioritas
Menentukan prioritas yang jelas harus ditetapkan untuk cara membentuk karakter anak usia dini supaya proses evaluasi bisa berhasil atau tidak mengenai pendidikan karakter akan semakin jelas. Tanpa adanya prioritas, maka pendidikan karakter juga tidak bisa fokus sebab tidak bisa dinilai dari berhasil dan tidka berhasil. Pendidikan karakter menghimpun kumpulan nilai yang dianggap penting untuk pelaksanaan dan juga realisasi visi lembaga. Untuk itulah, lembaga pendidikan mempunyai kewajiban untuk menentukan tuntutan standar yang ditawarkan pada peserta didik dan juga semua pribadi yang ikut terlibat dalam lembaga pendidikan juga harus paham dengan baik mengenai nilai yang akan ditekankan pada lembaga pendidikan karakter ketiga. Apabila lembaga ingin menentukan perilaku standar yang menjadi ciri lembaga, maka karakter lembaga tersebut juga harus bisa dipahami oleh peserta didik, masyarakat dan juga orang tua.
- Praksis Prioritas
Metode lain yang juga tidak kalah penting dalam pendidikan karakter adalah bukti dilaksanakannya prioritas karakter tersebut. Lembaga pendidikan haruslah bisa membuat verifikasi mengenai sejauh mana prioritas yang sudah ditentukan sudah bisa direalisasikan dalam lingkungan pendidikan lewat berbagai unsur yang ada dalam lembaga pendidikan tersebut.
- Refleksi
Refleksi memiliki arti yang dipantulkan ke dalam diri pada etika dalam pendidikan karakter. Apa yang sudah dialami masih bisa terpisah dengan kesadaran diri sejauh ia belum dihubungkan dna dipantulkan dengan isi dari kesadaran seseorang. Refleksi ini juga bisa disebut dengan proses bercermin, mematutkan diri pada konsep atau peristiwa yang sudah dialami.
- Metode Bercerita [Telling Story]
Ha l terpenting dalam metode ini adalah guru harus bisa membuat kesimpulan bersama dengan siswa karakter apapun yang diperankan dalam tokoh protagonis yang bisa ditiru oleh siswa dan karakter dari para tokoh antagonis harus bisa dihindari dan nantinya tidak ditiru oleh peserta didik. Dengan ini, maka para pengajar harus bisa mengambil hikmah dari cerita keberhasilan tokoh perjuangan, tokoh ternama dan juga pesohor yang berjuang sekuat tenaga sebelum mencapai keberhasilan.
- Metode Diskusi
Metode diskusi dalam pengertian karakter menurut para ahli memiliki beberapa manfaat diantaranya untuk membuat sebuah masalah yang berhubungan dengan pendidikan karakter akan terlihat lebih menarik, membantu peserta didik agar terbiasa untuk mengutarakan pendapat, lebih mengenai dan mengalami sebuah masalah, menciptakan suasana yang lebih rileks dan informal namun tetap terarah dan yang terakhir untuk menggali pendapat dari peserta didik yang pemalu, tidak banyak bicara atau bahkan sangat jarang bicara.
- Metode Simulasi
Metode simulasi atau bermain peran, role playing atai sosiodrama dilakukan agar peserta didik bisa mendapatkan keterampilan tertentu baik itu yang bersifat profesional atau yang berguna bagi kehidupan sehari hari. Selain itu, simulasi juga bisa ditujukan untuk memperoleh pemahaman mengenai sebuah konsep atau prinsip dan juga bertujuan untuk memecahkan sebuah masalah yang relevan dengan pendidikan karakter.
- Metode Pembelajaran Kooperatif
Dari pendapat beberapa ahli, macam macam teori belajar dalam psikologi yakni kooperatif ini dianggap yang paling umum dan efektif untuk implementasi pendidikan karakter. Dalam implementasi metode, sejumlah nilai karakter bisa dikembangkan menjadi beberapa nilai seperti mandiri, kerja sama, terbuka, menghargai pendapat orang lain, tenggang rasa, analitis, santun, logis, kritis, dinamis dan juga kreatif.
- Metode Percakapan
Metode percakapan atau hiwar merupakan percakapan silih berganti yang terjadi diantara dua pihak atau lebih lewat tanya jawab tentang sebuah topik pembahasan dan dengan sengaja memang diarahkan pada sebuah tujuan yang dikehendaki. Dalam metode percakapan pada pendidikan karakter ini akan berdampak pada pendengar atau pembaca yang mengikuti topik percakapan tersebut dengan seksama dan penuh akan perhatian. Hal tersebut bisa disebabkan karena berbagai faktor seperti:
- Permasalahan ditampilkan dengan dinamis sebab dua belah pihak yakni pendidik dan peserta didik akan langsung terlibat dalam pembicaraan secara timbal balik sehingga tidak terasa membosankan. Bahkan dialog tersebut akan mendorong kedua belah pihak untuk terus memperhatikan dan meneruskan pola pikir sehingga bisa menemukan sesuatu yang baru dan mungkin salah satu pihak nantinya berhasil untuk memberii keyakinan pada rekannya mengenai pandangan yang dikemukakan.
- Pembaca atau pendengar akan tertarik untuk mengikuti percakapan dengan tujuan agar bisa mengetahui kesimpulan yang bisa juga menghindarkan dari kebosanan dan bisa meningkatkan semangat.
- Membangkitkan perasaan dan kesan seseorang sehingga bisa memberikan dampak pendagogis yang bisa membantu ide tersebut dalam jiwa pembaca atau pendengar dan mengarahkannya pada tujuan akhir dari pendidikan.
- Metode Perumpamaan
Dalam pendidikan karakter, ada banyak perumpamaan yang bisa digunakan dimana metode ini sangat baik digunakan guru atau pengajar dalam memberi pengajaran pada peserta didik khususnya dalam menanamkan karakter yang dikatakan sebagai cara belajar efektif menurut psikologi. Metode perumpamaan ini hampir serupa dengan metode kisah yakni dengan membacakan sebuah kisah atau teks. Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari metode ini dan beberapa diantaranya adalah:
- Mendekatkan makna dengan pemahaman
- Merangsang kesan dan juga pesan yang berhubungan dengan makna tersirat dalam perumpamaan tersebut
- Mendidik akal agar bisa berpikir logis memakai logis yang sehat
- Motif yang bisa menggerakan perasaan menghidupkan naluri yang kemudian akan menggugah kehendak sekaligus mendorong agar bisa melakukan amal baik sekaligus menjauhi kemungkaran.
- Metode Keteladanan
Dalam upaya menanamkan karakter pada peserta didik, keteladanan adalah metode yang efektif sekaligus efisien. Peserta didik khususnya siswa dengan usia pendidikan dasar dan menengah umumnya lebih meneladani atau meniru pendidik atau guru. Hal ini dikarenakan secara psikologis, siswa memang sangat senang meniru tidak hanya segala sesuatu yang baik namun terkadang yang buruk juga ikut ditiru. Guru atau pendidik merupakan orang yang dijadikan panutan peserta didik dan setiap anak awalnya akan mengagumi kedua orang tua mereka dan semua tingkah laku orang tua akan diikuti oleh anak.
Untuk itulah, seorang anak harus bisa memberikan teladanan yang baik pada anak seperti contohnya saat sedang makan membaca doa yang nantinya akan ditiru oleh anak. Namun saat sudah bersekolah, maka seorang anak akan mulai meniru semua yang dilakukan oleh guru sehingga seorang guru juga harus bisa memberikan keteladanan baik pada peserta didik agar juga bisa menanamkan karakter yang baik secara efektif dan efisien.
- Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan yang merupakan satu dari macam macam metode pembelajaran merupakan sesuatu yang secara sengaja dilakukan secara berulang kali supaya bisa dijadikan kebiasaan. Metode pembiasaan ini memiliki inti pengalaman sebab yang dibiasakan tersebut adalah sesuatu yang sedang diamalkan. Inti dari kebiasaan ini adalah pengulangan dan pembiasaan akan menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, bisa menghemat kekuatan, bisa melekat dan spontan dan bisa dilakukan dalam setiap pekerjaan.
Untuk itu menurut para pakar, metode pembiasaan ini sangat efektif dalam pembinaan karakter dan juga kepribadian anak. Sebagai contoh, orang tua yang membiasakan anaknya untuk bangun pagi, maka seorang anak juga akan menjadi rutinitas bangun pagi tersebut menjadi sebuah kebiasaan.
Selain beberapa metode dalam pendidikan karakter yang sudah kami sebutkan diatas, masih ada dua metode penting lain yang harus diterapkan dalam pendidikan karakter yakni:
- Metode Live In: Agar seorang anak bisa memiliki pengalaman hidup bersama orang lain secara langsung dalam situasi yang sangat berbeda dengan kehidupan sehari hari.
- Metode janji dan ancaman: Janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai dengan bujukan dan ancaman karena dosa yang dilakukan dengan tujuan agar anak bisa mematuhi aturan Tuhan namun dengan titik penekanan yang berbeda.