Sebelum adanya pandemi, kebanyakan dari karyawan atau pekerja bekerja di tempat kerjanya masing-masing. Akan tetapi, kondisi di tempat kerja tidak selamanya nyaman dan dapat memicu masalah-masalah psikologis. Rutinitas yang padat, tuntutan pekerjaan, rekan kerja yang kurang suportif, pimpinan yang kurang ramah, atau bahkan proses perjalanan ke tempat kerja dapat menjadi pemicu berbagai masalah psikologis.
Menurut Johnson, dkk. (2020), lingkungan kerja yang penuh dengan tekanan menyebabkan kesejahteraan psikologis karyawan menjadi berkurang atau bahkan hilang. Ketika hal ini terjadi, maka dampaknya akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas yang dapat merugikan tempat kerja tersebut. Selain itu, seorang dokter spesialis kesehatan jiwa juga menyebutkan tiga hal yang menyebabkan masalah psikologis di tempat kerja, yakni beban kerja terlalu berat, jam kerja terlalu panjang, serta lingkungan yang buruk.
Namun tidak hanya itu, berdasarkan penelitian terbaru dalam MedicalDaily, ketidakadilan tempat kerja serta ketidakpuasan pimpinan yang terus menerus juga dapat menyebabkan masalah psikologis. Padahal, dukungan dari rekan kerja, pimpinan, tempat kerja, sarana dan prasarana, serta kebijakan kerja sangat penting untuk menghindarkan karyawan dari masalah psikologis. Kemudian, kesehatan mental karyawan juga berpengaruh besar terhadap tingkat keberhasilan perusahaan.
World Health Organization menyampaikan bahwa terdapat sekitar $1 triliun kerugian ekonomi secara global akibat masalah kesehatan mental yang menyebabkan turunnya produktivitas. Oleh karena itu, penting bagi pekerja maupun calon pekerja untuk memahami gangguan mental di tempat kerja agar dapat mencegah masalah ini muncul ketika bekerja. Berikut adalah 6 masalah psikologis di tempat kerja serta cara untuk mengatasinya:
1. Stres
Hal yang paling umum dan paling wajar terjadi ketika sedang bekerja adalah munculnya rasa stres. Stres kerja merupakan kondisi di mana seseorang merasa pekerjaan yang dijalani tidak sesuai dengan kemampuan atau kebutuhannya sehingga muncul respons fisik atau emosional yang berbahaya serta 13 dampak stres kerja menurut psikologi.
Sebenarnya, stres dalam taraf tertentu, khususnya eustres tidak berbahaya atau mengganggu kehidupan sehari-hari. Namun, jika stres dirasakan terus menerus tanpa adanya upaya penyelesaian, stres bisa berubah menjadi masalah psikologis. Gejala-gejala yang dapat muncul di antaranya:
- Gejala fisiologis: otot tegang, keluar keringat dingin, sakit perut, sakit kepala
- Gejala psikologis: mudah marah dan panik
- Gejala psikosomatik: nyeri otot dan kram, gangguan mata, gangguan kulit, gangguan pencernaan, atau gangguan genitourinaria (gangguan menstruasi)
- Perubahan tingkah laku.
Karyawan dapat berusaha sendiri terlebih dahulu untuk mengatasi stresnya dengan 16 cara mengatasi stres pada karyawan di tempat kerja, di antaranya dengan rutin berolahraga, menjaga pola makan, menyiapkan waktu untuk diri sendiri, atau beribadah.
2. Depresi
Depresi merupakan kelanjutan dari stres yang terus menerus dialami pekerja di tempat kerja. Faktor penyebab depresi tidak hanya karena tekanan yang dirasakan, tetapi juga terjadinya perubahan hormon yang mempengaruhi kestabilan emosi. Misalnya karena sedang datang bulan, hamil, atau mungkin dalam pengaruh obat-obatan tertentu
Proses terjadinya depresi tidak berlangsung secara cepat. Gejala yang dapat muncul pada pekerja dengan masalah psikologis ini, seperti hilangnya semangat kerja, sensitif terhadap masalah kecil sekali pun, terdapat gangguan fisik yang dirasakan, kurangnya nafsu makan, sulit tidur, bisa juga keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau mengakhiri hidup.
Biasanya, pekerja yang sudah merasakan gangguan depresi kesulitan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga perlu untuk berkonsultasi dengan konselor psikologis, psikolog, psikiater, serta tenaga kesehatan jiwa lainnya yang dapat membantunya dapat kembali hidup dengan normal.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh WHO, biasanya pekerja dengan depresi cenderung lebih sering cuti, produktivitasnya menurun, hingga keluar dari pekerjaan. Maka dari itu, jika pekerja sudah merasakan 7 gejala awal orang depresi yang mengganggu, segera cari solusi untuk mengatasinya.
3. Gangguan Kecemasan
Kecemasan secara umum merupakan perasaan khawatir terhadap hal-hal buruk yang mungkin terjadi, padahal belum diketahui secara pasti. Pada dasarnya, penyebab kecemasan belum dapat sepenuhnya dipastikan. Akan tetapi, kecemasan bisa muncul karena pengalaman atau peristiwa buruk yang pernah dialami sebelumnya oleh pekerja, terutama ketika berada di tempat kerja.
Dilansir dari Kompas.com, kecemasan juga dapat muncul karena faktor genetik atau kondisi medis yang mengakibatkan gejala kecemasan, seperti denyut jantung meningkat, pernapasan semakin cepat, tubuh gemetar, masalah pada sistem pencernaan, kesulitan berkonsentrasi, atau perubahan tingkah laku lainnya.
Sama halnya seperti depresi, pekerja yang merasakan gangguan kecemasan di tempat kerja dapat berkonsultasi pada tenaga kesehatan mental serta melakukan rutinitas yang melatih fokus. Contohnya, meditasi, relaksasi, yoga, dan aktivitas lain untuk mengurangi kemungkinan munculnya rasa cemas. Bisa juga mencoba 12 cara menghilangkan kecemasan dan ketakutan yang berlebihan.
4. Gangguan Bipolar
Bipolar adalah gangguan psikologis yang lebih mengarah pada perubahan suasana hati atau emosi yang sangat drastis dan cepat. Pekerja yang mengalami bipolar terkadang bisa sangat bersemangat dan antusias saat bekerja dalam fase mania, tetapi juga bisa sangat murung, sedih, diam, dan menutup diri ketika dalam fase depresi.
Penyebab dari bipolar, yakni adanya faktor keturunan atau genetik dari keluarga yang sebelumnya juga memiliki gangguan ini. Akibatnya, kinerja individu bisa kurang maksimal sebab sulit untuk fokus ketika sering terjadinya perubahan episode. Selain itu, lingkungan kerja yang terlalu menekan karyawannya juga dapat membuat risiko bipolar meningkat.
Untuk mengatasi gangguan bipolar, terdapat 15 cara menyembuhkan bipolar disorder atau individu harus melakukan beberapa sesi konsultasi dengan psikiater dan menjalani treatment yang ditentukan. Tidak hanya itu, biasanya penderita bipolar juga diberikan obat khusus yang dapat membantu menstabilkan emosinya.
5. PTSD
Post Traumatic Stress Disorder atau dalam bahasa Indonesia gangguan stres pascatrauma dapat dilihat langsung sebagai gangguan psikologis yang disebabkan oleh peristiwa traumatis. Peristiwa tersebut bisa saja terjadi di tempat kerja karena rekan yang buruk, atasan yang terlalu menekan, atau perlakuan buruk lain yang diterima oleh pekerja. Hal yang perlu diperhatikan adalah setiap orang memiliki pandangan yang berbeda mengenai kejadian yang memicu rasa trauma.
Ketika ada hal yang menjadi stimulus atau memicu munculnya ingatan terhadap peristiwa traumatis, orang tersebut bisa merasa sangat cemas, sulit mengendalikan diri, serta sulit beradaptasi karena harus selalu menghindari penyebab gangguannya tersebut.
Segera hubungi psikolog atau psikiater ketika mulai merasa ada peristiwa traumatis yang sangat mengganggu kehidupan sehari-hari atau muncul 7 gejala gangguan stres pascatrauma. Selain itu, jika peristiwa traumatis justru terjadi di tempat kerja, coba cari pekerjaan di tempat lain agar pemicu PTSD tidak sering muncul.
6. ADHD
ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah gangguan psikologis yang umumnya terjadi pada anak-anak, tetapi bisa berlangsung lama hingga dewasa di mana penderitanya kesulitan untuk memfokuskan perhatian. Berdasarkan Harvard Business Review, hasil survei internasional di sepuluh negara, terdapat sekitar 3,5 persen karyawan mengalami ADHD.
Tingkah laku yang dapat menunjukkan pekerja mengalami gangguan ini adalah orang tersebut sulit untuk mengatur pekerjaannya serta manajemen diri. Akibatnya, hasil pekerjaan menjadi kurang maksimal sebab sulit untuk menyelesaikan tepat waktu, sulit untuk mengatur prioritas, serta menentukan cara yang efektif dalam bekerja.
Di samping itu, pekerja juga mungkin akan kesulitan dalam berkomunikasi dengan pekerja lain atau atasan sehingga sering kurang memahami instruksi yang diberikan dan terjadi selisih paham. Dengan demikian, pekerja dengan ADHD diharapkan mau melakukan konsultasi secara rutin untuk mencegah gangguannya berpengaruh negatif terhadap kinerjanya.
Demikianlah 6 masalah psikologis di tempat kerja dan cara mengatasinya. Lakukanlah tindakan-tindakan preventif untuk mencegah munculnya gangguan kesehatan mental, seperti berpikir positif, hindari berit bohong dan negatif, pola makan dan tidur yang baik, serta berolahraga agar ketika bekerja, kita menjadi lebih siap dan dapat memberikan hasil yang optimal.