Proses terjadinya depresi sebenarnya suatu gangguan kesehatan yang sudah ada sejak zaman dahulu kala. Proses terjadinya depresi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat gangguan berbagai proses yang terjadi di dalam otak. Karena otak setiap individu berbeda beda, maka penyebab terjadinya proses terjadinya depresi pun dapat berbeda beda pada setiap individu. Di bawah ini dijelaskan secara detail Proses Terjadinya Depresi baik secara psikologi maupun respon manusia atau dari otak dan tubuh.
Para peneliti psikologi menemukan bahwa dibandingkan dengan individu yang tidak menderita gangguan proses terjadinya depresi, otak individu penderita proses terjadinya depresi seringkali menunjukkan peningkatan aktivitas di bagian otak yang memproses emosi, amigdala. Amigdala akan tampak sangat aktif pada individu penderita proses terjadinya depresi. (Baca juga mengenai karakteristik mental yang sehat)
Berbagai peneliti psikologi psikologi lainnya menduga bahwa peningkatan aktivitas amigdala ini terjadi akibat adanya perubahan emosi seperti rasa marah, sedih, dan takut. Selain itu, ada pula peneliti psikologi psikologi yang meneliti mengenai hubungan proses terjadinya depresi dengan talamus, suatu bagian otak yang berfungsi untuk mengatur respon Sobat terhadap suatu rangsangan sensorik. (Baca juga mengenai cara meningkatkan sifat adil)
Pada peneliti psikologi psikologi ini, para peneliti psikologi menemukan bahwa pada individu yang menderita gangguan proses terjadinya depresi tertentu, talamus mungkin dapat memicu timbulnya suatu perasaan tidak menyenangkan untuk merespon suatu rangsangan sensorik. Saat Sobat mengalami proses terjadinya depresi, kemampuan Sobat untuk berpikir, belajar, dan mengingat suatu informasi juga akan ikut terganggu. (Baca juga mengenai cara meningkatkan semangat kerja
Sebuah peneliti psikologi psikologi yang dilakukan di Amerika menemukan adanya suatu hubungan antara proses terjadinya depresi dan penurunan kemampuan se individu untuk mengingat suatu informasi baru. Hal ini dikarenakan proses terjadinya depresi dapat memicu peningkatan produksi hormon stress, kortisol, yang dapat merusak atau membuat bagian otak tertentu menjadi lebih kecil dengan cara menghambat pembentukan sel saraf dan jaringan syaraf baru. (Baca juga mengenai cara meningkatkan harga diri)
Para peneliti psikologi juga menemukan bahwa suatu bagian otak yang disebut dengan hipokampus, yang berperanan penting dalam proses belajar dan daya ingat jangka panjang, mengalami pengecilan antara 9 13% pada individu wanita yang pernah menderita proses terjadinya depresi. Sebuah peneliti psikologi psikologi lainnya yang dilakukan di Swedia, (Baca juga mengenai cara meningkatkan wibawa dan kharisma)
juga menemukan bahwa kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi terhadap suatu keadaan baru dapat mengalami perubahan pada individu penderita proses terjadinya depresi kronik. Berbagai perubahan ini dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan se individu untuk belajar dan memproses suatu informasi baru.
Beberapa peneliti psikologi psikologi lainnya juga menunjukkan bahwa individu yang pernah menderita proses terjadinya depresi berulang kali dapat mengalami gangguan dalam membuat rencana, membuat keputusan, dan menentukan prioritas serta mengalami kesulitan dalam belajar dan mengingat sesuatu informasi baru.
Berdasarkan berbagai peneliti psikologi psikologi tersebut, berbagai gangguan yang terjadi di atas merupakan akibat dari terhentinya atau terhambatnya pertumbuhan sel saraf baru dan mengecilnya bagian otak tertentu akibat hormon stress. Berbagai peneliti psikologi psikologi lainnya juga menduga adanya hubungan antara proses terjadinya depresi dengan demensia (pikun) dan penyakit Alzheimer.
Berbagai pengobatan proses terjadinya depresi seperti obat obatan dan atau terapi dapat membantu para penderita proses terjadinya depresi untuk mengatasi gangguan proses terjadinya depresi dan berbagai dampak negatif yang terjadi akibat proses terjadinya depresi.
- Penyangkalan
Proses terjadinya depresi diawali proses penyangkalan (denial). Pertanyaan seperti “Mengapa begini, mengapa bukan begitu? Seharusnya begini, seharusnya tidak begitu. Dst.” adalah contoh bentuk bentuk penyangkalan. Apabila proses ini tak segera disadari, penderita depresi akan sampai pada proses berikutnya.
- Amarah
Penyangkalan berlarut larut bisa menyeret penderita depresi pada kondisi tak terbendung, yakni kemarahan. Apabila terus terhanyut dalam penyangkalan dan kemarahan, ia akan protes terhadap “si depresi”, bahkan terhadap dirinya sendiri. Kondisi ini sering menyudutkan penderita depresi pada kondisi alone ‘n lonely (sendiri dan kesepian), ia merasa yang paling menderita di dunia.
- Penawaran
Penawaran. Ini adalah anak proses berikutnya apabila penderita depresi tak mampu memahami dan mengatasi depresinya. Apabila individu yang sedang berdepresi merasa “mengapa ini terjadi pada saya? (mengapa bukan pada individu lain)”, pertanda ia sudah berada dalam proses pra proses terjadinya depresi.
Ketika individu penderita depresi menggendong 3 beban di atas sekaligus (penyangkalan + kemarahan + penawaran), sangat mungkin ia segera menembus batas tipis kondisi proses terjadinya depresi, stres berat yang tak tertahankan. Individu lain bisa membantunya membuka sumbat depresi, misalnya dengan curhat. Tapi inti penyelesaian terutama berada pada penderita proses
terjadinya depresi, kemampuan mengatasi proses terjadinya depresi tidak ditentukan oleh besar kecil atau berat ringannya depresi, karena hal ini bersifat subjektif. Berat bagi individu, belum tentu berat bagi yang lain. Dan ternyata kuncinya adalah persepsi diri. Individu yang memiliki persepsi diri baik (positif), lebih mudah lepas dari jerat proses terjadinya depresi. Sebaliknya, individu dengan persepsi diri buruk (negatif), justru lebih suka bergulung gulung dalam depresinya.
- Penerimaan
Inilah proses pelepasan alias proses penggembosan depresi. Saat individu menyadari depresinya, dan kemudian berinisiatif mengambil solusi, biasanya ia sudah sampai pada proses penerimaan. Pemahaman sesindividu terhadap depresi menjadi pembuka sumbat depresinya.
Pemahaman menumbuhkan keikhlasan, berbeda dari kepasrahan, yang terkesan fatalistik (menyerah dan tidak berbuat apa apa lagi). Keikhlasan memberi ruang pada penderita depresi memahami depresinya dan berani mengambil langkah. Sesungguhnya proses Acceptance bukan anak proses ke 5 yang harus dicapai setelah individu penderita depresi melalui dulu 4 anak proses sebelumnya.
Sebab, siapa pun penderita depresi bisa segera sampai pada proses ini, sehingga ia tidak perlu sampai pada proses proses terjadinya depresi. Dengan demikian, bisa saja begitu muncul depresi, individu segera sadar diri untuk berada pada posisi Acceptance, sehingga tidak perlu lagi ada Denial atau ada Anger atau ada Bargaining.
Nah sobat, begitulah proses terjadinya depresi pada seseorang, tentu untuk menghindarinya wajib dilakukan pemikiran yang positif dan mendekatkan diri selalu pada Tuhan. Demikian yang dapat penulis sampaikan, sampai jumpa di artikel berikutnya ya sobat, terima kasih.