Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Industri dan Organisasi » Penting! 11 Cara Mengatasi Konflik dengan Rekan Kerja yang Benar

Penting! 11 Cara Mengatasi Konflik dengan Rekan Kerja yang Benar

by Gendis Hanum Gumintang

Setiap manusia pasti akan berhubungan dengan manusia lainnya. Akan tetapi, sebagai makhluk yang memiliki pikiran, emosi, serta pengalaman yang berbeda. Sering kali muncul konflik yang disebabkan oleh perbedaan pada ketiga aspek tersebut. Menurut Alfilah (2013) dalam Vinatha, konflik merupakan keadaan berselisih antara dua pihak atau lebih yang ditunjukkan dengan adanya permusuhan secara terang-terangan dan dapat mengganggu kestabilan kondisi untuk mencapai tujuan. 

Dalam lingkup dunia kerja, manusia juga seharusnya dapat bekerja sama sebagai rekan kerja yang suportif dan produktif. Bagaimanapun juga, sebagai manusia, pasti ada kemungkinan untuk mengalami konflik antarpekerja. Robbins (2006) danlam Sugiantoro (2016) mendefinisikan konflik kerja sebagai perselisihan yang terjadi karena perbedaan antara harapan diri sendiri, orang lain, serta organisasi dengan kenyataan yang terjadi.

Konflik kerja pada umumnya terjadi sebab muncul permasalahan terkait komunikasi, hubungan pribadi, atau pada struktur organisasi itu sendiri (Churiyah, 2011). Terdapat pula 12 penyebab terjadinya konflik psikologi yang mungkin terjadi. Dampak negatifnya, konflik kerja dapat mengakibatkan penurunan kepuasan kerja sehingga kinerja karyawan bisa saja ikut menurun (Susanto, 2010). Penelitian Ireza (2015) juga menunjukkan bahwa konflik kerja memiliki pengaruh yang negatif terhadap produktivitas kerja karyawan. Dengan kata lain, apabila konflik yang terjadi dalam organisasi meningkat, maka produktivitas karyawan akan berkurang.

Oleh karena itu, diperlukan berbagai cara untuk mengatasi konflik yang terjadi sehingga dapat mencegah permasalahan semakin meluas dan semakin keruh. Dengan demikian, penurunan kinerja juga dapat dicegah. Berikut adalah cara menyelesaikan konflik yang dapat diterapkan, yaitu:

1. Hadapi dengan tenang dan kepala dingin

Dalam keadaan konflik, biasanya memang sulit untuk menjaga emosi agar tetap stabil. Namun, hal ini penting agar individu yang sedang berkonflik tetap tenang dan menahan diri untuk melakukan hal-hal di luar batas yang justru dapat memperburuk konflik.

Cara untuk dapat berusaha tenang adalah dengan diam dan atur pernapasan. Hentikan seluruh aktifitas, lalu duduk dan bernapas dengan teknik 4 detik menghirup udara dengan hidung, 7 detik menahan napas, dan 8 detik menghembuskan napas melalui hidung atau mulut. Lakukan sebanyak tiga kali atau sampai benar-benar merasa dapat mengendalikan diri. Barulah kemudian komunikasikan konflik dengan yang bersangkutan dengan kepala dingin.

2. Tetap berpikir positif

Sering kali, konflik terjadi karena adanya miskomunikasi atau keraguan terhadap orang lain. Apabila kedua hal tersebut merupakan penyebab konflik, berusahalah untuk tidak membiarkan pikiran-pikiran buruk memenuhi kepala. Hal ini dikarenakan pikiran buruk dapat menyebabkan stres atau kecemasan yang bisa mengganggu kondisi diri baik secara fisik maupun psikis. Kita bisa melakukan 15 cara agar selalu berpikir positif dalam hidup untuk membantu jika suatu saat berada dalam kondisi konflik.

Selain itu, jika konflik terus terjadi dan sulit diselesaikan, janganlah langsung putus asa. Coba lihat konflik dari sudut pandang yang berbeda dan jadikan hal tersebut sebagai cara untuk mencari solusi lain untuk menyelesaikan konflik. Tetaplah optimis bahwa pasti ada cara yang efektif agar konflik segera berakhir.

3. Gunakan cara komunikasi yang efektif

Satu hal yang pasti adalah komunikasi untuk menyelesaikan konflik tidak akan efektif jika dilakukan secara langsung, tidak berdasarkan pertimbangan mendalam, tidak direncanakan, dan pembawaannya penuh dengan emosi, apalagi sampai sudah menggunakan kekerasan fisik. Dengan demikian, bagaimanapun cara yang dipilih untuk berkomunikasi hendaknya menghindari hal-hal tersebut.

Cobalah untuk tetap berkomunikasi dengan baik, menggunakan bahasa yang sopan, tidak perlu dengan kata-kata yang menyinggung, serta 10 gaya komunikasi dalam psikologi yang sekiranya sesuai. Diskusi yang berjalan dengan positif dan tenang dapat mendukung hasil komunikasi dengan optimal sebab inti dari komunikasi dalam penyelesaian konflik bukanlah pelampiasan emosi, tetapi ditemukannya solusi yang efektif.

4. Terbuka kepada pihak yang berkonflik

Setiap pihak yang berkonflik harus mau mendengarkan pendapat dan tanggapan yang diberikan oleh rekan kerjanya yang sedang dalam konflik. Setidaknya, walaupun tidak setuju, karyawan tidak boleh langsung ‘menutup telinga’ terhadap pendapat yang berlawanan. 

Selain itu, setiap karyawan juga harus jujur mengenai kondisi dan tanggapannya. Agar lebih dapat diterima, sertakan pula alasan atau bukti yang akurat untuk dapat mendukung maksud dari pendapat yang diberikan sehingga dapat sama-sama menemukan solusi apa yang terbaik.

5. Bersikap adil dan netral

Meskipun ada hal yang diinginkan masing-masing pihak, tetapi demi terselesaikannya konflik, setiap karyawan harus tetap bersikap netral. Karyawan juga harus berusaha memahami kondisi yang dialami karyawan lainnya atau tidak hanya memikirkan apa yang diinginkan saja.

6. Tidak perlu membesar-besarkan masalah

Fokus pada akar permasalahan adalah cara agar konflik tidak semakin rumit dan semakin sulit untuk diselesaikan. Masing-masing pihak tidak perlu mengikutsertakan hal-hal yang sebenarnya tidak berhubungan dengan inti masalah, apalagi yang justru tidak membantu sama sekali. 

Di sisi lain, karyawan yang berkonflik juga tidak perlu untuk membeberkan permasalahan yang dialami kepada orang lain yang tidak memiliki keterkaitan. Tidak terlalu menggembar-gemborkan masalah juga dapat menghindari ucapan-ucapan yang keliru karena info dari mulut ke mulut yang mungkin bisa diubah atau dilebih-lebihkan.

7. Segera atasi permasalahan

Agar masalah tidak melebar dan tidak berdampak pada orang lain yang lebih banyak, setiap karyawan yang berkonflik harus berupaya untuk menemukan solusi yang tepat. Selain untuk mencegah konflik bertambah parah, konflik yang cepat selesai juga dapat memperbaiki hubungan di antara karyawan yang berkonflik.

Usahakan pula untuk menyelesaikan masalah tuntas sampai ke akar-akarnya. Jangan sampai masih ada benih-benih konflik yang bisa memicu konflik lain di masa depan dan justru menimbulkan konflik lagi.

8. Kembalikan rasa percaya satu sama lain

Ketidakpercayaan akan sangat menghambat proses penyelesaian konflik sehingga hal penting dalam upaya resolusi adalah rasa percaya. Karyawan harus mau mendengarkan, mempertimbangkan, dan menghargai pendapat yang diberikan oleh karyawan lainnya sesuai dengan 13 manajemen konflik dalam psikologi komunikasi. Kalau perlu, mintalah perhitungan, data, atau bukti lain yang dapat meyakinkan setiap pihak.

Jika terus menerus tidak percaya dengan pihak lawan, sulit untuk menemukan titik terang dari konflik yang terjadi. Masing-masing karyawan harus yakin, upaya yang mereka lakukan sama-sama demi kebaikan mereka dan tidak bermaksud untuk menjatuhkan satu sama lain.

9. Kompromi dan negosiasi

Kompromi dan negosiasi merupakan salah satu upaya penyelesaian konflik dengan cara masing-masing pihak yang berkonflik menerima keputusan yang disepakati bersama. Kedua belah pihak mau tidak mau harus menerima konsekuensi harus berada dalam situasi yang sama-sama tidak menguntungkan karena harus mengurangi tuntutan demi tercapainya kesepakatan.

Walaupun seimbang, sebenarnya ada cara agar negosiasi yang dilakukan tidak menghasilkan keputusan yang kalah-kalah, yakni dengan berkolaborasi. Karyawan yang berkonflik bisa membuat perencanaan ulang secara bersama-sama sehingga diharapkan tercapai win-win solution sebab memang banyak hal yang tidak berjalan sesuai dengan idealisme diri sendiri saja.

10. Mediasi

Negosiasi mungkin memang sulit untuk dicapai karena terkadang tidak mudah untuk menyelesaikan konflik oleh karyawan yang bersangkutan saja sebab keduanya pasti memiliki pola pikir yang berbeda. Oleh sebab itu, karyawan boleh meminta bantuan orang lain, baik itu sesama karyawan yang bisa dipercaya atau HR yang bisa memberikan cara pandang baru terhadap konflik.

Sebelum menentukan mediator, karyawan juga harus memastikan mediator tersebut tidak memihak siapa pun sehingga proses mediasi berjalan lancar dan solusi yang adil bisa tercapai. Jangan sampai adanya mediator justru memperkeruh konflik karena hanya mau tahu masalahnya sebagai bahan gosip saja, bukan benar-benar niat untuk membantu penyelesaian konflik.

11. Ketetapan dari pihak yang berwenang

Cara ini merupakan pilihan terakhir dalam menyelesaikan konflik. Seharusnya permasalahan diselesaikan secara langsung oleh pihak-pihak yang berkaitan, atau setidaknya dengan bantuan karyawan lainnya, bukan pimpinan yang turun tangan. Hal ini dikarenakan pimpinan belum tentu memahami secara pasti sumber konfliknya. Selain itu, jika jarak struktur antara pimpinan dengan karyawan cukup jauh, kemungkinan sulit untuk melihat permasalahan dengan lebih nyata.

Akan tetapi, memang beberapa permasalahan sulit untuk diselesaikan secara pribadi, misalnya karena ada ketidakadilan, konflik berkaitan dengan hal lain, atau proses mediasi ternyata tidak membuahkan hasil apa-apa sehingga diperlukan keputusan yang lebih tegas dan mutlak. Dengan demikian cara ini lebih terkesan “memaksa” konflik untuk selesai (Minarsih, 2011).

Apabila berbagai cara di atas sudah dicoba dan permasalahan masih terjadi karena konflik belum selesai. Mungkin ini saatnya untuk lupakan dan abaikan saja, kemudian fokuskan pikiran pada diri sendiri. Memang tidak semua hal di dunia dapat kita kendalikan, tetapi kita pasti memiliki pengendalian penuh terhadap diri sendiri.

You may also like