Home » Gangguan Psikologi » 3 Dampak Psikologi Kebiasaan Anak Suka Menggigit Kuku dan Tips Cara Menghentikannya

3 Dampak Psikologi Kebiasaan Anak Suka Menggigit Kuku dan Tips Cara Menghentikannya

by Gendis Hanum Gumintang

Kebiasaan menggigit kuku sering kali terjadi pada banyak orang, baik secara sadar atau tidak sadar. Kebiasaan yang disebut juga dengan istilah onychophagia ini biasanya dilakukan dengan cara menggigit bagian lempeng kuku bahkan sampai pada bantalan kuku dan kutikula sehingga kuku akan terlihat habis sampai ke dekat pangkal kuku.

Secara umum, kebiasaan menggigit kuku dapat terjadi pada siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak. Akan tetapi, kebiasaan ini lebih banyak sudah dilakukan sejak kecil dan terbawa hingga dewasa. Padahal terdapat dampak psikologis dari kebiasaan ini, bahkan secara kesehatan. Oleh karena itu, sebisa mungkin harus dihentikan dengan cara-cara tertentu.

Kebiasaan anak menggigit kuku dapat membawa pada dampak psikologis tertentu bahkan dapat menjadi perilaku yang membuat mereka menjadi ketergantungan. Berikut adalah dampak psikologi anak yang memiliki kebiasaan menggigit kuku:

1. Ketergantungan pada Kebiasaan Menggigit Kuku

Perilaku menggigit kuku sebenarnya belum diketahui pasti oleh para ahli penyebabnya. Akan tetapi, kebanyakan orang menggigit kuku sebagai cara mengatasi jiwa yang tidak tenang sebab ada sensasi setelah mencabuti ujung kuku atau kulit-kulit di sekitarnya. Setelah satu-dua kali merasa cara ini efektif, orang tersebut tidak sadar membentuk kebiasaan menggigit kuku ketika sedang cemas atau khawatir.

Oleh karena itu, perilaku menggigit kuku dapat menjadi sebuah kebiasaan dan sulit ditinggalkan. Individu secara otomatis akan menggigit kuku ketika butuh ketenangan dan tidak dapat merasakan ketenangan dari cara lain. Bahkan, meskipun tidak ada kondisi yang membuat mereka cemas atau khawatir, mereka tidak sadar tetap menggigit kukunya karena sudah terbiasa. 

2. Kurang Percaya Diri

Orang yang memiliki kebiasaan menggigit kuku biasanya adalah orang yang cenderung memiliki rasa kurang percaya diri yang besar sebab perlu sebuah kebiasaan, yakni menggigit kuku agar mereka merasa lebih tenang. Ketika mereka dilarang atau tidak bisa menggigit kuku, mereka akan terus merasa khawatir sehingga tingkat kepercayaan dirinya juga menurun.

Di sisi lain, rendahnya tingkat kepercayaan diri ini juga dapat disebabkan karena kondisi kuku yang tidak indah atau paling tidak normal seperti kuku orang-orang pada umumnya.

Biasanya, orang yang memiliki kebiasaan menggigit kuku memiliki kuku yang kecil, bentuknya tidak beraturan, kulit-kulit di sekitarnya terlihat kering, bahkan ada yang sampai berdarah hingga menimbulkan luka.

Orang lain mungkin akan bertanya atau terus melihat kuku orang yang memiliki kebiasaan menggigit kuku. Hal tersebut akan membuatnya menjadi malu untuk menjawab kalau memang memiliki kebiasaan seperti itu sehingga berusaha menyembunyikan kukunya agar tidak mudah dilihat dan dikomentari.

3. Muncul Gangguan Psikologis

Kebiasaan menggigit kuku dapat menjadi bagian dari beberapa gangguan psikologis. Misalnya, gejala attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian sehingga anak tidak dapat melakukan kegiatan lain secara efektif selain menggigit kuku. Kemudian ada juga anxiety disorder atau gangguan kecemasan, di mana menggigit kuku ini menjadi kebiasaan agar tidak cemas.

Selain itu, ada sindrom tourette yang membuat individu melakukan gerakan secara berulang kali secara tidak terkendali, dalam hal ini adalah menggigit kuku. Terakhir, ada pula obsessive compulsive disorder (OCD) atau gangguan obsesif-kompulsif, yakni kondisi di mana seseorang selalu memiliki pemikiran dan dorongan yang tidak dapat dikendalikan sehingga membuatnya melakukan sesuatu secara berulang.

Tips Cara Mengatasi Dampak Psikologi Kebiasaan Anak Suka Menggigit Kuku 

Terdapat berbagai cara yang dapat dicoba untuk mengatasi kebiasaan anak menggigit kuku sehingga bisa perlahan-lahan berhenti atau bahkan benar-benar hilang. Beberapa di antaranya, yaitu sebagai berikut:

  • Cari Sumber Penyebabnya

Segala hal yang dilakukan oleh manusia pasti ada penyebabnya, termasuk pada kebiasaan anak menggigit kuku. Orang tua perlu mencari tahu mengapa anak bisa memiliki kebiasaan ini. Caranya adalah dengan lihat di waktu apa saja anak menggigit kuku. 

Misalnya, ternyata anak menggigit kuku karena merasa cemas atau stres. Coba buat anak merasa nyaman untuk menceritakan kondisinya dan tawarkan juga bahwa orang tua dan anak akan mencari jalan penyelesaiannya bersama-sama sehingga ketika anak berada dalam kondisi cemas atau stres, ia tidak langsung menggigit kukunya.

  • Memberi Penjelasan

Anak mungkin belum terlalu memahami dampak baik secara psikologis maupun kesehatan ketika ia terus menggigit kuku sebab yang mereka tahu hanya menggigit kuku dapat membuat mereka merasa lebih baik. Maka dari itu, orang tua harus dapat menjelaskan pada anak mengenai kebiasaan ini dengan bahasa yang dapat mereka pahami.

Pastikan bahwa penjelasan yang diberikan tidak membuat anak merasa terpojok. Jadikan penjelasan ini sama seperti anak ketika mendapatkan pengetahuan baru sehingga muncul kesadaran juga dari mereka untuk menghentikan kebiasaan menggigit kuku.

Contohnya beri penjelasan bahwa di kuku terdapat banyak kuman, sehingga kuman-kuman itu dapat masuk ke tubuh kalau mereka menggigitnya.

  • Jaga Kuku agar Tetap Pendek

Salah satu penyebab anak menggigit kukunya adalah karena mereka memiliki kuku yang panjang. Oleh sebab itu, memotong kuku secara rutin dan menjaganya tetap pendek dengan jarak yang normal dapat secara efektif menghilangkan kebiasaan anak menggigit kuku sehingga dampak psikologi dari menggigit kuku dapat dihilangkan.

  • Memakai Cat Kuku

Menggunakan cat kuku atau biasanya disebut juga dengan kutek bisa menjadi cara yang patut dicoba sesekali. Di satu sisi, menggunakan cat kuku membuat kuku terlihat indah sehingga sayang untuk menggigitnya.

Di sisi lain, kuku yang dilapisi cat kuku memiliki rasa yang tidak enak dan cenderung pahit sehingga individu cenderung tidak ingin menggigitnya. Namun, pastikan juga bahan cat kuku aman bagi anak-anak.

  • Tidak Memberi Hukuman

Meskipun kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan yang tidak baik, tetapi bukan berarti orang tua dapat langsung menghukum anak ketika menggigit kuku.

Pasalnya, kebiasaan ini bisa muncul karena mereka merasa cemas dan memarahi atau memberi hukuman justru membuat mereka semakin cemas. Jika tetap ingin memberi hukuman, pastikan menggunakan cara menghukum anak yang benar.

Orang tua dapat melakukan penguatan dengan cara lain, yakni memberi hadiah. Misalnya ketika anak berhasil tidak menggigit kukunya selama satu hari penuh, beri apresiasi atau hadiah seperti makanan kesukaan yang membuat anak termotivasi untuk tidak menggigit kukunya lagi.

  • Mencari Cara untuk Mengalihkan Perhatian

Kebiasaan menggigit kuku dapat diganti dengan kebiasaan lain yang lebih positif dan tidak merugikan bagi anak. Contohnya, ketika cemas, ajak anak untuk terbiasa menuliskan kecemasannya di buku dan bukan menggigit kuku. Selain itu, orang tua juga dapat mencarikan anak aktivitas lain yang dapat mengalihkan pikiran anak dari keinginan menggigit kuku, seperti membuat kerajinan atau memasak.

  • Ajak ke Konselor atau Psikolog Anak

Ketika orang tua merasa kebingungan karena anaknya tetap menggigit kuku, tidak ada salahnya untuk pergi ke konselor atau psikolog anak dan bisa juga dengan tenaga profesional lainnya. Para profesional ini dapat melakukan analisis terhadap anak dan menentukan intervensi yang tepat secara ilmiah sehingga anak benar-benar dapat menghentikan kebiasaannya memotong kuku.

You may also like