Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Anak » 11 Cara Menghukum Anak yang Benar Menurut Psikologi

11 Cara Menghukum Anak yang Benar Menurut Psikologi

by Arby Suharyanto

Sebagai orang tua, tentunya akan menyakitkan apabila menyaksikan anak sedang mengalami kesakitan dan kesusahan, sehingga secara alami orang tua akan berusaha melindungi mereka dari perasaan – perasaan negatif dan emosi seperti frustrasi, mudah tersinggung, kegagalan, kesedihan, kekecewaan dan lain sebagainya. Namun faktanya jika orang tua melakukannya dengan gegabah untuk menyingkirkan halangan apapun dari kehidupan anak dan memuluskan jalannya, orang tua akan mengirimkan pesan yang berbahaya bagi emosional anak.

Kesalahan tidak dapat dihindari dan tidak akan hilang begitu saja, hanya akan timbul kembali dalam bentuk yang lebih buruk. Emosi perlu diekspresikan dan dilepaskan dalam berbagai cara yang benar. Bahkan para psikolog menyatakan bahwa kemampuan untuk mengekspresikan kesalahan dengan cara yang sehat merupakan pijakan yang bagus untuk kesehatan mental, dan hal ini adalah sesuatu yang dapat dilatih kepada anak sejak lahir. Ketika kita sedang merasa terpuruk, satu – satunya cara yang sehat untuk merasa lebih baik adalah untuk mengikuti arus kesalahan tersebut.

Mengelola Kesalahan Anak

Ketika kita sedang merasakan kesalahan, kita tidak dapat menekannya agar hilang melainkan harus dapat mengelola dan mengenalinya agar dapat berdamai dengannya. Cara menghukum anak yang benar menurut psikologi yang dapat dilakukan orang tua berikut ini mungkin bisa membantu anak untuk mengelola emosinya sejak dini.

1. Mengatur diri sendiri lebih dulu

Jika kesalahan memicu sebuah respons intens pada Anda maka itu adalah sebuah tanda untuk mencoba mengelola diri sendiri lebih dulu sebelum menghadapi kesalahan anak. Cara mengajari anak mengelola emosi bisa dilakukan melalui diri orang tua lebih dulu. Apabila Anda terpicu oleh perasaan negatif anak yang kuat, Anda tidak akan mampu menyediakan ruang aman untuk anak dan perasaan negatifnya, apalagi untuk mendukung anak agar dapat melalui masa – masa tersebut.

2. Mengolah perasaan empati

Sebagai orang tua Anda dapat melakukan cara untuk bersimpati atau berempati pada anak secara terpisah, sehingga Anda dapat menyediakan ruang untuk mereka tanpa terhubung terlalu dalam dengan perasaan mereka. Orang tua perlu menjadi jangkar bagi anak – anak sebagai pihak yang tenang dan terpusat yang tidak ikut terhanyut oleh perasaan negatif mereka dan juga mengenali jenis – jenis emosi pada anak usia dini. Jika Anda ikut terlarut dengan luapan emosi anak, maka Anda justru akan membuat anak kewalahan untuk mengelola perasaan mereka sendiri. Bahkan bisa jadi anak akan merasa bersalah karenanya.

3. Jangan mengabaikan emosi anak

Orang tua yang mengabaikan emosi anak atau menunjukkan ketidak setujuan baik karena tidak menerima, tidak peduli atau karena tidak tahan melihat anaknya kesusahan akan gagal untuk mengajarkan cara menghukum anak yang benar menurut psikologi yang sedang mengalaminya. Melihat anak sedang mengalami emosi dan perasaan yang negatif memang tidak menyenangkan, akan tetapi Anda tidak dapat menolaknya begitu saja karena dapat berakibat anak akan memendam perasaannya dan tidak berani mengungkapkan sama sekali. Sedangkan perasaan negatif yang selalu dipendam akan mengakibatkan kerusakan pada emosi dan psikologis anak sehingga menghasilkan jenis gangguan emosional pada anak.

4. Mengajak anak berdiskusi

Biarkan anak Anda mengetahui bagaimana Anda menoleransi dan melewati setiap kesalahan yang dirasakan. Dorong anak untuk mendiskusikan perasaan mereka, yakinkan bahwa perasaan tersebut tidak apa – apa dan tunjukkan bahwa Anda berempati. Apabila anak masih belum dapat mengendalikan diri, beri mereka waktu dan ajak berbicara ketika anak sudah tenang.

5. Menerima perasaan namun tidak perilakunya

Anak yang sedang mengalami kesalahan cenderung akan berperilaku berlebihan dan bisa jadi merusak atau membahayakan dirinya sendiri. Pada kesempatan ini untuk cara menghukum anak yang benar menurut psikologi adalah dengan menegaskan pada anak bahwa Anda tidak keberatan jika ia sedang merasa tidak enak hati, namun tidak akan menoleransi perilakunya yang dilakukan untuk melampiaskan perasaannya tersebut. Jika Anda tidak menekankan hal ini, maka anak dapat belajar untuk melampiaskan kesalahan dengan cara yang salah. Perkembangan sosial dan emosional anak usia dini akan tergantung kepada cara orang tua untuk mengajarkan anak mengelola emosinya.

6. Jangan menciptakan pengalihan

Banyak orang tua yang memberikan anaknya pengalihan agar tidak mengalami tantrum di depan umum atau agar tenang ketika orang tua sedang sibuk untuk cara mengatasi anak pemarah. Pada zaman sekarang ini, pengalihan tersebut terutama diberikan dalam bentuk gadget. Daripada menghindari atau melarikan diri dari emosi dan perasaan negatif anak, lebih penting untuk membantu anak menghadapi hal – hal negatif tersebut dan memetik pelajaran darinya.

7. Melihat dari sudut pandang anak

Orang tua yang ingin berusaha  melakukan cara menghukum anak yang benar menurut psikologi dapat melihatnya sebagai kesempatan untuk berempati, terhubung dan mengajarkan anak – anaknya. Anda perlu meluangkan waktu untuk melihat hal – hal dari perspektif atau sudut pandang anak dan membuat anak merasa dimengerti serta dihormati. Orang tua dapat membantu anak berbicara mengenai emosi mereka dan memberikan istilah pada perasaan yang dialami anak sehingga anak terbiasa mengungkapkan perasaannya. Sehingga anak dapat mengetahui cara untuk mengatasi kesalahannya dan bagaimana menangani situasi yang memicu emosi tersebut.

8. Jangan menghukum anak

Jika anak mengalami tantrum, akan lebih masuk akal untuk mundur dan menghindar agar tidak campur tangan sampai kemarahannya mereda. Ketika anak sudah cukup tenang untuk mendengarkan, bersiaplah untuk bicara kepada anak mengenai apa yang dirasakannya. Beri tahu anak bahwa beberapa perilaku tidak dapat diterima dan harus dibuat sejelas mungkin. Namun Anda juga harus menjelaskan bahwa Anda menerima dan menyadari emosi yang dialami anak. Anda tidak dapat memberi hukuman pada perasaan negatif anak, tapi Anda dapat memberi konsekuensi jika karena emosinya tersebut anak melakukan sesuatu yang tidak dapat diterima atau melanggar aturan.

9. Bantu anak membangun pikiran positif

Salah satu penyebab anak merasakan kesalahan adalah karena ia belum mengetahui bagaimana membangun pikiran yang positif dan berguna. Jika anak berpikir bahwa kesan diri mereka buruk, maka mereka juga akan merasa tidak dapat menolong dirinya sendiri dan tidak mempunyai harapan untuk berubah. Sangat penting untuk membantu anak agar dapat mengerti bahwa mereka dapat memperbaiki diri dengan latihan tertentu untuk mengelola emosi dan sebagai bagian dari terapi gangguan emosi pada anak.

10. Jangan bersikap diktator

Pendekatan pola asuh diktator dari orang tua seringkali dihubungkan dengan depresi, kegelisahan dan rendahnya rasa percaya diri pada anak – anak. Sebaliknya, pola asuh autoritatif yang menekankan pada kehangatan emosional dan menerima perasaan anak – anak akan terhubung dengan hasil yang paling baik. Toleransi orang tua akan berpengaruh kepada perkembangan emosi pada masa kanak – kanak akhir.

11. Membantu kosa kata emosi anak

Ambil kesempatan cara menghukum anak yang benar menurut psikologi ini untuk memberi label pada emosi yang dialami anak dan menyediakan informasi mengenai kosa kata yang dapat diekspresikan oleh anak dengan aman. Semakin tepat Anda dan anak dapat menggambarkan perasaan  yang ada, semakin mudah pula untuk merasa didengar dan mengatasi perasaan serta kesalahan tersebut. Bantu anak untuk memberi istilah bagi perasaan buruk yang mereka alami dengan cara yang paling aman.

12. Menyediakan sarana penyaluran

Anak mungkin tidak memiliki ide sama sekali untuk menggambarkan perasaan dan emosi mereka secara sehat, termasuk rasa malu dan putus asa yang dialami. Peran orang tua dalam perkembangan sosial dan emosional anak usia dini merupakan hal yang sangat penting. Tawarkan anak kesempatan untuk menarik perasaan tersebut keluar, misalnya lewat tarian, lukisan, menggambar, atau nyanyian, atau kegiatan lain yang dapat menyembuhkan dengan luar biasa. Anda juga dapat menggunakan boneka untuk bermain peran mengenai perasaan yang dialami anak, yang akan menjadi penyaluran terbaik bagi mereka.

13. Menjadi sandaran bagi anak

Anak – anak perlu mengetahui bahwa mereka memiliki orang dewasa yang dapat mereka jadikan tempat untuk berbicara mengenai kekhawatirannya, rasa frustrasi dan pergulatan yang dialami dalam hidup anak. Karena orang tua adalah orang dewasa terdekat yang bertanggung jawab kepada anak, tentunya Anda harus dapat menjadi orang yang memberi dukungan dan dijadikan sandaran bagi anak ketika mereka membutuhkan. Tanpa orang dewasa yang dapat diandalkan untuk menunjukkan cara menghukum anak yang benar menurut psikologi, mereka bisa tersesat dan melampiaskan emosi dengan cara yang salah. Buatlah anak mengetahui bahwa mereka bisa mengandalkan orang tuanya sebagai tempat berlabuh yang aman.

14. Beri pujian dan penghargaan

Agar anak mengetahui bahwa mereka sudah melakukan cara menghukum anak yang benar menurut psikologi dengan benar, mereka perlu diberi penghargaan. Berikan pujian ketika anak berhasil mengatasi ledakan emosinya dengan baik. Pujian atau tanggapan positif merupakan alat yang kuat yang dapat meningkatkan kemungkinan perilaku serupa terulang kembali di masa depan. Ketika Anda memberikan penghargaan kepada anak, sangat mungkin ia akan belajar untuk mengulangi perilaku yang baik dan juga belajar mengelola perasaan negatifnya sehingga tidak muncul dalam bentuk perilaku yang buruk. Anda juga dapat memberi contoh bagaimana cara memperbaiki situasi dan meminta maaf.

Secara keseluruhan, daripada melihat perasaan negatif pada anak sebagai suatu hal yang buruk dan perlu melindungi anak darinya, sebaiknya orang tua memang melakukan cara menghukum anak yang benar menurut psikologi dengan tepat. Pertimbangkan emosi – emosi ini sebagai suatu hal yang perlu dilewati untuk mempelajari arah kehidupan seorang anak. Sementara tidak ada seorangpun yang ingin melihat anaknya menderita, Anda harus dapat menerima hal ini sebagai bagian dari hidup. Penghindaran atau penolakan akan emosi dan perasaan negatif anak dapat menjadi penghalang yang terjadi untuk membantu anak melewatinya hingga dapat memperoleh potensi maksimal mereka. Sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

You may also like