Temperamen merupakan salah satu bentuk kepribadian yang berkaitan dengan bagaimana cara seseorang merespons hal-hal yang terjadi di hidupnya, termasuk memberikan pengaruh terhadap sikap dan perilaku individu serta cara berinteraksi dengan orang lain. Pada umumnya temperamen ini sudah menjadi kepribadian yang dibawa sejak lahir.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, faktor lingkungan juga mempengaruhi temperamen seseorang, misal dari keluarga, tetangga, teman, guru, budaya, termasuk pengalaman individu. Beberapa jenis temperamen itu, seperti tenang, mudah sedih, sangat sensitif, juga mudah marah. Temperamen mudah marah tersebut sering kali disebut dengan sifat temperamental.
Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan munculnya sifat temperamental individu. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Gender dan Budaya di Sekitar
Perbedaan gender dapat mempengaruhi kondisi temperamen seseorang. Gender ini berbeda dengan jenis kelamin karena gender lebih mengarah pada karakteristik, peran, dan fungsi yang dibentuk dan berkaitan dengan kebudayaan, adat istiadat, serta perilaku sosial masyarakat sehingga tidak selamanya berkaitan dengan budaya disekitar.
Pada umumnya, laki-laki lebih cenderung dianggap sebagai orang yang temperamental sebab biasanya ketika berpikir laki-laki lebih mengedepankan ego dibanding perasaan. Meskipun demikian, tentunya ada juga perempuan yang memiliki sifat temperamental dan laki-laki yang tidak memiliki sifat temperamental sebab masih ada faktor-faktor lain yang membuat seseorang menjadi temperamental.
Selain itu, unsur budaya juga dapat membentuk karakter seseorang dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya, termasuk berkaitan dengan temperamental. Individu yang berada di lingkungan dengan budaya yang halus atau lembut biasanya cenderung memiliki karakter yang lembut juga. Begitu pula dengan orang yang tinggal di budaya yang keras, maka karakteristiknya juga dapat menjadi keras.
2. Pengaruh Lingkungan
Tidak jauh berbeda dari budaya, lingkungan juga memiliki pengaruh besar terhadap munculnya sifat temperamental. Lingkungan dapat mempengaruhi temperamen seseorang sebab baik atau buruk kondisi lingkungan akan mencerminkan sikap dan tindakan seseorang, seperti sifat temperamental atau mudah marah ini. Sama halnya dengan bagaimana pengaruh lingkungan terhadap emosi.
Misalnya, individu yang tinggal di lingkungan masyarakat yang damai, saling mengayomi, dan saling tenggang rasa cenderung tidak mudah marah karena tidak ada sumber pemicunya. Namun, individu yang tinggal di lingkungan masyarakat yang banyak perselisihan, tidak ada kepedulian satu sama lain, hanya memikirkan ego masing-masing cenderung mudah temperamental karena harus menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut.
3. Faktor Keturunan
Selain dari lingkungan, sifat temperamental juga dapat muncul karena bawaan sejak lahir. Setiap anak pasti akan mewariskan sifat dari orang tuanya, entah itu sedikit atau banyak. Sifat temperamental menjadi salah satu sifat yang dapat diturunkan melalui gen dari orang tua.
Akan tetapi, sifat temperamental yang muncul karena keturunan ini cenderung sulit untuk diubah dibanding sifat temperamental yang muncul karena faktor dari luar kecuali memang ada kemauan dan usaha yang besar dari dalam diri individu agar setidaknya lebih dapat mengendalikan sifat temperamental agar tidak terlalu meledak-ledak.
4. Pola Asuh Orang Tua
Terakhir, munculnya sifat temperamental juga dapat dipengaruhi oleh bentuk pola pengasuhan yang diterapkan orang tua pada anak. Hal ini dikarenakan cara orang tua mendidik anak tentu akan membentuk karakter anak sebab terdapat dampak pola asuh yang berbeda-beda. Apabila orang tua menerapkan pengasuhan yang keras dan diktator, anak juga akan tumbuh menjadi orang yang keras sehingga sifat temperamental dapat muncul.
Tips Cara Mengatasi Sifat Temperamental
Memiliki sifat temperamental pada dasarnya adalah hal yang wajar. Akan tetapi sifat ini tetap perlu dikendalikan agar tidak berdampak negatif pada diri sendiri maupun orang lain. Berikut adalah beberapa tips cara mengatasi sifat temperamental yang dapat dicoba:
- Menghindari Penyebab Kemarahan
Faktor-faktor yang memicu kemarahan memang tidak dapat kita kendalikan kapan dan dari mana datangnya. Akan tetapi, yang dapat kita kendalikan adalah cara memahami emosi diri sehingga tidak mudah tersulut oleh penyebab kemarahan tersebut. Dengan memahami emosi diri, ketika akan bertemu dengan situasi yang sekiranya bisa menyebabkan kita meledak-ledak, kita dapat menghindar sementara waktu.
Contohnya, ketika kita dihadapkan dengan situasi yang menyebabkan munculnya amarah, coba pergi dulu ke tempat lain yang lebih sepi atau memisahkan diri agar lebih tenang. Selain itu, dapat juga sambil mengatur napas dan minum sebentar atau melakukan cara lain yang membuat amarah dapat mereda. Setelah beberapa saat sudah merasa lebih tenang, baru kembali ke tempat sebelumnya.
- Jangan Menyimpan Dendam dengan Orang Lain
Salah satu pemicu kemarahan adalah karena sebelumnya sudah ada dendam dengan orang lain sehingga apa pun yang dia lakukan terasa keliru. Hal ini tentunya tidak baik karena justru akan merugikan diri sendiri akibat terus-menerus dalam suasana hati yang buruk. Oleh sebab itu, memaafkan kesalahan yang dilakukan orang lain menjadi hal yang sangat baik untuk diterapkan walaupun setiap orang memiliki alasan sulit memaafkan kesalahan.
Terlebih pada orang yang memang memiliki sifat temperamental, memaafkan orang juga dapat menjadi cara yang efektif untuk memperbaiki sifat individu secara keseluruhan. Belajar memaafkan orang lain akan membuka jalan untuk membangun hubungan yang lebih baik sehingga hidup akan lebih nyaman dan bahagia.
- Mengubah Pola Pikir
Sifat temperamental memang wajar dimiliki, tetapi bukan berarti kita boleh membiarkannya begitu saja. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki sifat temperamental biasanya mudah terpancing pikiran negatif yang ia bentuk sendiri dan bukanlah kenyataan yang sebenarnya. Maka dari itu, penting untuk belajar mengubah pola pikir agar tidak langsung mengarah ke hal negatif.
Di sisi lain, pikiran-pikiran negatif, seperti rasa pesimis, putus asa, dan meremehkan justru dapat semakin memperparah kondisi yang terjadi, padahal belum tentu juga apa yang dipikirkan akan benar-benar terjadi jika kita melakukan usaha lain. Lebih baik mulailah berpikir positif dan optimis atau paling tidak berpikir secara realistis agar tidak terlalu terbawa emosi.
- Melakukan “I” Message
Istilah “I” Message mungkin masih asing bagi orang awam. Padahal, cara ini dapat secara efektif mengatasi masalah sifat temperamental maupun emosi-emosi negatif lainnya. “I” Message merupakan teknik yang digunakan untuk melampiaskan emosi dengan lebih asertif sehingga tidak terlalu menyakitkan bagi orang lain.
Caranya adalah dengan menyampaikan kekesalan yang dirasakan dengan awalan kata “saya” dan bukan “kamu”. Misalnya, “Saya merasa marah jika kamu terus mengganggu saat saya sedang bekerja”. Kalimat tersebut lebih dapat diterima dibanding jika kita langsung berkata “Kamu ini tidak ada kerjaan sekali sampai terus mengganggu saya”.
- Menulis di Buku Harian
Kemarahan sering kali berkutat di kepala sehingga agar cepat ‘keluar’, disampaikan melalui kata-kata yang tidak jarang justru kasar sehingga menyakiti orang lain. Akan tetapi, ada cara yang lebih efektif, yaitu dengan menuliskannya pada buku harian. Semarah apa pun kata-kata yang kita tuliskan, buku harian tidak mungkin merasa sakit hati dan kita juga tetap dapat melampiaskan emosi.
Lama-kelamaan, kita akan lebih menyadari emosi yang ditulis sehingga dapat merefleksi kembali apakah penyebab rasa marah, apakah respons marah ini sudah tepat atau belum, bagaimana cara menghadapi situasi yang tepat, dan lain sebagainya. Selain itu, terdapat pula manfaat menulis untuk kesehatan mental yang dapat berpengaruh juga pada sifat temperamental.