Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Anak » 5 Dampak Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus dan Tips Cara Mengatasinya

5 Dampak Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus dan Tips Cara Mengatasinya

by Gendis Hanum Gumintang

Anak berkebutuhan khusus atau disingkat dengan ABK adalah anak-anak yang memiliki keterbatasan secara fisik, mental, intelektual, sosial, maupun emosional. Umumnya, terdapat beberapa jenis ABK, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autis, kesulitan belajar, gifted, dan talented.

Anak-anak dengan kebutuhan khusus tersebut tentunya memiliki kondisi yang berbeda dengan anak pada umumnya sehingga mereka juga dapat mempunyai kondisi psikologis yang berbeda. Kondisi keterbatasan atau justru memiliki kemampuan luar biasa bisa jadi berdampak pada psikologisnya. Oleh sebab itu, diperlukan upaya agar mereka tetap dapat hidup sejahtera.

Berikut ini adalah beberapa dampak psikologi secara negatif yang dapat dirasakan oleh anak berkebutuhan khusus karena kondisi yang dimiliki, yaitu:

1. Merasa Rendah Diri dan Malu

Rasa rendah diri dan malu sangat wajar dialami oleh anak berkebutuhan khusus. Bahkan dari istilah cacat atau disabilitas yang sering diucapkan oleh orang-orang pada umumnya juga dapat membuat anak dengan kondisi berbeda ini semakin merasa rendah diri.

Ditambah lagi dengan tentunya kondisi mereka yang tidak sama seperti anak-anak lain membuat mereka sulit mendapatkan kepercayaan diri dan citra diri yang cenderung negatif. Anak berkebutuhan khusus mungkin berpikir mereka tidak dapat melakukan hal-hal yang umumnya dapat dilakukan oleh anak seusia mereka dengan baik.

Sehingga, akan cenderung menutup diri dan tidak berani untuk bergabung dengan teman-temannya. Terlebih jika kondisinya berkaitan dengan fisik yang dapat dilihat secara langsung dapat memunculkan rasa minder atau harga diri rendah.

2. Lamban dalam Berpikir

Tidak semua anak berkebutuhan khusus memiliki keterlambatan dalam berpikir sebab tergantung pada jenis kondisinya. Akan tetapi, anak-anak yang memiliki keterbatasan pada kondisi intelektualnya cenderung tidak dapat berpikir dengan kecepatan atau kemampuan yang sama seperti anak pada umumnya.

Misalnya, pada anak yang tidak dapat mendengar dengan baik, mereka tidak dapat menerima informasi secara verbal sehingga untuk hal-hal yang berupa konsep abstrak, seperti hubungan sosial dan penggunaan bahasa, mereka kurang mampu memahaminya dengan baik dan perlu bantuan atau teknik tertentu dengan standar yang berbeda dengan anak-anak lainnya.

3. Kemampuan Sosial Kurang Maksimal

Kondisi yang dimiliki anak berkebutuhan khusus juga dapat mengganggu kemampuannya secara sosial untuk dapat membentuk interaksi dengan orang lain, membangun komunikasi, menjalin hubungan, dan sebagainya sebab mungkin ada rasa tidak percaya diri atau memang keterbatasannya membuat mereka kurang dapat bersosialisasi.

Anak berkebutuhan khusus mungkin akan memilih untuk menyendiri karena merasa tidak dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang sama seperti anak lainnya. Selain itu, mungkin mereka juga tidak mengetahui cara memulai pembicaraan dengan kondisinya dan takut orang lain akan berpikiran negatif lalu justru membuat mereka semakin merasa rendah diri.

4. Kemampuan Kognitif Cenderung Rendah

Selain anak berkebutuhan khusus dengan kondisi gifted dan talented, beberapa anak berkebutuhan khusus memiliki kemampuan kognitif yang cenderung rendah.

Akan tetapi, kondisi ini terjadi jika dibandingkan dengan kemampuan kognitif anak pada umumnya sebab biasanya anak berkebutuhan khusus justru mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dari anak normal pada bidang-bidang tertentu.

Contohnya terdapat dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Setyawan, dkk dengan judul Pengaruh Perkembangan Psikologis Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Negeri Keleyan No 8 Socah Bangkalan.

Dalam jurnal tersebut disebutkan bahwa anak dengan tunagrahita memiliki perkembangan kognitif yang terhambat karena IQ yang mereka miliki cenderung rendah sehingga mereka mudah lupa dan proses mengingat sesuatunya juga terganggu.

5. Kurang Memiliki Pemahaman Emosi yang Baik

Terakhir, anak berkebutuhan khusus juga cenderung memiliki pemahaman emosi yang kurang dibanding anak-anak lain. Hal tersebut masih berkaitan dengan kemampuan kognitifnya yang juga cenderung rendah.

Di sisi lain, mereka juga kurang mempunyai keterampilan sosial sehingga semakin sulit untuk memahami emosi orang lain, bahkan emosi diri sendiri.

Sayangnya, apabila mereka terus-menerus tidak dapat menemukan cara memahami emosi yang dimiliki, dapat menimbulkan gangguan psikologis, seperti depresi, kecemasan, atau bahkan menimbulkan keinginan untuk mengakhiri hidup karena sudah tidak tahan lagi dengan kondisinya atau merasa tidak berharga.

Tips Cara Mengatasi Dampak Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus

Kondisi yang berbeda tidak membuat anak tidak mendapatkan hak-hak yang sama seperti anak lainnya. Maka dari itu, dampak psikologi anak berkebutuhan khusus perlu diatasi dengan cara-cara seperti berikut:

  • Menjalin Hubungan yang Erat

Orang tua memiliki andil yang besar agar anak berkebutuhan khusus dapat mengatasi dampak psikologi karena kondisinya. Salah satu caranya adalah dengan menjalin hubungan yang erat dengan anak sehingga anak percaya bahwa mereka tidak sendirian dan ada orang tua atau bahkan keluarga dan orang-orang di sekitarnya yang akan selalu ada untuknya kapan pun dan apa pun kondisinya.

Hal ini dapat meningkatkan kembali rasa percaya diri anak, termasuk meningkatkan rasa harga diri anak sehingga anak akan lebih berfokus pada bagaimana cara membuat hidupnya lebih bahagia dan bermakna, ketimbang memikirkan hal-hal yang kurang dari dirinya.

  • Menjaga Komunikasi

Komunikasi menjadi bagian dari upaya untuk menjalin hubungan agar tetap erat. Dengan adanya komunikasi yang positif antara anak dengan orang tua, baik anak maupun orang tua dapat lebih memahami satu sama lain terlepas dari keterbatasan yang anak miliki. Pasalnya, cara berkomunikasi tidak hanya secara verbal, tetapi dari gestur tubuh atau cara lain juga dapat dilakukan untuk berkomunikasi dengan anak.

  • Memberi Perlakuan yang Tidak Merendahkan

Anak berkebutuhan khusus tahu bahwa mereka memiliki kondisi yang berbeda atau bahkan kurang. Namun, bukan berarti mereka mu diperlakukan sebagai orang yang lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa. Perlakuan yang seperti itu justru membuat anak akan semakin membenarkan rasa rendah dirinya bahwa ia tidak dapat melakukan sesuatu dengan baik.

  • Mewadahi Anak untuk Melakukan Hobinya

Terlepas dari kondisi atau kekurangan yang anak miliki, mereka pasti memiliki hal yang dapat diunggulkan dari diri mereka atau hal-hal yang mereka suka lakukan. Coba cari bakat maupun minat anak dan fokuskan kegiatan anak pada hal-hal tersebut. Dengan demikian, anak tidak terus memikirkan kekurangannya dan membuatnya semakin tertekan.

Di sisi lain, melakukan sesuatu yang sudah menjadi bakat dan minat anak juga dapat membawa manfaat yang lebih besar. Misalnya anak bisa menghasilkan karya sehingga mendapatkan prestasi atau penghargaan atas usahanya dan dapat semakin mengembangkan lagi kemampuannya itu.

  • Berkonsultasi dengan Tenaga Profesional

Satu hal yang tidak kalah penting untuk mengatasi dampak psikologi anak berkebutuhan khusus adalah mendatangi ahlinya, yaitu tenaga profesional, seperti konselor, psikolog, maupun psikiater. Di tangan mereka, anak akan diberikan asesmen untuk mendiagnosis kondisinya, sehingga intervensi yang diberikan untuk mengatasi dampak dapat secara efektif membantu anak merasa lebih baik.

You may also like