Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Klinis » 13 Aspek Psikologis Pada Permulaan Kehidupan Manusia

13 Aspek Psikologis Pada Permulaan Kehidupan Manusia

by Arby Suharyanto

Pernahkah anda medengar istilah prenatal? Periode prenatal adalah periode perkembangan pada manusia yang paling singkat dari seluruh periode perkembangan, dimulai pada saat pembuahan dan berakhir pada kelahiran bayi. Dengan kata lain, periode prenatal dimulai ketika sel telur wanita dibuahi oleh sperma laki-laki sampai dengan waktu kelahiran individu. Kurang lebih, periode prenatal berlangsung selama 9 bulan kalender atau 280 hari sebelum lahir.

1. Kualitas Ibu dan Bayi

Pada periode ini sangat mempengaruhi kualitas ibu dan bayi yang lahir secara fisik dan psikologis. Tentunya, janin yang berada di dalam kandungan tidak hanya mengalami perkembangan fisik melainkan juga mengalami perkembangan psikologis. (Baca juga mengenai aspek psikologis dalam ibadah puasa)

Erikson yang penganut Freudian (karena menggunakan konsep ego) ini melihat bahwa jalur perkembangan merupakan interaksi antara tubuh (pemrograman biologi genetika), pikiran (aspek psikologis), dan pengaruh budaya. (Baca juga mengenai tujuan seleksi karyawan menurut psikologi).

2.Tahap Bayi (Infancy): Sejak lahir hingga usia 18 bulan

Periode ini disebut juga dengan tahapan sensorik oral, karena orang biasa melihat bayi memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Sosok Ibu memainkan peranan terpenting untuk memberikan perhatian positif dan penuh kasih kepada anak, dengan penekanan pada kontak visual dan sentuhan. Jika periode ini dilalui dengan baik, bayi akan menumbuhkan perasaan trust (percaya) pada lingkungan dan melihat bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik. (Baca juga mengenai aspek aspek kepatuhan dalam psikologi).

3. Awal Kehidupan

Di awal kehidupan ini begitu penting meletakkan dasar perasaan percaya dan keyakinan bahwa tiap manusia memiliki hak untuk hidup di muka bumi, dan hal itu hanya bisa dilakukan oleh sosok Ibu, atau siapapun yang dianggap signifikan dalam memberikan kasih sayang secara tetap. (Baca juga mengenai metode analisis karya dalam psikologi sastra).

4. Tahap Kanak-Kanak Awal (Early Childhood): 18 Bulan hingga 3 tahun

Selama tahapan ini individu mempelajari ketrampilan untuk diri sendiri. Bukan sekedar belajar berjalan, bicara, dan makan sendiri, melainkan juga mempelajari perkembangan motorik yang lebih halus, termasuk latihan yang sangat dihargai: toilet training. (Baca juga mengenai cara memahami seseorang menurut psikologi).

Di masa ini, individu berkesempatan untuk belajar tentang harga diri dan otonomi, seiring dengan berkembangnya kemampuan mengendalikan bagian tubuh dan tumbuhnya pemahaman tentang benar dan salah. Salah satu ketrampilan yant muncul di periode adalah kemampuan berkata TIDAK. Sekalipun tidak menyenangkan orang tua, hal ini berguna untuk pengembangan semangat dan kemauan.

5. Tahap Usia Bermain (Play Age): 3 hingga 5 tahun

Pada periode ini, individu biasanya memasukkan gambaran tentang orang dewasa di sekitarnya dan secara inisiatif dibawa dalam situasi bermain. Anak laki-laki bermain dengan kuda-kudaan dan senapan kayu, anak perempuan main “pasar-pasaran” atau boneka yang mengimitasi kehidupan keluarga, mobil-mobilan, handphone mainan, tentara mainan untuk bermain peran, dsb. Di masa ini, muncul sebuah kata yang sering diucapkan seorang anak:”KENAPA?”

6. Tahap Usia Sekolah (School Age): Usia 6 – 12 tahun

Periode ini sering disebut juga dengan periode laten, karena individu sepintas hanya menunjukkan pertumbuhan fisik tanpa perkembangan aspek mental yang berarti, berbeda dengan fase-fase sebelumnya. Kita bisa simak, dalam periode sebelumnya pertumbuhan dan perkembangan berbilang bulan saja untuk manusia agar bisa tumbuh dan berkembang.

7. Keterampilan Baru

Ketrampilan baru yang dikembangkan selama periode ini mengarah pada sikap industri (ketekunan belajar, aktivitas, produktivitas, semangat, kerajinan, dsb), serta berada di dalam konteks sosial. Bila individu gagal menempatkan diri secara normal dalam konteks sosial, ia akan merasakan ketidak mampuan dan rendah diri.

8. Tahap Remaja (Adolescence): Usia 12 hingga 18 tahun

Bila sebelumnya perkembangan lebih berkisar pada apa yang dilakukan untuk saya, sejak stage perkembangan ini perkembangan tergantung pada apa yang saya kerjakan. Karena di periode ini individu bukan lagi anak tetapi belum menjadi dewasa, hidup berubah sangat kompleks karena individu berusaha mencari identitasnya, berjuang dalam interaksi sosial, dan bergulat dengan persoalan-persoalan moral.

Tugas perkembangan di fase ini adalah menemukan jati diri sebagai individu yang terpisah dari keularga asal dan menjadi bagian dari lingkup sosial yang lebih luas. Bila stage ini tidak lancara diselesaikan, orang akan mengalami kebingungan dan kekacauan peran.

9. Tahap Dewasa Awal (Young Adulthood): Usia 18 hingga 35 tahun

Langkah awal menjadi dewasa adalah mencari teman dan cinta. Hubungan yang saling memberikan rasa senang dan puas, utamanya melalui perkawinan dan persahabatan. Keberhasilan di stage ini memberikan keintiman di level yang dalam. Kegagalan di level ini menjadikan orang mengisolasi diri, menjauh dari orang lain, dunia terasa sempit, bahkan hingga bersikap superior kepada orang lain sebagai bentuk pertahanan ego.

10. Tahap Dewasa (Middle Adulthood): Usia 35 hingga 55 atau 65tahun

Masa ini dianggap penting karena dalam periode inilah individu cenderung penuh dengan pekerjaan yang kreatif dan bermakna, serta berbagai permasalahan di seputar keluarga. Selain itu adalah masa “berwenang” yang diidamkan sejak lama.

11. Pembentukan Karakter

Tugas yang penting di sini adalah mengejawantahkan budaya dan meneruskan nilai budaya pada keluarga (membentuk karakter anak) serta memantapkan lingkungan yang stabil. Kekuatan timbul melalui perhatian orang lain, dan karya yang memberikan sumbangan pada kebaikan masyarakat, yang disebut dengan generativitas. Jadi di masa ini, kita takut akan ketidak aktifan dan ketidak bermaknaan diri.

12. Tahap Dewasa Akhir (Late Adulthood): Usia 55 atau 65 tahun hingga mati

Orang berusia lanjut yang bisa melihat kembali masa-masa yang telah dilaluinya dengan bahagia, merasa tercukupi, dan merasa telah memberikan kontribusi pada kehidupan, ia akan merasakan integritas. Kebijaksanaannya yang tumbuh menerima keluasan dunia dan menjelang kematian sebagai kelengkapan kehidupan.

Sebaliknya, orang yang menganggap masa lalu adalah kegagalan merasakan keputus asaan, belum bisa menerima kematian karena belum menemukan makna kehidupan. Atau bisa jadi, ia merasa telah menemukan jati diri dan meyakini sekali bahwa dogma yang dianutnyalah yang paling benar.

13. Bentuk Kehidupan

Begitulah tahapan perkembangan Sejak konsepsi sampai masa prosesnya terjadi secara bertahap melalui berbagai tahapan kehidupan, dimana dalam setiap tahapan perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelum dan sesudahnya.Setiap perkembangan memiliki fungsi dan inti yang menjadi dasar dan semua itu dipengaruhi oleh peran psikologi yang didapatnya yang nantinya akan membentuk karakter dasar seseorang sepanjang hidupnya.

Demikian artikel kali ini mengenai Aspek Psikologis Pada Permulaan dan Perkembangan Kehidupan Manusia, semoga menjadi wawasan yang bermanfaat untuk anda. Terima kasih. Salam hangat dari penulis.

 

You may also like