Dalam penelitian sastra dibutuhkan metode dan teknik untuk digunakan sebagai kerangka ilmiah peneliti sastra. Metode adalah suatu cara yang teratur untuk melakukan suatu pekerjaan agar dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan dan juga sistem kerja terstruktur untuk memudahkan terlaksananya suatu kegiatan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode berasal dari kata dalam bahasa Latin Methodos . Meta yang berarti menuju, melalui, mengikuti, dan sesudah. Hodos artinya jalan, cara, dan arah.
Dalam pengertian yang luas, metode artinya cara, strategi untuk memahami kenyataan, dan berupa langkah sistematis untuk memecahkan isi suatu karya sastra, yang fungsinya untuk menyederhanakan suatu masalah agar lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami. Metode berbeda dengan metodologi, yang artinya berupa ilmu mengenai metode. Pembahasan metodologi dalam psikologi sastra berupa prosedur intelektual dalam komunitas ilmiah, yang dimulai sejak peneliti mulai menaruh minat terhadap objek tertentu dan melakukan langkah – langkah penelitian selanjutnya.
Metode Analisis Karya Sastra
Hubungan antara psikologi dan sastra merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Metode yang digunakan dalam analisis karya sastra secara psikologis secara keseluruhan bukanlah suatu metode baru melainkan berupa hasil modifikasi dari metode – metode sebelumnya. Dengan kata lain, metode analisis karya dalam psikologi tersebut merupakan metode lama dalam cara kerja psikologi sastra yang mendapatkan penambahan, perubahan atau pengurangan dalam konteksnya.
1. Metode Intuitif
Manusia dapat memahami kebudayaan secara jelas dengan menggunakan pikiran dan perasaannya. Intuisi digunakan manusia untuk mencoba menafsirkan unsur – unsur dalam kebudayaan dan juga dalam satu karya sastra. Menurut Anton Bakker, metode intuitif digunakan oleh pendiri teori Neo Platonisme yaitu Platinos dengan didasarkan pada filsafat Yunani, khususnya pada Plato dan Aristoteles. Ciri dari metode intuitif adalah adanya pemahaman terhadap gejala – gejala budaya dengan pertimbangan mengenai keseimbangan antara individu dan hermeneutika. Metode intuitif telah digunakan untuk memahami sastra Indonesia sebelum lahirnya strukturalisme.
2. Metode Hermeneutika
Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuin dan dapat diartikan sebagai menafsirkan atau menginterpretasikan, sedangkan secara mitologi, istilah Hermeneutika dapat dihubungkan dengan Hermes yaitu dewa Yunani yang bertugas menyampaikan pesan kepada manusia. Medium untuk pesan pada dasarnya adalah bahasa lisan dan tulisan. Karena itulah karya sastra perlu ditafsirkan dengan baik sebab banyak makna yang tersembunyi atau sengaja disamarkan dalam karya – karya tersebut. Fungsi utama hermeneutika adalah metode untuk memahami agama dan adanya pemahaman bahwa karya sastra adalah karya yang paling dekat dengan agama, maka metode analisis karya dalam psikologi ini dianggap tepat untuk memahami dan menganalisis karya sastra.
3. Metode Kualitatif
Pada dasarnya metode analisis karya dalam psikologi ini sama dengan metode hermeneutika, yaitu secara keseluruhan memanfaatkan cara – cara penafsiran dalam bentuk deskripsi sebagai bagian dari perkembangan ilmu sosial. Dengan demikian, kualitas penafsiran dalam metode kualitatif akan dibatasi oleh fakta – fakta sosial yaitu fakta yang ditafsirkan oleh subjek dari data alamiah yang ada. Landasan berpikir metode ini adalah paradigma mengenai positivisme oleh Mark Webber, Immanuel Kant dan Wilhelm Ditney, yaitu bahwa objek penelitian bukanlah suatu gejala sosial substantif, melainkan gejala sosial tersebut timbul akibat makna di balik tindakan. Beberapa ciri penting dari metode kualitatif yaitu:
- Perhatian utama ditekankan pada makna dan pesan yang sesuai dengan hakikat objek sebagai studi budaya.
- Proses lebih diutamakan daripada hasil sehingga makna yang dihasilkan selalu berubah
- Antara subjek peneliti dengan objek penelitian tidak ada jarak. Posisi subjek peneliti adalah sebagai instrumen utama sehingga ada interaksi langsung diantara subjek dan objek penelitian.
- Desain serta kerangka penelitian sifatnya sementara karena penelitian merupakan hal yang terbuka.
- Penelitian bersifat alami karena terjadi dalam konteks sosial budaya masing – masing pihak.
4. Metode Analisis Isi
Secara eksplisit, metode analisis isi digunakan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1926 menurut Verdenbreght, namun telah digunakan jauh sebelum itu secara praktis. Analisis isi berhubungan dengan isi dari komunikasi baik secara verbal berbentuk bahasa dan non verbal. Isi dan pesan komunikasi yang dimaksudkan dalam ilmu sosial berupa masalah sosial, ekonomi dan juga politik dan propaganda, yaitu pesan komunikasi dalam kehidupan manusia. Dalam karya sastra, isi yang dimaksud adalah pesan – pesan yang sesuai dengan hakikat sastra sehingga analisis isi dapat dimanfaatkan sekaligus secara kualitatif dan kuantitatif. Dua macam isi metode analisis isi adalah:
- Isi Laten
Adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah suatu karya sastra yang dimaksudkan oleh penulis. Analisis yang dilakukan terhadap isi laten akan menghasilkan suatu arti.
- Isi Komunikasi
Yaitu pesan yang terkandung dalam proses komunikasi dan terwujud dalam adanya hubungan antara naskah dan konsumen. Pada dasarnya isi komunikasi juga menyiratkan isi laten namun belum tentu isi laten dapat menyiratkan isi komunikasi. Analisis yang dilakukan pada isi komunikasi akan menghasilkan suatu makna tertentu. Isi komunikasi merupakan objek formal dari metode analisis isi.
Dasar dari metode analisis isi adalah penafsiran pada isi pesan, dan karena itu metode ini dilakukan pada dokumen – dokumen yang padat isinya. Para peneliti memberi penekanan pada memaknai isi komunikasi dan isi interaksi simbolik pada peristiwa komunikasi. Misalnya untuk meneliti gaya tulisan seorang pengarang. Penelitian dilakukan pada paragraf, kalimat dan kata termasuk juga volume ruangan dalam media massa, waktu, tempat penulisan, dan sebagainya sampai isi pesan yang tepat diketahui. Begitu juga untuk menganalisis surat menyurat secara pribadi.
5. Metode Formal
Analisis dengan mempertimbangkan aspek – aspek formal, bentuk dan unsur karya sastra bertujuan untuk mempelajari sastra secara ilmiah dengan memberi perhatian pada sifat – sifat penulisan yang bersifat artistik adalah definisi dari metode formal. Tujuannya untuk mempelajari sastra secara ilmiah dengan perhatian khusus pada sifat – sifat teks yang dianggap memiliki aspek artistik. Metode formal tidak dapat dilepaskan dari teori strukturalisme. Metode ini terkenal sejak tahun 1930an ketika adanya perhatian terhadap aspek –aspek formal dengan keutamaan pada ciri sastra otonom, perbedaan sastra dan ungkapan bahasa lain, serta pola suara dan kata – kata formal. Tugas utama dari metode formal adalah untuk menganalisis unsur – unsur ekstrinsik dan intrinsik, makro, mikro, konkret dan formal yang sesuai dengan kandungan karya tersebut.
6. Metode Dialektika
Dialektika secara etimologi berasal dari kata dialectica dari bahasa Latin yang artinya cara membahas. Metode ini dapat ditelusuri sejak zaman Plato namun secara formal diperkenalkan oleh Hegel dengan mekanisme kerja terdiri atas tesis, antitesis dan sintesis. Prinsip dialektika hampir sama dengan metode hermeneutika khususnya dalam penelusuran unsur ke dalam totalitas karya dan juga sebaliknya. Bedanya, kelanjutan metode ini tidak berhenti pada tingkat tertulis melainkan pada jaringan kategori sosial berupa makna secara lengkap. Ketahui juga mengenai contoh id dalam psikologi sastra, klasifikasi emosi dalam psikologi sastra dan pendekatan tekstual dalam psikologi sastra.
7. Metode Deskriptif Analisis
Gabungan dua metode analisis karya dalam psikologi dapat dilakukan jika kedua metode tersebut tidak bertentangan. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan beberapa fakta yang dilanjutkan dengan analisis. Deskripsi dan analisis tidak semata – mata hanya menguraikan arti, namun juga memberi pemahaman dan penjelasan yang cukup. Ketahui juga mengenai teori psikologi sastra, dan macam pendekatan dalam psikologi.
8. Metode Strukturalisme
Pada umumnya metode strukturalisme mengacu pada kelompok penulis di Paris yang menggunakan metode – metode dan istilah – istilah dalam analisis yang dikembangkan oleh Ferdinan de Saussure. Strukturalisme menentang metode lain seperti teori mimetic yang menganggap bahwa karya sastra adalah tiruan dari kenyataan, teori ekspresif yang beranggapan bahwa sastra adalah ungkapan perasaan dan watak pengarangnya, serta menentang teori lain yang memandang bahwa sastra adalah media komunikasi antara pengarang dan pembaca.
Pendekatan dalam Psikologi Sastra
Pendekatan kerap disamakan dengan metode, walaupun secara etimologi pendekatan berarti jalan atau penghampiran, yang artinya pendekatan adalah cara – cara untuk menghampiri objek. Empat komponen utama pendekatan dalam psikologi sastra yang dikemukakan oleh Abrams yaitu:
1. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ini memberikan perhatian tidak hanya kepada bagaimana karya sastra diciptakan dan juga bentuk apa yang ada dalam suatu hasil karya sastra. Wilayah dari pendekatan ekspresif adalah pengarang itu sendiri, pikiran, perasaan dan hasil – hasil karya sang pengarang. Pendekatan ini memosisikan karya sastra sebagai curahan, ucapan dan proyeksi dari pikiran serta perasaan pengarang.
2. Pendekatan Mimesis
Pengalaman adalah dasar pertimbangan dari pendekatan mimesis yang berasal dari karya sastra itu sendiri yang tidak bisa menjadi wakil dari kenyataan melainkan hanya dapat menjadi peniruan dari kenyataan itu. Kenyataan berada dalam arti yang paling luas yaitu semua hal yang berada di luar karya sastra, benda yang dapat dilihat dan diraba, dan sebagainya.
3. Pendekatan Pragmatis
Perhatian utama terhadap peran pembaca merupakan definisi menurut Abrams. Pergeseran terhadap fungsi – fungsi baru pembaca merupakan perhatian dari pendekatan pragmatis, mempertimbangkan karya sastra dan pembacanya, memecahkan masalah – masalah melalui pendekatan pragmatis seperti tanggapan masyarakat atau penerimaan dari pembaca tertentu akan sebuah karya sastra yang ada.
4. Pendekatan Objektif
Perhatian pada unsur – unsur, antar hubungan serta totalitas dan mengarah kepada analisis intrinsik menimbulkan konsekuensi logis berupa pengabaian dan penolakan segala unsur ekstrinsik. Pusat pemahaman pendekatan ini adalah pada analisis unsur – unsur dan pertimbangan akan hubungan antara unsur tersebut dan unsur dengan totalitas di sisi lain. Konsep dasar pendekatan ini berasal dari anggapan bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri dari bermacam unsur yang membentuknya, dan terdapat jalinan erat yang koheren diantara unsur – unsur tersebut yang maknanya hanya dapat dipahami sepenuhnya berdasarkan tempat dan fungsi unsur tersebut di dalam karya sastra secara keseluruhan. Artinya pendekatan ini bertujuan untuk melihat karya sastra sebagai sebuah sistem, dan nilai sistem tersebut sangat bergantung kepada nilai dari komponen yang terlibat di dalamnya. Analisis karya yang menggunakan pendekatan ini akan tergantung pada jenis sastra yang akan diteliti.
Metode analisis karya dalam psikologi merupakan bagian dari penelitian yang mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data secara sistematis dan objektif, yang bertujuan untuk memecahkan suatu persoalan dan menguji hipotesis yang dapat mengembangkan prinsip – prinsip umum . Metode merupakan sebuah alat yang diperbarui secara terus menerus sehingga selalu relevan untuk digunakan sesuai dengan masa atau waktu tertentu.