Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Sosial » 10 Aspek Aspek Kepatuhan dalam Psikologi

10 Aspek Aspek Kepatuhan dalam Psikologi

by Arby Suharyanto

Kepatuhan adalah salah satu dari dampak pengaruh sosial lingkungan. Karena pada dasarnya manusia  adalah makhluk sosial yang tidak lepas dari lingkungan sosialnya yang akan mempengaruhi bagaimana ia bertindak. Kepatuhan merupakan pengaaruh sosial dimana seseorang hanya perlu memerintahkan satu orang lain atau lebih untuk melakukan satu atau beberapa tindakan.

Banyak para ahli psikologi yang membahas tentang kepatuhan (obedience). Menurut para ahli psikologi sosial adalah sebagai berikut:

  • Menurut Robert A. Baron & Donn Byrne, kepatuhan adalah bentuk pengaruh sosial dimana satu orang memerintahkan seseorang atau lebih untuk melakukan sesuatu, dan mereka pun melakukannya.
  • Menurut David O. Sears, kepatuhan adalah menampilkan perilaku tertentu karena adanya tuntutan, meskipun mereka lebih suka tidak menampilkannya.
  • Menurut Kartono dan Gulo(2000), kepatuhan adalah ditinggalkannya pertimbangan-pertimbangan sendiri dan melakukan kooperasi (kerjasama) dengan tuntutan-tuntutan dari seorang otoritas.

Teori Kepatuhan Sosial

Pada tahun 1960-an, Stanley Milgram merancang serangkaian eksperimen laboratorium untuk memahami isu kepatuhan terhadap mayoritas. Milgram melakukan penelitian terhadap 40 orang partisipan untuk mengetahui pengaruh hukuman terhadap prestasi belajar.

Dalam penelitian tersebut 20 orang menjadi guru dan 20 orang lagi menjadi siswa dan dibagi ke dalam berbagai tahap penelitian. Setiap penelitian melibatkan seorang guru dan seorang murid dan Milgram sendiri sebagai seorang eksperimenter yang bertanggung jawab terhadap penelitian tersebut.

Eksperimenter/peneliti meminta guru untuk membacakan soal yang harus dijawab oleh murid. Bila jawaban murid salah, maka murid/siswa tersebut akan dihukum dengan mendapat sengatan listrik. Kejutan listrik diberikan mulai dari 15 volts- 450 volts. Setiap kali jawaban murid salah, maka kejutan/sengatan listrik akan semakin meningkat.

Dalam penelitian ini, murid yang sebenarnya adalah asisten Milgram membuat sejumlah kesalahan dan berpura-pura mengerang kesakitan, bahkan mengatakan bahwa dia mempunyai penyakit jantung saat mendapatkan sengatan listrik dari guru.

Tentu saja hal ini membuat partisipan yang bertindak sebagai guru menjadi dilema, apakah dia tetap akan memberi hukuman atau tidak. Apabila dia enggan memberi hukuman, maka peneliti akan memberikan tekanan kepada dia untuk tetap memberi hukuman dan mengatakan bahwa apapun yang terjadi merupakan tanggung jawab peneliti.

Dan hasilnya 65% guru tetap menunjukkan kepatuhan total dimana mereka menyelesaikan eksperimen hingga selesai dan memberi hukuman kepada murid hingga 450 volts. Eksperimen Milgram ini menunjukkan bahwa orang normal dapat melakukan tindakan destruktif jika menghadapi tekanan dari otoritas yang sah.

Faktor Penyebab Kepatuhan

Menurut David O. Sears, kepatuhan timbul karena adanya faktor-faktor berikut ini:

1. Ketaatan Terhadap Otoritas yang Sah

Harapan atau keinginan dari orang yang menduduki posisi tertentu/memiliki legitimasi kekuasaan akan menimbulkan kepatuhan. Penelitian yang dilakukan Milgram tadi menunjukkan gejala ini dengan jelas. Yang dimaksud dengan legitimasi disini adalah keyakinan umum bahwa pihak otoritas memiliki hak untuk menuntut ketaatan terhadap perintahnya.

2. Ganjaran, Hukuman, dan Ancaman

Salah satu cara untuk menimbulkan kepatuhan adalah dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perikaku yang diinginkan melalui ganjaran, hukuman atau ancaman. Misalnya orang tua yang tidak ingin anaknya merokok mengancam tidak akan memberi uang saku jika anaknya tetap merokok, dosen tidak memperbolehkan mahasiswnya mengikuti kuliah jika mahasiswanya memakai sendal, dan sebagainya.

3. Harapan Orang Lain

Orang akan rela memenuhi permintaan orang lain hanya karena orang tersebut mengharapkannya. Gejala ini bisa dilihat bila permintaan dilakukan secara langsung. Sedangkan menurut Robert A. Baron & Donn Byrne, terdapat 4 penyebab kepatuhan.

4. Melepas Tanggung Jawab Pribadi

Artinya, individu menilai bahwa tanggung jawab ada pada orang yang memerintahknnya, bulan dirinya pribadi. Misalnya, atasannya yang dianggap menanggung semua tanggung jawab. (Baca juga mengenai teori interdependensi dalam psikologi sosial)

5. Penggunaan Simbol – Simbol

Individu yang memberi perintah menggunakan simbol-simbol, seperti lencana, seragam, dan yang lainnya untuk mengingatkan orang yang diperintah akan kekuasaan serta peran yang dimilikinya. (Baca juga mengenai metode analisis karya dalam psikologi)

6. Kejadian Secara Gradual

Hal-hal yang terjadi secara gradual, yaitu perintah yang dimulai dari hal kecil kemudian meningkat menjadi lebih besar. (Baca juga mengenai teori interferensi dalam psikologi)

7. Kejadian Sangat Cepat

Proses yang terjadi sangat cepat sehingga individu tidak bisa merefleksikan dan berpikir secara mendalam tindakan yang mestinya ia lakukan. Kepatuhan yang merusak berarti tindakan yang berdasarkan kepatuhan itu membahayakan orang lain atau dirinya sendiri.  Penyebab kepatuhan yang merusak yaitu:

8. Pengaruh Besar Orang yang Berkuasa

Orang-orang yang berkuasa membebaskan orang-orang yang patuh dari tanggung jawab atas tindakan mereka. “saya hanya menjalankan perintah”, seringkali dijadikan alasan bila sesuatu yang buruk terjadi. (Baca juga mengenai teori naturalisme dalam psikologi perkembangan)

9. Tanda yang Menunjukkan Status Sosial

Orang-orang yang berkuasa sering kali memiliki tanda atau lencana nyata yang menunjukkan status mereka. Hal ini menimbulkan norma “Patuhilah orang yang memegang kendali”. Norma ini adalah norma yang kuat, dan bila kita dihadapkan dengannya, sebagian besar orang merasa sulit untuk tidak mematuhinya.

10. Adanya Perintah Bertahap dari Figure Otoritas

Perintah awal mungkin saja meminta tindakan yang ringan baru selanjutnya perintah untuk melakukan tindakan yang berbahaya. (Baca juga mengenai teori psikologi dalam analisis organisasi)

11. Perubahan Situasi yang Begitu Cepat

Situasi yang melibatkan kepatuhan bisa berubah cepat. Cepatnya perubahan ini menyebabkan kecenderungan meningkatnya kepatuhan.

Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kepatuhan yang merusak:

  • Individu yang dihadapkan pada perintah dari figure otoritas dapat diingatkan bahwa merekalah yang akan bertanggung jawab atas kerusakan apapun yang dihasilkan bukan pihak otoritas.
  • Individu dapat disadarkan bahwa melebihi suatu titik tertentu, maka benar-benar mematuhi perintah yang merusak adalah tidak layak.
  • Individu dapat lebih mudah untuk melawan figure otoritas jika mereka mempertanyakan keahlian dan motif dari figure-figur tersebut.
  • Cukup dengan mengetahui kekuatan yang dimiliki figure otoritas untuk dapat memerintahkan kepatuhan buta bisa membantu melawan pengaruh itu sendiri.

Selain itu, menurut Robert A. Baron & Donn Byrne Indoktrinasi intensif (intensive indoctrination) berperan dalam membangun kepatuhan.  Indoktrinasi intensif adalah suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi anggota kelompok ekstrem dan menerima belief serta aturan dari kelompok tanpa bertanya-tanya dengan disertai komitmen yang tinggi yang merupakan suatu bentuk pengaruh social yang dipaksakan. Tahapan dalam indoktrinasi intensif ini terdiri dari 4 tahap, yaitu:

  • Tahap melunak (softening-up), anggota baru diisolasi dari teman-teman dan keluarga, dan dilakukan usaha-usaha untuk membuat mereka bingung, lelah, tidak memiliki orientasi, dan terangsang secara emosional. Tujuan utamanya adalah untuk memisahkan anggota baru dari kehidupan lamanya dan menempatkan mereka pada keadaan di mana mereka mau menerima pesan-pesan kelompok.
  • Tahap kesepakatan (compliance), anggota baru diminta untuk mengiyakan permintaan dan belief kelompok serta secara aktif “mencoba” peran sebagai anggota.
  • Tahap internalisasi (internalization), anggota baru mulai menerima bahwa pandangan-pandangan kelompok adalah benar dan mereka sungguh-sungguh mempercayai pandangan tersebut.
  • Tahap konsolidasi (consolidation), anggota baru memperkuat keanggotaan mereka dengan melakukan tindakan yang mahal, yang membuat mereka sulit, atau bahkan tidak mungkin untuk mundur: mereka mendermakan seluruh harta milik pribadi mereka kepada kelompok, memutus ikatan dengan semua mantan teman dan keluarga, mulai secara aktif merekrut anggota baru, dst.

Hasil akhirnya dari indoktrinasi intensif adalah anggota baru tersebut kini menerima belief dan dasar pemikiran kelompok dengan tidak bertanya-tanya, dan juga memiliki pandangan negatif terhadap “orang luar”.

Pengaruh sosial sangat berperan dalam pembentukan kepatuhan. Kepatuhan yang dibentuk dari pengaruh sosial akan membuat seseorang dengan perilaku tertentu dengan tidak mengindahkan pertimbangannya sendiri karena mendapatkan tuntutan dari pihak yang mempunyai otoritas/kewenangan. Selamat Membaca.

 

You may also like