Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Pendidikan » 13 Aplikasi Teori Psikologi Pendidikan dalam Pola Pembelajaran

13 Aplikasi Teori Psikologi Pendidikan dalam Pola Pembelajaran

by Hana Masita

Belajar adalah kumpulan dari aktivitas yang saling berkaitan. Diawali dengan munculnya kesadaran diri akan kebutuhan yang ingin dicapai oleh seseorang yang kemudian akan dilanjutkan dengan persiapan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.

Tidak berhenti di situ, orang tersebut selanjutnya akan memahami dan menafsirkan situasi yang dihadapinya yang kemudian akan dia lihat kaitannya dengan kebutuhannya. Pada akhirnya, orang tersebut akan mencari cara dan alternatifnya untuk memenuhi kebutuhannya hingga dia bisa mendapatkan hasil yang ingin dia capai.

Dalam kumpulan aktivitas tersebut, maka bisa kita simpulkan bahwa belajar merupakan sesuatu yang direncanakan dan terukur. Maka, akan terdapat pola pembelajaran untuk setiap individu yang dapat dipelajari. Dalam hal inilah psikologi pendidikan memiliki peran yang penting untuk membentuk pola pembelajaran yang efektif dan efisien untuk manusia. (Baca juga: Aplikasi Psikologi Kognitif dalam Pembelajaran)

Dalam psikologi pendidikan terdapat beberapa pendekatan yang digunakan untuk bisa memahami seorang individu. Pendekatan tersebut di antaranya adalah pendekatan behavioral dan pendekatan kognitif.

Pada pendekatan behavioral, psikolog ataupun tenaga pendidik akan memfokuskan perhatiannya pada aspek tingkah laku individu yang terlihat secara kasat mata.

Sementara itu, pada pendekatan kognitif, psikolog atau tenaga pendidik lebih fokus untuk melihat proses belajar dibandingkan dengan hasil belajarnya. Kedua pendekatan ini akan bisa lebih kita pahami dengan melihat aplikasi teori psikologi pendidikan dalam pola pembelajaran berikut ini:

  1. Pemberian stimulus pembelajaran

Dalam teori psikologi pendidikan behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai dampak dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Maka, salah satu pengaplikasiannya dalam pola pembelajaran adalah dengan memberikan stimulus yang bisa menarik respon siswa. Misalnya, ketika guru memberi bahan bacaan untuk mengajarkan siswa membaca disertai beragam gambar dan warna yang menarik minat siswa.

Dalam hal ini, siswa akan memberi respon dengan berusaha membaca bahan tersebut dan terlibat dalam proses belajar.

  1. Penyusunan target belajar

Dalam teori behavioristik, pembelajaran dinilai dari hasil atau respon yang diberikan oleh siswa. Maka, salah satu aplikasi teori psikologi pendidikan dalam pola pembelajaran ini adalah dengan menentukan atau menyusun target belajar.

Siswa diharapkan memberi hasil yang sesuai dengan target dan tidak dinilai proses yang terjadi untuk mencapai hasil tersebut. Hal ini dinilai cenderung membatasi kreativitas siswa. (Baca juga: Fungsi Fantasi)

  1. Metode drill atau pembiasaan

Pola pembelajaran drill atau pembiasaan juga merupakan salah satu aplikasi teori psikologi pendidikan. Dalam hal ini, tenaga pendidik atau guru sekedar membiasakan siswa melakukan suatu keterampilan alih-alih memahami materi yang diberikan.

Dengan metode ini, siswa akan mampu menyelesaikan permasalahan jika permasalahan yang diberikan sama dengan yang mereka peajari, namun akan kesulitan ketika harus berimprovisasi berdasarkan pemahaman.

  1. Metode Transfer of Knowledge

Metode pembelajaran transfer of knowledge, artinya siswa hanya perlu menyerap informasi yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini, pelajaran dipandang sebagai sesuatu yang tetap, pasti, dan objektif. Siswa hanya perlu menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada.

  1. Standardisasi kurikulum

Pembelajar dalam teori behavioristik dianggap sebagai subjek yang pasif. Mereka hanya akan menerima pelajaran dari guru dan tidak terlibat di dalamnya. Maka, tenaga pendidik akan menyusun kurikulum yang terstandardisasi untuk bisa menentukan proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa.

  1. Mendasarkan pelajaran pada textbook

Pola pembelajaran yang mengikuti kurikulum yang ketat dalam teori behavioristik menuntut untuk siswa bisa menyalin atau mengungkapkan kembali apa yang mereka pelajari dengan sama rata sesuai dengan apa yang diajarkan. Oleh karena itu, dalam teori behavioristik guru membutuhkan buku atau textbook yang standar digunakan. Hal ini diperlukan untuk bisa memastikan pelajaran yang diberikan standar dan sama untuk semua siswa.

  1. Pemberian tugas individu

Evaluasi memang dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa atas materi yang diberikan. Dalam teori behavioristik, evaluasi ditekankan kepada kemampuan siswa secara individual. Siswa akan dibei tugas individu yang harus diselesaikan dengan cara dan jawaban yang telah diajarkan oleh guru atau tenaga pendidik.

Penilaian atas evaluasi tersebut akan didasarkan pada jawaban ‘benar’ atau ‘salah’ menurut standar tenaga pendidik.

  1. Meningkatkan pemahaman siswa

Berbeda dengan teori behavioristik yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran, pada teori kognitif pola pembelajaran lebih ditekankan pada pemahaman siswa.

Pola pembelajaran tidak hanya menyampaikan materi secara satu arah, melainkan juga dibutuhkan feedback dari siswa tentang apa yang mereka pahami atas materi yang diberikan. Siswa diharapkan bisa memahami situasi yang berhubungan dengan dirinya.

  1. Pengembangan intelegensi siswa

Aplikasi teori kognitif menitikberatkan pada kekuatan intelektual siswa. Hal ini membuat dalam praktiknya siswa dituntut untuk bisa mengkaitkan informasi-informasi yang bersifat kompleks untuk memecahkan masalah sendiri.

Bahkan, mereka bisa merevisi cara pemecahan masalah yang disediakan jika dianggap sudah tidak relevan dengan situasi yang dihadapi. (Baca juga: Konsep Intelegensi Dalam Psikologi Pendidikan)

  1. Mengutamakan keaktifan siswa

Penerapan psikologi pendidikan berikutnya adalah dengan menjadikan keaktifan siswa dianggap sebagai hal yang paling utama. Guru hanya sebagai perantara atau fasilitator, sementara siswa yang secara aktif membangun struktur pengetahuan berdasarkan kematangan kognitif yang dia miliki.

Dalam hal ini, semakin aktif seorang siswa dalam mengembangkan dirinya, maka semakin berkembang pula dirinya serta semakin baik pola pembelajaran yang terbentuk.

  1. Pembelajaran melalui eksperimen

Selain teori behavioristik dan kognitif, dalam psikologi pendidikan juga terdapat teori humanistik yang lebih melihat perilaku belajar dari sudut pandang pelaku, bukan pengamatnya. Artinya, dalam teori ini dipercaya bahwa setiap siswa memiliki kepribadian yang unik dan mereka harus mengenal diri mereka sendiri. Guru akan berperan sebagai pembimbing dan harus memahami sudut pandang dari siswa.

Baca juga:

Maka, untuk bisa melakukannya guru akan membuat siswa memahami dan menganalisis situasi melalui pengalaman mereka sendiri. Oleh karena itu, sangat diperlukan keterlibatan dan inisiatif penuh dari siswa sebagai pola pmbelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat diaplikasikan melalui experimential learning.

  1. Pembentukan kepribadian siswa

Dalam teori humanistik, pembelajaran dianggap sukses ketika siswa bisa bersosialisasi dengan baik di lingkungannya dan mampu memotivasi dirinya sendiri untuk memaksimalkan potensi yang ada. Maka, penerapan teori psikologi ini bisa berupa materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian atau karakter siswa, hati nurani dan kepekaan terhadap lingkungan sosial. (Baca juga: Cara Membentuk Karakter Anak Usia Dini)

  1. Memberi motivasi kepada siswa

Salah satu aplikasi teori psikologi berikutnya adalah dengan memberi motivasi kepada siswa untuk terus belajar.

Guru harus memahami bahwa dalam setiap diri siswa terdapat keinginan untuk berkembang dan mengaktualisasi dirinya, namun di sisi lain terdapat ketakutan yang menghalangi. Ketakutan tersebut bisa seperti ketakutan untuk mengambil kesempatan, ketakutan untuk berinisiatif, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, guru bisa terus memberi motivasi kepada siswa dengan selalu memberi mereka kesempatan untuk mencoba. Guru sebaiknya tidak terburu-buru menyalahkan siswa dan mencoba memahami pendapat dari sudut pandang siswa.

You may also like