Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Klinis » 8 Pendekatan Sosiokultural dalam Psikologi Klinis

8 Pendekatan Sosiokultural dalam Psikologi Klinis

by Barzam

Ada pendekatan sosiokultural dalam psikologi klinis yang mungkin jarang kita perhatikan terutama pada saat akan melaksanakan proses konseling. Bagaimana pun juga, seorang individu pasti memiliki latar belakang dan budaya yang berbeda-beda. Kehidupan sosial yang berbeda inilah yang kemudian menjadikan kita harus peka terhadap pendekatan menggunakan sosiokultural.

Harapannya adalah, kita mampu memberikan penilaian yang objektif terhadap karakteristik seseorang. Stereotype biasanya bisa menjadi sebuah permasalahan tersendiri. Seseorang yang sudah memiliki persepsi tertentu mungkin akan menjadi bias pada saat melakukan konseling. Inilah pentingnya pendekatan sosiokultural untuk diterapkan.

Berikut ini adalah beberapa macam pendekatan sosiokultural yang bisa kita ketahui. Ini bisa menjadi panduan yang bagus, terutama pada saat kita akan melakukan konseling. Proses konseling dengan sikap yang netral akan menghasilkan penyelesaian masalah dengan sifat yang baik pula. Tentu saja perlu dukungan antar pihak untuk saling mengerti. Perbedaan persepsi hendaknya tidak dijadikan sebagai sesuatu yang harus diperdebatkan, mengingat setiap orang pasti berasal dari budaya tertentu yang mungkin sangat berbeda dengan budaya yang kita miliki.

  1. Pendekatakan Interpersonal

Pendekatan interpersonal dilakukan dengan cara melakukan hubungan antar pribadi yang sifatnya profesional. Ini artinya, kita bisa melakukan konseling dalam psikologi klinis dengan cara membina hubungan saling percaya terlebih dahulu. Pendekatan interpersonal ini penting, sebagai bagian awal untuk mulai mengenal klien dengan baik. Tanpa adanya pendekatan interpersonal, klien mungkin hanya akan dianggap sebagai “klien” saja tanpa memandang bahwa ia adalah manusia yang memang sedang membutuhkan bantuan atau pertolongan terhadap masalah yang sedang dihadapi. Jenis terapi dalam psikologi akan disesuaikan dari pendekatan ini.

  1. Identifikasi Budaya

Mengidentifikasi budaya seseorang juga penting. Ini dilakukan agar kita tidak kaget saat seseorang mengungkapkan alasan-alasan tentang permasalahan yang sedang dia hadapi. Katakanlah jika seseorang tinggal di wilayah dengan budaya yang menjunjung nilai santun tinggi, mungkin ia akan sering menunjukkan sikap-sikap yang terkesan menunjukkan harga diri rendah. Padahal, memang kebiasaan dalam kebudayaannya yang mengajarkan karakteristik semacam itu. Identifikasi terhadap budaya penting supaya kita tidak cepat-cepat melakukan penilaian.

  1. Identifikasi Latar Belakang Sosial

Latar belakang sosial juga bisa dicari lagi supaya kita bisa mengetahui apa yang menjadi permasalahan seseorang. Apakah kehidupan sosialnya saat ini bagus? Apakah kehidupan ekonominya saat ini bagus? Pertanyaan-pertanyaan ini patut dilontarkan terlebih dahulu sehingga kita bisa lebih memahami klien mengenai kondisi latar belakang sosialnya.

  1. Identifikasi Cara Bersosialisasi

Cara bersosialisasi juga menjadi bagian yang penting untuk dikaji pula. Kita mungkin akan mengamati bahwa seseorang bisa memiliki karakteristik-karakteristik tertentu dalam caranya bersosialisasi. Dengan mengidentifikasi hal ini, maka kita akan lebih mudah untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Namun demikian, dalam konseling kita tetap harus menghindari untuk memberikan penilaian secara langsung pada klien. Kita cukup mengamati saja dan memahami benang merah yang akan terbentuk nantinya.

  1. Pengkajian Riwayat Kehidupan Bersosial

Riwayat masa lalu tentang kehidupan bersosial seseorang juga perlu diidentifikasi. Barangkali ada permasalahan yang berhubungan dengan masalah sosial di masa lalu yang berpengaruh saat ini. Ini merupakan permasalahan yang cukup banyak dan sering juga kita temui. Masalah yang tidak terselesaikan di masa lalu bisa memicu terjadinya masalah yang terjadi saat ini. Dengan melakukan pendekatan terhadap kehidupan bersosial masa lampau seseorang, setidaknya kita akan mendapatkan data penunjang yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan orang tersebut.

  1. Pengkajian Budaya

Pengkajian budaya juga menjadi salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan. Tipe kepribadian manusia akan berbeda-beda. Seseorang mungkin akan menjadi lebih memahami apa yang orang lain rasakan dengan memperhatikan latar belakang budayanya. Sikap netral tetap harus ditunjukkan sebagai bentuk untuk melihat bahwa apa yang dilalui seseorang memang mungkin berkebalikan dengan budaya yang dimilikinya. Artinya, kita tidak boleh melakukan judgement begitu saja. Ini merupakan salah satu manfaat dari adanya proses pengkajian budaya seseorang. (Baca juga: kepribadian impulsif)

  1. Penggunaan Empati

Penggunaan empat menjadi pendekatan sosiokultural dalam psikologi klinis yang bisa diterapkan dengan pembiasaan. Empati merupakan cara memahami seseorang dengan memposisikan diri kita sebagai dirinya. Kita akan mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain sehingga ini menjadi hal yang cukup bagus untuk dilakukan pada saat akan melakukan konseling. Proses ini mungkin membutuhkan jam terbang. Seseorang butuh terbiasa untuk memahami orang lain untuk bisa menggunakan empati secara maksimal. (Baca juga: pengertian empati menurut para ahli)

  1. Menjaga Keobjektifan

Keobjektifan juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Sikap netral pada saat mendengarkan orang lain merupakan bentuk dari pemahaman yang bisa diberikan secara optimal. Kita juga bisa mulai membaca apa saja hal yang menarik dalam menjaga keobjektifan tersebut. Hindari menggunakan sikap yang berpihak atau tidak berpihak (baca juga: pengertian persepsi menurut para ahli). Kita harus bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain, namun demikian tetap menjaga pikiran kita supaya tetap netral. Ini adalah pendekatan sosiokultural dalam psikologi klinis yang juga ada kaitannya dengan pendekatan interpersonal.

Demikian penjelasan terkait beberapa pendekatan sosiokultural dalam psikologi klinis yang tenyata memiiki keuntungan dalam bidang klinis.

You may also like