Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Pendidikan » 8 Contoh Perkembangan dalam Psikologi Pendidikan

8 Contoh Perkembangan dalam Psikologi Pendidikan

by Barzam

Membahas mengenai contoh perkembangan dalam psikologi pendidikan pasti kita langsung terpikir dengan teori perkembangan milik Erik Erikson. Erikson dengan sangat jelas menjabarkan apa saja yang menjadi tugas dari perkembangan di setiap fase usia individu, mulai dari usia bayi hingga lanjut usia.

Jika dikaitkan dengan psikologi pendidikan, maka kita bisa melihat bahwa hal ini juga akan sangat berhubungan dengan proses perkembangan di usia sekolah hingga remaja. Ada banyak sekali tugas perkembangan di rentang usia ini yang harus dilewati. Tentu saja, dengan mengetahui berbagai teori psikologi perkembangan tersebut kita bisa memberikan stimulus-stimulus yang tepat untuk menunjang perkembangan seorang anak. (Baca juga: manfaat mempelajari psikologi pendidikan)

Dalam teorinya, Erikson menyebut bahwa usia sekolah berada pada tahap industry vs inferiority. Sementara itu usia remaja berapa di tahap identity vs role confusion. Keduanya memiliki tugas perkembangan yang saling berkesinambungan. Tercapainya tugas-tugas perkembangan bisa membuat seorang individu menjadi lebih berkualitas dan berkembang dengan baik. Apa saja contoh dari tugas perkembangan di masa-masa sekolah ini?

  1. Mulai Bersosialisasi dengan Lingkungan

Dalam psikologi pendidikan, salah satu perkembangan yang akan muncul adalah mulainya seorang anak usia sekolah untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Sekolah menjadi wadah dimana seorang anak bertemu dengan usia sebayanya. Mereka mulai belajar untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang yang ditemuinya. Di sini, perkembangan individu merupakan gerbang awal untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.

  1. Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan

Seorang anak usia sekolah yang mulai mengenal lingkungannya akan mulai beradaptasi. Tugas perkembangan ini akan tercapai terutama bila ada motivasi dan dukungan yang kuat dari diri anak tersebut baik secara internal maupun eksternal. Kemampuan ini akan memberikan manfaat yang sangat baik terutama untuk mencapai pemenuhan kebutuhan diri untuk bersosialisasi. Gagalnya proses penyesuaian diri ini bisa menjadikan perkembangan seorang anak mungkin kurang bagus dalam proses pendirikan.

  1. Melakukan Hal-hal Kecil Secara Mandiri

Tugas perkembangan lain yang juga terjadi pada anak usia sekolah di awal adalah kemampuan untuk melakukan hal-hal kecil secara mandiri. Seorang anak akan mulai belajar untuk mengenakan pakaiannya sendiri, makan sendiri dan memakai sepatu sendiri. Dalam konsep psikologi pendidikan, ini menunjukkan kesiapan anak untuk melakukan tugas perkembangan selanjutnya. Indikator awal dari keberhasilan pencapaian tugas perkembangan sebelumnya akan ditunjukkan melalui transisi yang ada dalam perkembangan psikologi anak di awal-awal usia sekolah.

  1. Membuat Kelompok dan Berorganisasi

Anak usia sekolah juga akan mulai membuat kelompok dan berorganisasi. Mereka akan membuat peer group berupa teman sebayanya untuk melakukan keterampilan-keterampilan tertentu. Tugas perkembangan ini akan berkembang menjadi lebih kompleks lagi, dimana proses sosialisasi juga berkembang di dalamnya. Tercapainya tugas perkembangan ini akan membuat seorang anak menjadi lebih percaya diri untuk meneruskan fase perkembangan di tahap usia selanjutnya. Ada peran guru dalam psikologi perkembangan saat anak-anak ini berada di sekolah.

  1. Mencapai Peran Sosial

Karena anak sudah mulai bersosialisasi dan membuat kelompok hingga berorganisasi, maka peran sosial juga akan berkembang di sini. Seorang anak usia sekolah mampu mencapai peran sosial yang dimiliki dan menempatkan dirinya di lingkungan sosialnya. Ini adalah bentuk dari perkembangan normal yang biasanya harus ada selama proses pendidikan. Seorang anak yang cenderung mengisolasi diri dari pergaulan ada baiknya didekati supaya kita bisa tahu apa yang menjadi permasalahan anak tersebut. Harapannya, tugas perkembangan tidak terlambat dan dia bisa menjadi pribadi yang memang baik.

  1. Mulai Berpikir tentang Emosi Diri Sendiri

Memasuki usia remaja, Erikson menjelaskan bahwa di tahap ini perkembangan akan mulai berfokus pada emosi diri sendiri. Proses pencarian jati diri dimulai untuk mengetahui karakter pribadi yang dimiliki oleh seorang remaja. Remaja juga biasanya mulai membicarakan lebih banyak tentang dirinya. Karakternya terkesan egosentris, namun ini merupakan perkembangan yang normal.

Tak jarang bila kemudian sering timbul konflik antara remaja dengan orang tuanya karena biasanya mereka ingin lebih dimengerti. Pada tahap ini, dalam proses pendidikan seorang remaja juga semakin matang dalam mengembangkan minat dan bakatnya. Mereka pada umumnya akan menaruh perhatian lebih banyak terhadap hal-hal yang memang mereka sukai. Tidak heran bila psikologi konseling biasanya dibutuhkan di sini.

  1. Mengembangkan Keterampilan Intelektual

Berkembangnya minat dan bakat akan diiringi dengan keterampilan intelektual yang juga meningkat. Ini akan menjadi sebuah indikator yang baik, terutama dalam proses pendidikan. Remaja akan mengembangkan kemampuan kognitifnya untuk mulai berpikir bermacam-macam.

Penerimaan proses pembelajaran akan sangat efektif terutama bila didukung dengan minat atau bakat yang dimiliki oleh seorang remaja. Mereka juga pada umumnya akan memiliki respon yang cenderung belum bisa memberikan keputusan. Tugas perkembangan yang terlaksana dengan baik di tahap ini bisa menghasilkan kualitas individu yang baik pula.

  1. Memperoleh Sistem Nilai dan Etika sebagai Pedoman Berperilaku

Dalam psikologi pendidikan, tahap perkembangan usia remaja juga merupakan tahap dimana dia bisa mendapatkan sistem nilai dan etika. Ini akan menjadi pedoman dalam berperilaku. Remaja yang biasanya memiliki sistem dukungan yang baik, bisa menerima nilai dan etika ini dengan baik.

Sebaliknya, keterlambatan tugas perkembangan di fase sebelumnya bisa saja mempengaruhi penerimaan remaja terhadap sistem nilai dan etika. Kita mungkin akan sering melihat remaja dengan sifat yang bertingkah laku tanpa memperhatikan tanggung jawab. Mereka berpikir atas kesenangan diri sendiri tanpa memikirkan dampak atau kerugian akibat tindakan tersebut. Contoh perkembangan dalam psikologi pendidikan ini pasti sudah sangat familiar kita lihat.

Demikian penjelasan terkait apa saja contoh perkembangan dalam psikologi pendidikan yang memberikan dampak positif terhadap kemajuan pendidikan indonesia.

You may also like