Masih membahas seputar psikologi ni sobat. Seperti yang sudah penulis jelaskan dalam artikel sebelumnya, bahwasanya psikologi itu cakupannya sangatlah kompleks dan sangat luas ya sobat, karena ilmu pengetahuan yang satu ini mencakup semua aspek dalam kehidupan manusia. Baca juga mengenai konsep ontologi dalam psikologi islam.
Nah sobat semua, dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas dari salah satu aspek tersebut, yaitu mengenai psikologi ekstensial. Apakah sobat smeua sebelumnya pernah mendengar atau mengetahui apa sebenarnya psikologi ekstensial ini?
Jika belum pernah atau bagi sobat yang menambah informasi atau wawasan mengenai psikologi ekstensial ini, penulis akan mengulasnya lebih detai untuk anda semua ya sobat. Untuk itu mari kita simak ulasan berikut ini dengan seksama.
Konsep Psikologi Eksistensial
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, psikologi merupakan satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tenang perkembangan sikap atau perilaku setiap individu dalam kehidupan sosial atau kehidupan bermasyarakat dan interaksi antara satu individu dengan individu yang lainnya. Baca juga mengenai konsep model biopsikososial dalam psikologi kesehatan.
Tentunya hal seperti ini sudah sering anda lakukan dalam kehidupan sehari – hari anda ya sobat, baik itu anda sebagi ojek penelitian maupun anda sebagai yang meneliti, hal tersebut sudah lumrah terjadi dalam kehidupan sehari – hari, baik kita sadari maupun tidak kita sadari.
Adapun pengertian psikologi ekstensial yaitu sebuah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha perilaku manusia untuk memahami manusia dengan mengatasi jurang pemisah diantara subjek maupun objeknya. Psikologi ekstensial atau sekarang berkembang dengan nama psikologi humanistic atau psikologi holistic berawal dari kajian filsafat yang diawali dari Sorean Kierkigard tentang ekstensi manusia.
Sebelum psikologi modern membuka dirinya pada pemikiran ( school of thought ), berbasis emosi dan spiritual yang transeden, psikologi terlebih dahulu dipengaruhi oleh ide – ide humanistik, terdpat sebuah gerkaan yang disebut dengan gerakan eksistensialisme. Adapun dalil utama dari eksistenialisme ini adalah keberadaan ( existence ) individual manusia yang dialami secara subjektif.
Istilah eksistendi ini berasal dari kata ex-sistere, yang secara literal bergerak atau tumbuh keluar. Dengan adanya isitlah ini, dikatakan bahwa eksitensi manusia seharunya dipahami sebagai kumpulan substansi – substansi , mekanisme – mekanisme, melainkan sebagai “ gerak “ atau “ menjadi “ sebagai sesuatu yang “ mengada” .
Atau dengan kata lain psikologi eksistensi ini merupakan sebuah aliran filsafat yang berusaha memahami kondidi manusia sebagaimana memanifestasikan dirinya di dalma situasi – situasi kongkret. Kondisi manusia yang dimaksud bukanlah hanya berupa ciri – ciri fisiknya misalnya ( tubuh dan tempat tinggalnya ), tetapi juga semua moment yang ada atau yang ahdir apda saat itu mislanya ( perasan senang, perasaan cemas, kegelapan ) dan lain sebagainya yang menyangkut objek dan subjek tersebut.
Psikologi ekstensial berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam semesta, yang mencakup : kemampuan kesadaran diri, kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib hidunya sendiri, tanggung jawab pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin, usaha dalam menenukan makna kehidupan manusia, keberadaan dalam komunikasi dengan manusia yang lain, kematian, serta kecenderungan dasar untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin. Baca juga mengenai implementasi konsep dasar psikologi sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Di dalam menjalankan fungsinya, psikologi eksistensi ini tentunya tidak lepas dari konsep yang sudah menyatu dengan psikologi eksistensi itu sendiri. Adaun konsep psikologi eksistensi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Mengada – dalam – dunia ( Being in the – Word )
Kesatuan dasar pribadi dan lingkungan ini diungkapkn dengan istilah dalam bahasa Jerman Dasein, yang mana arti hafiahnya berasal dari bahasa Jerman tersebut. Dengan demikian, Dasein ini dapat diartikan eksis di dunia dan pada umumnya ditulis dalam frasa mengada – dalam – dunia ( Being in the – Word ). Adapun tanda garis penghubung dalam istilah ini menunjukkan kemenyatuan objek dan subjek pribadi dan dunia.
Perasaan terisolasi dan keteransingan diri dari dunia ini, tidak hanya diderita oleh individu yang terganggu secara patologis, tetapi juga oleh banyak indvidu di tenagh masyarakat di wilayah yang sudah modern. Alienasi meruapkan sebuha masalah pada saat sekarang ini, dan hal tersebut termanifestasikan dalam tiga hal, yaitu sebagai berikut :
- Keterpisahan dari alam.
- Kekurangan hubungan antar pribadi yang bermakna, dan.
- Keterasingan dari diri yang autentik.
Dari ketiga point diatas, maka dapat diambil kesimpulan, bahwasanya manusia sebenarnya mengalami tiga mode yaitu mengada – dalam – dunia sekaligus , yaitu : Umwelt atau lingkungan disekitar kita, Minwelt atau hubungan kita dengan orang lain serta Eigenwelt atau hubungan kita dengan diri sendiri.
Oleh karena itu, pribadi yang sangat sehat hidup dalam Umwelt, MInwelt dan Eigenwelt sekaligus. Nah untuk sobat semua apakah anda juga hidup dala kegiga hal tersebut sobat? Baca juga mengenai konsep-dasar psikologi dalam memandang perilaku bermasalah.
2. Ketidak mengadaan ( Nonbeing )
Mengada – dalam – dunia ( Being in the – word ) mensyaratkan kesadaran diri sebagai makhluk yang hidup dan eksis. Namun kesadaran ini pda gilirannya juga dapat membawa manusia pada kesadaran akan sesuatu yang menakutkan, seperti : ketidak mengadaan ( nonbeing) , atau ketiadaan ( nothingness). Kematian bukan hanya jalan bagi ketidak mengadaan namun juga sebagai jalan untuk yang lebih jelas.
Rasa takut pada kematian atau ketidak mengadaan sering kali mendorong kita untuk hidup secara defensif dan menerima sedikit dari kehidupan ketimbang jika kita mengonfortasikan diri dengan masalah ketidak mengadan kita.
Kita mungkin saja akna menghindari ketidak mengadaan yang sangat menakutkan dan memadamkan kesadaran diri tersebut ataupun dengan menyangkali individualis kita, namun pilihan – pilihan seperti itu hanya akan menyisakan rasa putus aa dan kehampaan yang semakin menjadi dalam batin kita. Baca juga mengenai konsep perkembangan dalam konstelasi psikologi dan pendidikan.
Dengan demikian, alternative yang perlu kita lakukan untuk menghindari ketidak beradaan ini adalah dengan menghadapi ketidak mengadaan tersebut dan menyadari bahwasanya ketidak mengadaan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kemengadaan.
Sekian informasi yang penulis share pada kesematan kali ini ya sobat mengenai konsep psikologi eksistensial. Semoga infomasi ini bermanfaat bagi sobat semua dan bisa menambah wawasan anda tentunya. Sampai jumpa sobat, salam psikologi eksitensi.