Gangguan psikotik akut merupakan gangguan psikologis yang ditandai dengan ketidakmampuan individu memberi penilaian pada kenyataan sehingga menunjukkan perilaku yang kacau atau aneh dalam waktu kurang dari satu bulan tanpa ada gangguan mood, gangguan terkait penggunaan zat, atau karena kondisi medis umum.
Gangguan psikotik ini memiliki dua jenis gejala, yakni dengan gejala skizofrenik yang khas dan dengan gejala polimorfik. Gejala polimorfik adalah gejala yang berisi beraneka ragam bentuknya dan dapat berubah dengan cepat. Misalnya, waham, halusinasi, dan gejala emosi yang bervariasi dan berubah-ubah dari jam ke jam atau dari hari ke hari.
Berikut adalah penjelasan mengenai gejala, diagnosis, dan cara mengobati gangguan psikotik polimorfik akut.
Gejala Gangguan Psikotik Polimorfik Akut
Berdasarkan DSM – V, terdapat beberapa gejala yang dialami oleh individu dengan gangguan psikotik, di antaranya yaitu:
- Delusi, yakni keyakinan kuat yang tidak masuk akal dan tidak dapat dimengerti. Misalnya, merasa akan disakiti, merasa segala hal berhubungan dengannya, merasa memiliki kemampuan luar biasa, dan sebagainya.
- Halusinasi, yakni persepsi tanpa stimulus jelas dan tidak dapat dikendalikan. Biasanya berupa suara-suara yang terdengar, tetapi sebenarnya tidak ada suara sama sekali.
- Bicara tidak teratur (contoh: sering salah ucap atau tidak koheren)
- Perilaku yang sangat tidak teratur atau katatonik
- Durasi dari episode mengalami gangguan setidaknya 1 hari dalam jangka waktu kurang dari 1 bulan dan akhirnya kembali sepenuhnya ke tingkat fungsi premorbid.
- Gangguan tidak dapat dijelaskan dari gangguan depresi mayor, gangguan bipolar dengan fitur psikotik atau juga gangguan psikotik lainnya seperti skizofrenia atau katatonia, serta tidak disebabkan oleh efek fisiologis karena penggunaan zat (misal: penyalahgunaan obat-obatan) atau kondisi medis lainnya.
Untuk gangguan psikotik polimorfik akut, dibagi lagi menjadi dua jenis, yakni tanpa gejala skizofrenia dan dengan gejala skizofrenia.
- Tanpa gejala
- Onset harus akut (dari suatu keaadan nonpsikotik sampai keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang)
- Harus ada beberapa jenis halusinasi dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam satu hari sama
- Harus ada keadaan emosi yang beragam
- Gejala-gejala di atas tidak memenuhi kriteria skizofrenia, episode manik, atau episode depresif
- Dengan gejala
- Memenuhi kriteria pertama sampai ketiga dari gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia
- Disertai gejala yang memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia dah harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis psikotik secara jelas
- Apabila gejala skizofrenia menetap lebih dari satu bulan, maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia
Apabila seseorang memiliki gejala-gejala di atas, coba anjurkan orang tersebut atau keluarganya untuk mendatangi psikolog atau psikiater untuk mendapatkan diagnosis lebih lanjut agar dapat dipastikan apakah gangguan yang dimiliki adalah gangguan psikotik atau bukan.
Diagnosis Gangguan Psikotik Polimorfik Akut
Dalam proses diagnosis gangguan psikotik, psikolog atau psikiater akan melakukan tanya jawab dengan pasien langsung (autoanamnesis) atau dengan orang-orang terdekat pasien yang membawanya untuk mendapatkan perawatan (alloanamnesis).
Pertanyaan yang diberikan, yakni seputar gejala-gejala yang dialami, riwayat kesehatan pasien maupun keluarga pasien, khususnya terkait riwayat kesehatan jiwa. Tidak hanya itu, sifat, karakter, dan kepribadian pasien bahkan sejak kecil juga akan ditelusuri, termasuk bagaimana cara pasien dalam proses penyelesaian masalah.
Selain wawancara, klinisi yang menangani juga dapat dengan penggunaan observasi psikologi untuk melihat profil pasien secara fisik. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengetahui penyebab munculnya gangguan apakah dari penyakit atau adanya kekerasan fisik.
Terdapat pula beberapa pemeriksaan penunjang agar dapat melihat ada atau tidaknya penyakit lain yang bisa jadi menjadi penyebab munculnya gejala-gejala, yaitu :
- Pertama, tes darah untuk mengetahui ada atau tidaknya penggunaan alkohol atau narkoba yang menyebabkan gangguan.
- Kedua, pemindaian dengan foto rontgen, CT scan, atau MRI untuk melihat kemungkinan adanya penyakit di otak pasien.
Pengobatan Gangguan Psikotik Polimorfik Akut
Pada seorang pasien psikotik polimorfik yang sudah akut, perlu perawatan singkat di rumah sakit untuk proses pemeriksaan dan perlindungan pasien. Hal ini dikarenakan pemeriksaan tersebut memerlukan monitoring yang ketat terkait gejala serta pemeriksaan tingkat bahaya pasien terhadap dirinya sendiri dan orang lain sehingga termasuk memberi perlindungan pula.
Di sisi lain, lingkungan rumah sakit yang cenderung tenang dan terstruktur akan mampu membantu pasien untuk mendapatkan kembali rasa kesadaran akan realitas. Tidak hanya itu, bertahan di rumah sakit juga memberi waktu untuk klinisi menunggu lingkungan dan obat menunjukkan reaksinya pada pasien, baik itu peningkatan atau penurunan kondisi, serta melakukan monitoring yang mungkin diperlukan.
Terdapat beberapa cara pengobatan yang dapat diberikan pada pasien gangguan psikotik polimorfik akut, yakni sebagai berikut:
- Farmakoterapi
Istilah farmakoterapi digunakan untuk menyebut proses terapi yang menggunakan bantuan obat-obatan. Pada pasien psikotik, dua golongan obat utama yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan adalah obat-obat antipsikotik dan ansiolitik. Akan tetapi, obat-obatan tersebut tidak dapat digunakan untuk jangka panjang, paling lama hanya dua sampai tiga minggu.
- Psikoterapi
Berbeda dengan farmakoterapi yang menggunakan obat-obatan, pendekatan psikoterapi tidak menggunakan obat dan berfokus pada bantuan terapis untuk mengatasi kondisi pikiran, emosi, maupun tingkah laku pasien yang mengalami gangguan.
Psikoterapi ini cenderung lebih utama dibanding farmakoterapi sebab obat-obatan biasanya digunakan untuk mengendalikan situasi jangka pendek saja, sedangkan psikoterapi dapat digunakan dalam jangka panjang jika perlu. Terdapat tiga macam psikoterapi yang dapat dilakukan, yakni hanya pasien itu sendiri, keluarga pasien, serta kelompok.
Hal ini dikarenakan bagian yang paling sulit dalam proses terapi adalah untuk mengintegrasikan psikologis dari pengalaman ke dalam kehidupan pasien dan keluarganya. Keterlibatan keluarga dalam proses pengobatan juga berpengaruh terhadap keberhasilan proses terapi.
Dalam psikoterapi, eksplorasi dan pengembangan strategi koping yang sesuai adalah poin yang paling utama. Setiap strategi dalam proses pengobatan tersebut harus berdasar pada peningkatan keterampilan pasien dalam menyelesaikan masalah dan memperkuat struktur ego sehingga psikoterapi ini dapat berjalan dengan efektif.