Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Klinis » 5 Gangguan Psikis Disfungsi Ereksi dan Cara Mengatasinya

5 Gangguan Psikis Disfungsi Ereksi dan Cara Mengatasinya

by Gendis Hanum Gumintang

Penyakit disfungsi ereksi merupakan salah satu masalah pada organ reproduksi yang cukup umum dialami oleh pria. Penyakit tersebut sering kali dianggap sebagai penyakit yang tabu sebab secara psikologis berkaitan dengan harga diri atau kepercayaan diri seseorang. Hal tersebut menyebabkan banyak pria yang mengalami disfungsi ereksi ragu untuk menyampaikan kondisinya pada pasangan atau berkonsultasi kepada dokter.

Pada kenyataannya penyakit disfungsi ereksi penting untuk diperhatikan bagi orang yang mengalaminya, bahkan bagi orang yang tidak mengalaminya, sehingga dapat mencegah agar tidak terjadi serta mengetahui cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut. 

Ereksi merupakan kondisi yang terjadi ketika jumlah aliran darah yang bergerak ke area penis meningkat karena terjadi pelebaran pembuluh darah penis, sehingga penis terisi oleh darah dan membesar. Kemudian, disfungsi ereksi atau dapat disebut juga dengan impotensi dapat didefinisikan sebagai kondisi ketika penis tidak dapat merasakan ereksi atau mempertahankan ereksi walau terdapat rangsangan secara seksual. 

Disfungsi ereksi merupakan salah satu gangguan seksual dalam psikologi. Umumnya, pria dengan disfungsi ereksi akan mengalami sulit mendapatkan fase ereksi, kesulitan mempertahankan ereksi, dan penurunan gairah seksual. Pada dasarnya, penyakit ini tidak berbahanya, tetapi bisa saja mengganggu penderita serta pasangannya.

Pada artikel ini, penyebab disfungsi ereksi akan lebih berfokus pada penyebab secara psikologis, yaitu sebagai berikut:

1. Stres

Dalam kehidupan sehari-hari, stres merupakan kondisi yang wajar dialami oleh setiap orang. Stres biasanya cenderung lebih mudah untuk diatasi sesuai dengan cara penyesuaian diri masing-masing orang, dibanding dengan gangguan psikologis, seperti kecemasan atau depresi. 

Akan tetapi, stres yang terjadi terus menerus atau stres kronis dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia. Hal inilah yang menyebabkan pria dengan kondisi stres mungkin akan mengalami disfungsi ereksi karena kondisi fisiknya sedang tidak optimal akibat rasa stres.

2. Kecemasan

Kecemasan dapat diartikan sebagai kondisi di mana individu memiliki asumsi-asumsi negatif terhadap sesuatu yang dapat terjadi kepadanya di masa depan, meski asumsi tersebut belum tentu akan menjadi kenyataan. Apabila asumsi-asumsi itu terus dipikirkan, kemungkinan gairah seksual pada pria akan menurun dan mengakibatkan terjadinya disfungsi ereksi.

Biasanya, gangguan kecemasan pada pria yang menyebabkan disfungsi ereksi adalah ketika muncul kekhawatiran terhadap hubungan seksualnya nanti. Misal, terlalu memikirkan posisi yang paling ideal, khawatir tidak dapat menguasai pasangan, khawatir pasangan tidak merasa bahagia atau puas, dan kekhawatiran lainnya yang dipikirkan secara terus menerus.

3. Depresi

Depresi merupakan kondisi di mana terdapat perasaan dan pikiran buruk terhadap diri sendiri dan lingkungan yang dipengaruhi pula oleh tidak seimbangnya zat kimiawi dalam otak. Sering kali orang yang depresi terlihat selalu dalam suasana hati yang buruk, selalu merasa sedih, tidak memiliki minat atau gairah, bahkan dapat muncul pikiran untuk mengakhiri hidup.

Terdapat perbedaan stres dan depresi yang perlu dipahami terlebih dahulu. Pria yang sedang mengalami depresi juga dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi ketika sedang berhubungan seksual. Hal ini dikarenakan sesuai dengan kondisi orang yang depresi, sebenarnya tidak ada gairah yang dirasakan sebab tidak adanya semangat dalam melakukan aktivitas apa pun.

4. Widower Syndrome

Widower syndrome merupakan fenomena ketika seseorang kehilangan pasangannya dan dapat meningkatkan risiko untuk pasangan yang masih hidup pun ikut meninggal dunia. Perasaan yang dirasakan adalah sedih, kesepian, atau depresi karena ditinggal pasangan untuk selamanya.

Ketika pria masih dalam kondisi tersebut. Mungkin akan sulit baginya menjalin hubungan baru, termasuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan. Oleh sebab itu, widower syndrome dapat menjadi salah satu faktor pria mengalami disfungsi ereksi.

5. Masalah Hubungan

Permasalahan atau konflik yang terjadi dengan pasangan akibat komunikasi yang buruk atau pertengkaran dapat mempengaruhi hasrat dan fungsi seksual pria. Terlebih jika masalahnya terus berlarut-larut dan tidak diselesaikan, performa ketika melakukan hubungan seksual dapat menurun, termasuk terjadinya disfungsi ereksi.

Cara Mengatasi Disfungsi Ereksi

Untuk dapat mengobati disfungsi ereksi, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Pengobatan

Obat-obatan diberikan agar aliran darah ke penis dapat meningkat, sehingga merangsang terjadinya ereksi. Beberapa obat yang dapat digunakan di bawah pengawasan docker, yaitu sildenafil (viagra), tadalafil (cialis), avanafil (stendra), dan vardenafil (levitra atau staxyn). Selain obat minum, terdapat pula obat suntik, seperti alprostadil, phentolamine, dan papaverine.

2. Terapi Hormon

Disfungsi ereksi dapat terjadi karena kurangnya kandungan hormon testosteron pada tubuh. Oleh sebab itu, terapi hormon dengan cara menyuntikan hormon testosteron agar hormon tersebut dapat meningkat menjadi salah satu cara untuk mengobati disfungsi ereksi.

3. Alat Vakum

Penggunaan alat vakum khusus juga dapat membantu menstimulasi ereksi. Caranya adalah dengan menarik darah agar masuk ke area penis, sehingga aliran darah di daerah penis menjadi lebih lancar. Dengan begitu, penis dapat lebih mempertahankan ereksinya.

4. Pijat prostat

Tidak jarang pijat prostat dikombinasikan dengan terapi lain yang dapat mengatasi disfungsi ereksi. Pijat prostat dilakukan oleh terapis di daerah sekitar lipat paha, sehingga dapat membantu melancarkan aliran darah ke penis.

5. Terapi Konseling Psikologis

Tidak hanya mengobati secara medis, penanganan secara psikologis juga diperlukan, salah satunya dengan terapi psikologi individual atau konseling. Apabila ditemukan terdapat masalah kejiwaan, seperti stres, cemas, depresi, atau bahkan PTSD, penting bagi pasien untuk juga berkonsultasi pada psikolog atau psikiater untuk menyelesaikan masalah dari sisi psikologisnya.

6. Aktivitas Aerobik

Terdapat studi yang mengatakan bahwa aktivitas aerobik dengan intensitas sedang hingga berat mampu memperbaiki disfungsi ereksi. Dengan melakukan olahraga aerobik, tubuh menjadi lebih sehat, sehingga masalah-masalah fisik yang menyebabkan disfungsi ereksi akan berkurang dan membantu penyembuhan disfungsi ereksi. 

7. Tindakan Operasi

Pada kondisi tertentu, seperti gangguan pembuluh darah di penis, gangguan prostat, atau kelainan bentuk penis menyebabkan perlunya tindakan operasi. Selain itu pemasangan implan penis juga dapat dilakukan sebagai jalan terakhir jika seluruh cara lain sudah dilakukan.

Salah satu akibat dari disfungsi ereksi adalah kurangnya rasa kepuasan pasangan dalam melakukan hubungan seksual. Dampak lebih buruknya lagi adalah mempengaruhi hubungan suami istri karena tidak dapat mencapai kepuasan sesuai dengan harapan pasangan.

Secara umum, penyebab disfungsi ereksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu organik (non-psikologis) dan psikologis. Akan tetapi, berbagai penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sebanyak lebih dari 80% kasus disfungsi ereksi disebabkan oleh faktor organik, seperti penyakit pembuluh darah, gangguan saraf, gangguan hormon, atau penggunaan obat-obatan.

You may also like