Saat ini, banyak orang yang semakin memperhatikan kesehatan mental setelah mengetahui pentingnya kesehatan mental tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada orang lain. Perhatian pada orang yang memiliki gangguan psikologis juga semakin meningkat. Banyak orang mulai menyadari bahwa gangguan psikologis tidak bisa diabaikan dan perlu adanya bantuan untuk menyembuhkannya.
Salah satu penyakit psikologis yang dapat terjadi pada siapa saja adalah halusinasi. Biasanya orang yang memiliki penyakit ini akan menunjukkan bahwa ia melihat, mendengar, mencium, merasa, atau mendapat sentuhan yang pada kenyataannya, orang yang normal tidak menyadari hal yang sama sebab memang tidak ada. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai penyakit psikologis halusinasi.
Penegertiaan psikologis halusinasi
Halusinasi dapat diartikan sebagai sensasi yang dibuat oleh pikiran seseorang meski tidak ada sumber yang nyata. Secara lebih spesifik, halusinasi merupakan gangguan pada kemampuan persepsi yang berkaitan dengan panca indra, sehingga membuat seseorang melihat, mendengar, mencium, mengecap, atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Selain halusinasi, mungkin istilah delusi juga cukup sering terdengar. Gangguan delusi juga dapat terjadi pada orang yang mengalami halusinasi. Namun, perbedaannya adalah delusi merupakan gangguan mental yang membuat seseorang meyakini sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, misalnya seseorang merasa yakin ada orang lain yang membenci mereka dan akan menyakitinya. Di sisi lain, terdapat pula perbedaan halusinasi dan ilusi serta cara penanganannya.
Jenis psikologis halusinasi
Halusinasi dapat dibagi menjadi 5 jenis, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan sentuhan. Kelima jenis ini juga merupakan gejala dan macam-macam halusinasi, yakni sebagai berikut:
1. Halusinasi Penglihatan (Visual)
Halusinasi penglihatan menyebabkan seseorang seolah-olah melihat suatu hal yang pada kenyataannya tidak ada. Bentuk dari halusinasi ini, misalnya seperti objek, pola visual, manusia, atau cahaya. Salah satu contohnya, seperti seseorang melihat ada orang lain di satu ruangan yang sama, padahal jelas-jelas ia sendirian.
2. Halusinasi Pendengaran (Audio)
Halusinasi pendengaran adalah kondisi di mana seseorang mendengar suara-suara tertentu, tetapi suara tersebut tidak didengar oleh orang lain. Suara yang dimaksud, misalnya perintah, percakapan, alunan musik, atau langkah kaki. Biasanya penderita skizofrenia, gangguan bipolar, atau demensia akan mengalami gejala seperti kondisi ini.
3. Halusinasi Penciuman (Olfaktorik)
Halusinasi penciuman melibatkan hidung atau indra penciuman. Seseorang yang mengalami kondisi ini dapat mencium aroma wangi atau bau yang tidak sedap meski sebenarnya tidak ada aroma atau bau apa-apa. Misal, ketika seseorang mencium bau busuk dari tubuhnya, padahal tubuhnya baik-baik saja.
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Halusinasi pengecapan berkaitan dengan indra perasa yang mengakibatkan seseorang dengan kondisi ini merasa bahwa sesuatu yang ia makan atau minum memiliki rasa yang aneh, seperti mengandung rasa logam atau terlalu pahit. Halusinasi ini adalah gejala yang cukup sering terjadi pada orang dengan kondisi epilepsi.
5. Halusinasi Sentuhan (Taktil)
Terakhir, halusinasi sentuhan melibatkan kontak fisik atau gerakan pada area tubuh, seperti ada yang memegang atau menggelitik. Selain itu, kondisi ini juga mungkin terjadi ketika seseorang merasa ada serangga yang merayap di kulit atau terdapat api yang membakar wajahnya. Kondisi-kondisi tersebut tentu tidak nyata adanya, tetapi penderita halusinasi merasa apa yang ia rasakan benar terjadi.
Penyebab Halusinasi
Halusinasi bukanlah penyakit yang muncul begitu saja, melainkan terdapat beberapa faktor penyebab, yakni secara psikologis, fisik, maupun faktor lain, yakni sebagai berikut:
1. Psikologis
Pada umumnya seseorang memiliki halusinasi karena kondisi gangguan mental yang dialaminya, seperti skizofrenia, psikosis, depresi dengan gangguan psikotik, gangguan bipolar, borderline personality disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang, post-traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma, serta delirium atau demensia.
2. Fisik
Seseorang dapat mengalami halusinasi karena penyakit yang terjadi pada tubuhnya. Beberapa penyakit tersebut, yaitu: demam tinggi (khususnya pada anak-anak dan lansia), penyakit parkinson, penyakit alzheimer, tumor otak, gangguan mata, gangguan telinga, epilepsi, stroke, sindrom Charles Bonnet, atau migrain.
3. Lainnya
Kemudian, terdapat pula faktor lain yang menyebabkan seseorang mengalami halusinasi, yaitu kecanduan konsumsi minuman beralkohol, penyalahgunaan NAPZA, cedera pada bagian kepala yang mempengaruhi otak atau alat indra, serta gangguan tidur.
Diagnosis da pegobatan Halusinasi
Untuk dapat mengetahui apakah seseorang benar-benar mengalami halusinasi atau tidak, perlu ditegakkan diagnosis terlebih dahulu. Biasanya dokter akan mengajukan pertanyaan terkait riwayat kesehatan, pola hidup, maupun pengobatan yang pernah dilakukan. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik menyeluruh.
Dokter juga sering kali melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui penyebab halusinasi, misalnya dengan tes darah dan urine untuk mendeteksi infeksi atau penggunaan alkohol dan NAPZA, EEG (elektroencefalogram) untuk memeriksa aktivitas listrik pada otak terkait epilepsi, serta pemindaian CT scan dan MRI untuk mendeteksi stroke atau kemungkinan cedera dan tumor pada otak.
Setelah mendapat diagnosis halusinasi, apabila penyebabnya adalah gangguan mental, biasanya dokter atau psikiater akan memberi resep obat. Selain itu, khusus pada penderita halusinasi terkait gangguan mental, psikiater juga akan menyarankan pengobatan berupa terapi, seperti terapi perilaku kognitif untuk membantu klien menghadapi rasa takut atau paranoid. Terdapat pula cara mengatasi halusinasi yang berlebihan secara efektif yang bisa dicoba.
Cara Mencegah Halusinasi
Gangguan psikologis halusinasi tidak muncul begitu saja. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, terdapat berbagai penyebab dari gangguan ini. Oleh sebab itu, bagi orang yang tidak memiliki halusinasi, sebaiknya juga berusaha untuk mencegah munculnya gangguan psikologis ini. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah halusinasi, yaitu
- Mengelola stres dengan baik atau menggunakan coping stress yang adaptif. Salah satu caranya adalah dengan melakukan teknik relaksasi.
- Tidak menggunakan NAPZA.
- Tidak mengonsumsi atau mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
- Tidur yang berkualitas dan makan makanan yang bergizi.