Kurikulum merupakan sebuah rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan penting dalam segala bentuk kegiatan pengajaran. Karena pentingnya kurikulum pada keberlangsungan kegiatan pengajaran, maka penyusunan kurikulum ini harus memiliki pondasi yang kokoh dan kuat. Dengan memiliki landasan kuat, maka diharapkan bahwa generasi manusia terdidik sesuai dengan hakikat kemanusiaan.
Metode psikologi pendidikan yang tepat untuk menyusun kurikulum tersebut bukan hanya harus dipahami oleh penyusun kurikulum di tingkat pusat, tetapi juga hars dijadikan suatu acuan oleh para pengembang kurikulum seperti guru, kepala sekolah, pengawas pendidikan dan pihak-pihak yang terkait. Salah satu landasan yang tepat tersebut adalah psikologi khususnya psikologi pendidikan. Landasan psikologi manajemen kurikulum harus memperhatikan aspek peserta didik sehingga tujuan dari pelaksaan kurikulum dapat tercapai dengan baik. Landasan ini terdiri dari cara belajar siswa, faktor yang menghambat proses belajar siswa, landasan berpikir proses belajar dan perkembangan-perkembangan peserta didik. Berikut adalah beberapa fungsi psikologi dalam manajemen kurikulum antara lain:
Dengan adanya psikologi dalam manajemen kurikulum, tujuan pembelajaran bisa fokus pada perubahan perilaku yang dilakukan siswa menuju ke arah lebih baik setelah melaksanakan proses pembelajaran tersebut. Termasuk juga psikologi pendidikan yang dapat membantu pengajar untuk menentukan perubahan perilaku siswa sepeti yang guru inginkan sebagai bagian dari tujuan pembelajaran.
Guru yang menyusn manajemen kurikulum dengan fungsi psikologi dapat membantu menentukan konsep dan strategi yang disesuaikan dengan perkembangan dan karakterisrik peserta didiknya. Seorang guru yang paham akan ilmu psikologi dalam manajemen kurikulum dapat menerapkannya dengan baik agar proses pembelajaran dilakukan secara maksimal.
Dengan psikologi dalam manajemen kurikulum, maka guru akan senantiasa memberikan bantuan psikologis yang tepat untuk peserta didik mereka. Selain itu, manajemen kurikulum yang disusun dengan fungsi psikologi akan menyediakan bimbingan kepada anak didik mereka, terutama saat muridnya mengalami permasalahan akademik. Dengan tersedianya bimbingan dan konseling tersebut, maka guru dan siswa mendapatkan pendekatan secara emosional sehingga proses pembelajaran bisa berjalam secara maksimal.
Fungsi psikologi dalam manajemen kurikulum selanjutnya adalah sebagai fasilitator sekaligus motivator bagi peserta didik. Fasilitator artinya potensi bakat dan minat siswa dapat dikembangkan secara maksimal. Sedangkan memotivasi berarti mampu memberi sebuah dorongan untuk melakukan perbuatan yang dapat memaksimalkan keinginan belajar mereka. Tanpa adanya fungsi psikologi dalam membantu mengatur manajemen kurikulum, maka fungsi tersebut tidak akan bisa tercapai.
Iklim belajar memang hanya dapat diciptakan di dalam kelas dengan interkasi secara langsung antara guru dan siswa, namun hal ini dapat diupayakan mulai dari penyusunan manajemen kurikulum yang akan digunakan sebagai acuan pembelajaran dalam kelas. Manajemen kurikulum yang disusun dengan fungsi psikologi akan menyesuaikan bagaiman karakteristik belajar masing-masing siswa, sehingga suasana psikologis dapat tercapai dengan maksimal.
Selain menciptakan suasana yang tepat dalam proses pembelajaran, kurikulum yang disusun dengan fungsi psikologi akan pula mewujudkan interkasi siswa dengan tepat, penuh kehangatan, bijak dan penuh empati terhadap siswa di kelas. Apabila hal ini tercapai, maka proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang kita inginkan.
Dengan manajemen kurikulum yang dilengkapi dengan fungsi psikologi pula, guru diharapkan juga dapat memahami perbedaan siswa dengan baik. Sebab, siswa terlahir dengan membawa kemampuan yang berbeda-beda. Apabila perbedaan siswa ini dapat teratasi, maka suasana yang dihasilkan pun akan lebih baik.
Untuk mencapai proses pembelajara sesuai dengan fungsi psikologi, maka penentuan media pembelajaran juga harus diputuskan dengan tepat.
Karena hal ini juga menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran yang diharapkan, seperti medio audio-visual, buku pelajaran, benda atau alat pengajar sehingga mampu memberikan penjelasan yang lebih baik kepada siswa.
Manajeman kurikulum dengan fungsi psikologi akan memperhatikan pula jadwal pelajaran yang akan dilaksanakan oleh peserta didik. Jadwal pelajaran tersebut harus disesuaikan dengan kondisi psikologis siswa, misalnya saja pelajaran matematika yang harus dijadwalkan pada awal jam, sebab pada saat itu siswa masih dalam keadaan otak yang segar.
Setelah kita mencapai proses belajar yang kondusif, maka tugas guru selanjutnya adalah memberikan penilaian hasil belajar. Dengan manajemen kurikulum menggunakan fungsi psikologi, guru harus mampu adil-seadilnya dalam memberikan penilaian terhadap hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa sesuai dengan teknis dan prinsip penilaian.
Dengan mengetahui hasil belajar yang telah dicapai siswa, maka guru dengan fungsi psikologi dalam menyusun manajemen kurikulum juga harus mampu mengevaluasi hasil belajar yang dicapai siswa, terutama saat siswa sedang mengalami penurunan nilai akademis, maka seorang guru harus memberikan saran-saran atau mungkin pemecahan masalah yang sedang dialami oleh siswa.
Ilmu Psikologi yang Berkaitan dengan Manajemen Kurikulum
Terdapat dua jenis ilmu psikologi yang berkaitan erat dengan perencaan manajemen kurikulum, yaitu teori psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
Artinya anak sejak lahir memiliki potensi dengan fungsi tertentu seperti macam-macam kecerdasan manusia, daya mengingat, daya berpikir, daya mencurahkan pendapat, daya pengamat, daya memecahkan masalah dan sebagainya.
Behaviorime menganggap bahwa perkembangan individu tidak muncul dari sisi mental, namun dipengaruhi oleh lingkungan seperti keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat dimana hal tersebut adalah nyata dan dapat diamati.
Manusia dianggap sebagai makhluk yang berhubungan timbal balik dengan lingkungannya dipengaruhi oleh stimulus dan respon. Guru diharapkan berperan sebagai pembimbing bukan penyedia informasi sehingga siswa lebih berperan dalam proses pmebelajaran yang terjadi.
Demikian fungsi psikologi dalam manajemen kurikulum. Begitu pentingnya fungsi psikologi dalam kurikulum, sebab belajar bukan sebatas pada mengahapl seluruh mata pelajaran, akan tetapi bagaimana ia memecahkan masalah, bagaimana metode belajar yang dicapai, bagaimana caranya mencapai hasil pembelajaran yang sesuai dengan kemampuannya. Tingkatkan pengetahuan kita dengan mempelajari psikologi perkembangan anak usia dini, psikologi agama, psikologi olahraga, psikologi komparatif, psikologi eksperimen, psikologi warna, psikologi diagnostik, psikologi cinta, psikologi perkembangan, psikologi industri dan organisasi dan psikologi yang lain. Semoga bermanfaat.
Fobia merupakan ketakutan yang dialami oleh manusia namun sudah dalam tahap sulit untuk dikendalikan dan…
Menikmati pemandangan alam dan menikmati udara yang menyejukan menjadi salah satu yang bisa kita rasakan…
Ada berbagai jenis dan juga tipe dari phobia atau rasa cemas, dan ketakutan berlebihan. Faktanya…
Berbicara mengenai fobia ataupun mengatasi rasa takut yang dialami oleh seseorang ada banyak sekali jenis…
Istilah Somniphobia atau dikenal dengan nama hypnophobia merupakan rasa takut yang berlebih saat seseorang jauh…
Berbicara mengenai fobia, ada beberap jenis fobia yang dikenal ditengah masyarakat. Misalnya fobia ketinggian, fobia…