Istilah body shaming saat ini semakin marak dipergunakan oleh masyarakat, terlebih di media sosial. Body shaming sendiri merupakan sebutan bagi perilaku memberikan komentar yang dinilai negatif terhadap kondisi tubuh seseorang baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Belakangan ini, body shaming menjadi semakin sering dilakukan sebab pandangan mengenai bentuk tubuh yang ideal semakin tinggi.
Pada kenyataannya, body shaming merupakan perbuatan yang sangat tidak baik, meski sesederhana dengan ucapan “Kamu kok gendutan/kurusan, ya?”, sebab kita tidak pernah tahu kondisi yang sebenarnya orang lain rasakan. Body shaming yang disampaikan pada seseorang dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kesehatan mental orang tersebut. Berikut adalah beberapa dampak body shaming terhadap kesehatan mental:
1. Kondisi Kesehatan Mental Memburuk
Dampak negatif body shaming yang hampir pasti terjadi pada orang yang menerimanya adalah menjadi penyebab kesehatan mental terganggu. Hal tersebut dikarenakan body shaming sekecil apa pun dapat membuat orang yang menerimanya menjadi sedih atau bahkan tertekan. Selain itu, perkataan buruk juga tentu membuat orang tersebut terus terpikirkan sehingga mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Tidak hanya menyebabkan kesehatan mental memburuk, body shaming juga dapat membuat seseorang justru mengalami gangguan psikologis, seperti depresi, gangguan makan (anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan obesitas), bahkan yang lebih buruknya hingga menimbulkan keinginan untuk mengakhiri hidup.
2. Memicu Munculnya Gejala Depresi
Gejala depresi dapat dialami oleh individu yang mendapatkan body shaming karena ucapan-ucapan buruk itu membuatnya merasa rendah diri hingga kehilangan kepercayaan diri. Pun ketika individu melakukan berbagai upaya agar kondisi tubuhnya menjadi ideal, terkadang hasil yang didapat tidak sesuai dengan keinginannya sehingga timbul rasa putus asa.
Rasa tertekan, sedih, dan putus asa yang terjadi terus menerus tanpa adanya upaya mengatasi yang tepat dapat memicu munculnya gejala depresi. Bahkan berdasarkan data, body shaming menjadi salah satu penyebab utama depresi, khususnya pada generasi muda. Padahal, depresi merupakan pemicu yang besar terhadap upaya bunuh diri.
3. Menyebabkan Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan atau anxiety disorder merupakan gangguan psikologis pada seseorang yang memiliki perasaan khawatir, cemas, atau takut yang berlebih pada situasi tertentu sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya. Kondisi tersebut sangat mungkin dialami apabila seseorang terus-menerus mengalami body shaming.
Rasa cemas ini akan muncul ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang mungkin akan memberikan perkataan-perkataan negatif terkait tubuhnya meski belum tentu akan terjadi. Akibatnya, individu akan cenderung memilih menghindari interaksi sosial atau mengurung diri agar tidak mendapatkan body shaming dari orang lain.
4. Mengalami Gangguan Makan Anoreksia Nervosa (Bulimia Nervosa)
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan di mana seseorang akan membatasi makanan yang dikonsumsi dengan kandungan tertentu dan melakukan olahraga atau upaya lain untuk mengurangi dan menjaga berat badannya tetap rendah dengan berbagai cara secara berlebihan. Biasanya individu yang memiliki gangguan ini akan mempunyai tubuh yang sangat kurus.
Sedangkan bulimia nervosa merupakan gangguan makan di mana individu memiliki waktu ketika akan makan dalam jumlah banyak dan setelah itu berusaha mengeluarkannya dengan obat pencahar atau menggunakan tangan. Berbeda dengan anoreksia nervosa, orang yang mengalami bulimia nervosa cenderung memiliki berat badan dan bentuk tubuh yang lebih normal.
Kedua gangguan makan dalam psikologi abnormal tersebut dapat dialami oleh orang yang mendapat body shaming, terlebih pada mereka yang sebelumnya memiliki berat badan berlebih. Mereka berusaha mengurangi berat badannya, tetapi tidak bisa berhenti walaupun sudah memiliki berat badan yang ideal sehingga badannya justru terlalu kurus dan dapat membahayakan kondisi kesehatan fisiknya juga.
5. Meningkatkan Risiko Kegemukan atau Obesitas
Body shaming tidak hanya diberikan pada orang yang terlihat memiliki berat badan berlebih, tetapi juga pada orang yang terlihat sangat kurus. Apabila komentar negatif diberikan pada orang-orang yang memiliki berat badan rendah, mereka mungkin akan terpikir cara untuk menaikkan berat badan dan cara paling singkat terbersit pasti dengan cara makan dalam jumlah yang sangat banyak.
Namun, upaya menaikkan berat badan hanya dengan cara makan, tanpa ada perbaikan gaya hidup sehat yang lain justru tidak hanya membuat berat badan meningkat, tetapi juga kegemukan bahkan obesitas yang sebenarnya kurang sehat juga. Obesitas ini merupakan kondisi di mana seseorang memiliki kelebihan lemak akibat kurangnya pembakaran kalori.
6. Meningkatkan Risiko Terkena Sindrom Metabolik
Sindrom metabolik dikenal sebagai berbagai penyebab gangguan kesehatan mental yang menyerang kondisi seseorang dalam waktu yang bersamaan akibat adanya peningkatan resistensi insulin serta kelainan deposisi lemak. Sindrom ini memiliki beberapa gejala, seperti lingkar pinggang yang membesar, tetapi tidak semua orang akan mengalami gejala tertentu.
Berdasarkan sebuah penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa seseorang yang mendapatkan hinaan atau komentar negatif terkait berat badannya memiliki risiko terkena sindrom metabolik tiga kali lebih tinggi dibanding orang yang tidak mendapatkan komentar buruk mengenai tubuhnya.
Individu yang mengalami sindrom metabolik tidak selamanya memiliki metabolisme yang lebih lambat. Akan tetapi, sindrom metabolik ini dapat menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi, peningkatan lemak di perut, dan kadar gula darah yang tinggi. Akibatnya, orang tersebut rentang mengalami penyakit jantung, stroke, serta gangguan pembuluh darah yang lain.
Walaupun sindrom metabolik ini cenderung mempengaruhi kesehatan fisik orang yang menerima body shaming, tetapi kesehatan fisik juga sangat berpengaruh terhadap kondisi mental seseorang. Misalnya, individu dengan penyakit dari sindrom metabolik ini akan merasa stres atau tertekan karena penyakit yang sedang diderita.
7. Meningkatkan Risiko Bunuh Diri
Sesuai dengan penjelasan pada dampak-dampak sebelumnya, body shaming dapat meningkatkan risiko bunuh diri pada penerimanya. Hal ini dipicu oleh banyak faktor, seperti kondisi kesehatan mental yang buruk serta gangguan psikologis, seperti depresi dan berbagai jenis gangguan makan sehingga secara tidak langsung body shaming memunculkan rasa ingin melakukan bunuh diri.
Selain bunuh diri, gangguan psikologis karena body shaming yang diterima secara terus menerus juga menyebabkan seseorang menyakiti diri diri sendiri atau self-injury. Biasanya tindakan ini dilakukan dengan melukai bagian tubuh atau membenturkan tubuh yang dilakukan secara sengaja akibat rasa malu akan tubuhnya.
Cara Mengatasinya
Dampak yang dirasakan seseorang setelah mendapat perkataan body shaming sangat beragam, dari yang ringan sampai yang berat. Akan tetapi, bagaimanapun tingkat dampaknya tetap harus diatasi. Hal ini dikarenkan dampak yang ringan jika dibiarkan lama-kelamaan dapat menjadi besar dan justru sudah sulit untuk diatasi.
Begitu pula ketika dampaknya sudah berat, risiko untuk hal-hal yang lebih buruk akan semakin besar di saat sudah cukup sulit untuk kembali ke kondisi yang normal.
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak body shaming adalah dengan belajar untuk self-love. Di luar sana juga banyak orang yang sedang menghadapi kondisi yang sama, tetapi ada yang mampu bangkit dan kembali mencintai dirinya.
Apabila mendapat komentar negatif terkait tubuh, di satu sisi hal itu memang tidak pantas kita terima, tetapi di sisi lain mungkin kita juga perlu merawat tubuh menjadi lebih sehat. Oleh sebab itu, upaya perubahan di sini bukan untuk memenuhi beauty standard, tetapi juga agar memiliki gaya hidup yang lebih sehat.
Meskipun demikian, tidak ada salahnya untuk pergi ke profesional, seperti konselor, psikolog, atau psikiater jika merasa kesulitan untuk bangkit sendiri.
Melalui para profesional, individu yang mendapat body shaming hingga mempengaruhi kehidupan sehari-hari akan mendapat penanganan dan bantuan yang tepat sehingga tidak hanya bisa ‘sembuh’, tetapi juga bisa lebih menghargai diri sendiri apa adanya bahkan menginspirasi orang lain yang sedang menghadapi masalah ini.