Saat ini penggunaan istilah body shaming sering digunakan untuk menunjukkan perilaku memberi komentar terhadap kondisi tubuh seseorang yang cenderung negatif karena dianggap tidak sesuai dengan standar bentuk tubuh yang ‘sempurna’. Perlakuan ini bahkan sudah dianggap sebagai hal yang wajar bagi beberapa orang, padahal ada cara yang lebih baik jika memang ingin memberikan saran.
Pasalnya, efek dari perlakuan body shaming dapat sangat beragam dan bahayanya jika membawa dampak negatif bagi orang yang menerima. Dampak body shaming ini sudah diteliti oleh banyak orang hingga saat ini. Berikut adalah dampak body shaming menurut para ahli berdasarkan penelitian atau yang mereka lakukan dalam kurun waktu tiga tahun ke belakang.
Pengaruh Body Shaming terhadap Kepercayaan Diri
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yolanda, Suarti, dan Muzanni (2021), body shaming memiliki dampak terhadap kepercayaan diri, tepatnya pada siswa SMA. Diketahui bahwa body shaming secara signifikan dapat menghilangkan rasa percaya diri dan hal ini tidak dapat dianggap remeh karena setiap orang memiliki tingkat kepercayaan diri yang berbeda-beda.
Berbagai dampak dari body shaming yang ditemukan, yaitu muncul ketakutan akan diejek teman, malas atau bahkan takut pergi ke sekolah, merasa dirinya tidak berharga dan tidak berguna, merasa rendah diri, kurang bersosialisasi, takut melakukan hal yang berpotensi menjadi pusat perhatian, hilangnya rasa percaya diri, hingga muncul keinginan untuk bunuh diri.
Selain itu, terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Zuhdi (2022) mengenai dampak body shaming terhadap kepercayaan diri. Body shaming diketahui menimbulkan rasa malu, tertekan, terbebani, hingga putus asa pada orang yang menerimanya.
Hal itu dikarenakan individu merasa tidak dapat sesuai dengan standar kecantikan sehingga cenderung menilai diri secara rendah. Akibatnya, tingkat kepercayaan diri individu menjadi semakin rendah.
Hubungan Body Shaming terhadap Kesehatan Mental
Hasil studi dari Azizah (2020) menunjukkan bahwa body shaming dapat berdampak secara signifikan terhadap kesehatan mental remaja SMA. Kondisi kesehatan mental remaja dapat dipengaruhi oleh body shaming tersebut adalah salah satu dari masalah-masalah kesehatan mental yang sering terjadi sebagai bagian dari faktor yang mungkin membahayakan.
Terdapat beberapa dampak secara psikologis ketika individu menerima body shaming sehingga menurunkan kondisi kesehatan mentalnya, seperti
- Merasa tidak aman dan tidak percaya diri sehingga cenderung mengasingkan diri
- Munculnya kecenderungan body dysmorphic disorder atau penilaian negatif terhadap tubuh
- Menghambat perkembangan diri
- Menimbulkan keinginan untuk melakukan hal ekstrim agar bentuk fisik lebih sempurna, bahkan hingga melakukan self-harm dan bunuh diri.
Dampak Body Shaming terhadap Kesejahteraan Psikologis
Body shaming juga memiliki dampak terhadap kondisi kesejahteraan psikologis orang yang menerimanya. Berdasarkan studi oleh Sartika, Yustiana, dan Saripah (2021), body shaming tidak hanya menyebabkan rasa malu atau citra diri yang negatif, tetapi juga adanya psychological distress, seperti kecemasan tinggi, gejala depresi, bahkan hingga pikiran untuk mengakhiri hidup.
Hal tersebut dikarenakan korban body shaming cenderung akan memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah, seperti perasaan tidak bahagia, self-esteem rendah, perasaan marah, sedih, tertekan, serta terancam saat berada pada situasi tertentu yang memungkinkan individu mendapat komentar negatif atas kondisi tubuhnya.
Akan tetapi, tidak semua korban body shaming lantas memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah. Tingkat kesejahteraan psikologis tersebut kembali lagi tergantung bagaimana persepsi dan cara individu menghadapi penilaian negatif yang ia terima. Terlebih jika individu sudah benar-benar menerima dirinya, body shaming mungkin tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologisnya,
Hubungan Body Shaming dengan Citra Diri
Dalam sebuah penelitian yang dilaksanakan oleh Hidayat, Malfasari, dan Herniyanti (2019), pemberian body shaming berhubungan dengan citra diri khususnya pada remaja. Citra diri atau disebut juga dengan gambaran diri merupakan sikap dan persepsi individu terhadap dirinya baik secara sadar maupun tidak sadar mengenai ukuran, bentuk, dan penampilannya.
Individu yang memiliki citra diri positif artinya dapat menerima dan percaya diri terhadap tubuhnya. Hasilnya, individu yang mendapat perlakuan body shaming cenderung mengikuti komentar negatif yang diberikan oleh orang lain sehingga muncul rasa malu, rasa tidak percaya diri, rasa tidak menarik, dan rasa tidak layah dalam kelompok sosial.
Hal itu disebabkan oleh citra diri negatif individu sebagai akibat dari body shaming yang diterimanya. Lebih lanjut, citra diri yang negatif dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya karena munculnya gangguan makan.
Munculnya Kecemasan pada Remaja
Pitayanti dan Hartono (2021) melakukan studi mengenai body shaming pada remaja yang duduk di bangku SMA terkait hubungannya dengan kecemasan. Dalam penelitian tersebut, diketahui bahwa kecemasan pada remaja merupakan salah satu dampak dari perlakuan body shaming meski tingkat kecemasannya masih termasuk sedang.
Sayangnya, pada sampel penelitian, sebesar 75,5 persen remaja sendiri yang mengomentari penampilan fisik khususnya terkait penampilan sehingga remaja pula yang menerima body shaming. Komentar tersebut berupa ejekan mengenai penampilan fisik, seperti membanding-bandingkan dengan orang lain serta menyebarkan gosip dengan cara membicarakan di belakang orang yang sedang dibicarakan.
Hal tersebut menyebabkan sebesar lebih dari 70 persen siswa mengalami kecemasan akibat perlakuan body shaming. Kecemasan ini terjadi karena siswa merasa takut dan khawatir ketika sedang bersama orang lain akan mendapat evaluasi yang negatif. Di sisi lain, penilaian buruk tersebut tidak jarang disampaikan di depan banyak orang sehingga muncul rasa cemas yang dapat menyebabkan gangguan kecemasan.
Pengaruh Body Shaming terhadap Self-Blaming
Studi yang dilakukan oleh Laily (2020) membuktikan pengaruh body shaming terhadap self-blaming. Self-blaming atau tindakan menyalahkan diri sendiri merupakan perasaan malu atau bersalah karena adanya pengalaman pada peristiwa negatif, seperti kegagalan, pelanggaran moral, atau pelanggaran interpersonal.
Tindakan ini menjadi cara individu dalam menghadapi masalah dengan cara menyalahkan dan menghukum diri sendiri. Ketika individu menjadi korban dari perlakuaan body shaming, individu akan cenderung merasa malu. Misalnya, ketika individu mendapat komentar karena tubuhnya terlihat gemuk, ia akan berusaha melakukan diet agar menjadi kurus.
Hal tersebut disebabkan rasa malu terhadap bentuk fisik sehingga perlu upaya untuk segera mengubahnya. Semakin berat dampak body shaming yang dirasakan, semakin tinggi pula self-blaming individu.