Post- Traumatic Stress Dissorder (PTSD) adalah sindrom pada seseorang yang telah mengalami peristiwa traumatis. Kondisi tersebut menimbulkan efek psikologis berupa gangguan perilaku mulai dari kecemasan yang berlebihan, kemarahan, insomnia, ketegangan dan masih banyak reaksi lainnya (Endiyono dan Hidayah, 2019).
Post Traumatic Stress Dissorder (PTSD), gangguan ini pertama kali dikenali setelah gejala dan gangguan ini diamati pada tentara Amerika, menunjukkan gejala kecemasan, ketakutan berlebihan, dan seolah-olah mereka masih berperang. American Psychiatric Association (APA) mengklasifikasikannya sebagai gangguan kecemasan atau anxiety disorder menurut kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM 4).
Kemudian, pada tahun 2013, DSM 4 direvisi menjadi DSM 5 untuk menambahkan gangguan tersebut ke dalam kelompok gangguan trauma dan stres. Pasien yang pernah mengalami kekerasan fisik atau mental menderita penyakit ini. Gejala utama gangguan ini adalah mengingat peristiwa dan apakah masih terjadi, mencoba menghindari hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa dan perasaan negatif yang dihasilkan dan perubahan pikiran yang terjadi lebih dari sebulan setelah peristiwa traumatis (Suthamnirand, Khongchub, & Chinajitpun, 2014).
Post-traumatic stress disorder (PTSD) dapat berlangsung selama berbulan-bulan, bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun dan mungkin baru muncul setelah terpapar peristiwa traumatis (Endiyono dan Hidayah, 2018). Tantirangsee (2018) menjelaskan bahwa post-traumatic stress disorder (PTSD) memiliki ciri-ciri penting seperti gejala kejiwaan dalam situasi berbahaya seperti banjir, kerusuhan, kecelakaan kereta api atau aksi terorisme dan lain-lain.
Gejala traumatis yang sering muncul adalah selalu ingatan ganda akan peristiwa tersebut, menarik diri dari lingkungan sekitar atau lingkungan sosial, keterasingan dari orang-orang yang akrab seperti anggota keluarga dan kerabat dekat, serta mudah terkejut, kehilangan konsentrasi dan gangguan tidur.
Gejala Post Traumatic Stress Dissorder (PTSD)
1. Rasa pengulangan (gejala retraumatic)
Tanda dan gejala gangguan stress Post Traumatic Stress Dissorder (PTSD) merasakan seperti peristiwa traumatis itu terus berlanjut dengan cara yang berbeda. Saat tanda dan gejala ini muncul, pasien menderita gangguan PTSD yang mengalami trauma kembali ke hakikatnya melalui mimpi, ingatan atau masalah sebagai respon ingatan atas trauma yang dialaminya dalam kehidupan. Tanda dan gejala pada kelompok ini adalah manifestasi dan ingatan akan peristiwa buruk dalam bentuk pikiran yang mengganggu, mimpi buruk, dan kilas balik.
2. Menghindar
Menurut kelompok ini, tanda dan gejala gangguan PTSD biasanya meliputi berkurangnya respons individu dan penghindaran terus-menerus terhadap apa pun yang mengingatkan penderita pada trauma. Hal-hal yang dapat mengingatkan penderita akan trauma dapat bersifat personal, seperti pikiran atau perasaan tentang trauma yang dialaminya, atau dapat disebabkan oleh rangsangan eksternal atau lingkungan.
Ingatan atau perasaan yang tidak menyenangkan. Tanda dan gejala gangguan PTSD pada kelompok ini juga meliputi berkurangnya kemampuan emosional, perasaan terasing dari orang lain, dan kurangnya pemenuhan impian atau harapan di masa depan.
3. Peringatan
Orang dengan post raumatic stress disorder (PTSD) mengalami peningkatan mekanisme fisiologis tubuh yang terjadi saat tubuh dalam keadaan istirahat. Ini adalah hasil dari reaksi berlebihan langsung atau tidak langsung terhadap stres yang merupakan kelanjutan atau sisa dari trauma yang dialami. Tanda dan gejala kelompok ini biasanya merupakan cara mereka mengatasi trauma. Misalnya, gangguan tidur adalah akibat dari mimpi buruk seseorang.
4.Serangan panik (panik)
Serangan panik bisa terjadi pada siapa saja termasuk anak-anak dan remaja dimana mereka akan mengalami ingatan kembali tentang kejadian atau pengalaman traumatis yang menimpa mereka secara spontan. Serangan panik melibatkan rasa takut atau ketidaknyamanan yang intens terkait dengan gejala fisik dan psikologis. Gejala fisik meliputi jantung berdebar, berkeringat, tremor, sesak napas, nyeri dada, nyeri perut, rasa dingin, panas, dan mati rasa.
5. Depresi
Banyak orang menjadi depresi setelah pengalaman traumatis dan kehilangan minat pada hal-hal yang mereka nikmati sebelum trauma. Orang dengan gejala ini mengembangkan perasaan buruk, rasa bersalah, menyalahkan diri sendiri dan merasa bahwa apa yang terjadi pada mereka adalah kesalahan mereka, meskipun itu tidak benar.
6. Persepsi dan keyakinan yang aneh
Terkadang seseorang yang pernah mengalami trauma yang menyakitkan seringkali memiliki pemikiran atau persepsi aneh yang bersifat sementara, misalnya karena mereka yakin dapat melihat atau berkomunikasi dengan almarhum. Gejala ini hampir sama seperti, mimpi buruk dan penyakit psikologis halusinasi pada seseorang, namun gejala ini bisa disembuhkan jika rutin melakukan terapi.
7. Gangguan yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari
Beberapa kesalahan PTSD penderita berbagai gangguan dalam fungsi sosial dan gangguan akademik lama setelah trauma. Seorang korban kejahatan mungkin takut sendirian. Orang bisa kehilangan konsentrasi dan kemampuan mengerjakan pekerjaan rumah. Perawatan bagi penderita ini sangat penting untuk mencegah masalah yang akan menyebar.
8. Kemarahan
Kemarahan adalah respon umum pada penderita trauma. Kemarahan adalah reaksi normal dan umum pada seseorang. Namun, kemarahan yang berlebihan dapat menghambat proses penyembuhan dan menghalangi penderita PTSD untuk berinteraksi dengan orang lain.
9. Merasa terasingkan
Mereka yang menderita gangguan PTSD membutuhkan dukungan dari lingkungan sosialnya, namun sering merasa kesepian dan terisolasi. Penderita biasanya mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain dan sulit mendapatkan bantuan. Individu yang mengalami PTSD kesulitan percaya bahwa orang lain memahami apa yang mereka alami.
10. Merasa curiga dan dikhianati
Setelah pengalaman yang menyedihkan, orang yang terpengaruh atau menderita PTSD mungkin kehilangan kepercayaan pada orang lain dan merasa dikhianati oleh lingkungan, takdir, atau Tuhan.
Penyebab Gangguan Post Traumatic Stress Dissorder (PTSD)
Penyebab PTSD bisa jadi karena situasi traumatis, yang bisa berbeda-beda pada setiap orang. Pada umumnya peristiwa berbahaya atau mengancam jiwa tertentu dapat menyebabkan seseorang mengalami PTSD gejala tersebut, seperti:
- Mengalami kecelakaan.
- Korban kekerasan atau kekerasan seksual.
- Menjadi korban pelecehan identitas (baik secara finansial, sosial, dalam keluarga).
- Situasi yang mengancam nyawa, seperti perampokan atau situasi perang.
- Pernah menyaksikan cedera atau pembunuhan orang lain.
- Bertahan dari bencana alam seperti banjir, gempa bumi atau bahkan pandemi.
- Kehilangan orang yang dicintai.
- Seseoramg telah didiagnosis dengan kondisi yang mengancam jiwa (misalnya penyakit kronis).
Cara Mengobati Post Traumatic Stress Dissorder (PTSD)
Dokter biasanya menangani PTSD dengan dua cara, yaitu psikoterapi dan pengobatan. Dokter dapat memilih satu atau kombinasi perawatan PTSD tergantung pada kondisi dan gejala penderita. Adapun cara mengobati PTSD sebagai berikut:
1. Psikoterapi
Dokter memilih beberapa jenis psikoterapi untuk mengatasi PTSD, di antaranya:
- Terapi pemaparan (exposure therapy) dilakukan dengan cara mendekatkan pasien pada situasi atau hal yang ditakuti.
- Terapi kognitif atau terapi perilaku kognitif (CBT) dimana terapi ini dengan melakukan terapi bicara yang membantu penderita PTSD mengidentifikasi pola pikir mereka sendiri yang mungkin memengaruhi perasaan mereka.
2. Obat PTSD
Obat-obatan yang biasanya diresepkan dokter untuk pasien PTSD meliputi:
- Obat anti- gangguan kecemasan dimana obat ini digunakan untuk meredakan kecemasan berlebihan akibat trauma pada pasien PTSD. Seorang dokter biasanya meresepkan obat anti-kecemasan ini untuk waktu yang singkat.
- Obat Prazosin digunakan untuk mengurangi mimpi buruk pada pasien dengan PTSD.
- Antidepresan membantu meredakan depresi, kesulitan berkonsentrasi, dan masalah serupa yang terkait dengan gejala PTSD.