Home » Gangguan Psikologi » Sindrom » Ciri-Ciri Mythomania dan Cara Mengatasinya

Ciri-Ciri Mythomania dan Cara Mengatasinya

by Gendis Hanum Gumintang

Berbohong merupakan perilaku seseorang ketika menyampaikan suatu hal yang tidak sesuai dengan kenyataan. Perilaku berbohong pasti sudah sering kita dengar dan mungkin biasa terjadi di kehidupan kita.

Akan tetapi, ada pula orang yang berbohong tanpa ada tujuan khusus dan justru berbohong ini adalah bentuk gangguan mental, yakni gangguan perilaku mythomania.

Mythomania atau dapat disebut juga dengan psychological lying adalah salah satu jenis sindrom dalam psikologi berupa perilaku berbohong yang sudah kronis dan kompulsif sehingga individu yang memilikinya tidak dapat berhenti menyampaikan kebohongan.

Kondisi tersebut biasanya disebabkan oleh pengalaman buruk di masa lalu dan untuk memperbaikinya, individu melakukan kebohongan. Berikut adalah ciri-ciri mythomania dan cara mengatasinya:

1. Cenderung Berbohong dalam Segala Situasi

Pada umumnya suatu kebohongan akan disertai dengan kebohongan-kebohongan lainnya sampai hal kenyataan yang sebenarnya benar-benar tidak terlihat. Hal inilah yang dilakukan oleh penderita mythomania dan bahkan mereka sudah ahli untuk merangkai cerita untuk menutupi fakta yang ada. 

Akibatnya, individu tersebut justru akan semakin terbiasa memberikan cerita bohong dan lebih memilih berbohong meski sebenarnya situasi yang dihadapi tidak terlalu mengancam sehingga ia harus berbohong sebagai bentuk pertahanan diri. 

Suka Mengarang Cerita

Kebohongan tentu akan diiringi dengan cerita yang dikarang, bukan cerita sebenarnya. Individu yang memiliki sindrom mythomania akan sangat senang mengarang cerita untuk berbohong.

Cerita tersebut tidak hanya sekadar karangan, tetapi bisa jadi merupakan sintesis antara peristiwa yang benar-benar terjadi dengan bumbu-bumbu khayalan sehingga semakin terdengar nyata. 

Biasanya cerita yang dikarang tersebut berkaitan dengan sisi positif atau kelebihan orang tersebut, misal cerita bahwa ia merupakan seorang tokoh penyelamat.

Selain itu, cerita mereka juga biasanya berkaitan dengan jabatan atau peran penting mereka dalam suatu institusi atau lembaga yang membuat mereka tampak memiliki wibawa dan harga diri tinggi sehingga patut untuk dihormati.

2. Menyukai Perhatian yang Didapat karena Berbohong

Bagi penderita sindrom mythomania, sensasi yang didapatkan ketika berbohong sangat menyenangkan bagi mereka dan membuatnya ingin mendapatkan lagi.

Terlebih jika kebohongan yang mereka ternyata dapat diterima oleh orang lain bahkan menimbulkan simpati dari orang lain kepadanya.  Rasa senang ketika mendapat perhatian inilah yang menyebabkan orang dengan mythomania akan terus menerus berbohong sehingga orang lain akan selalu memberi perhatian pada mereka.

Hal tersebut dikarenakan kemungkinan individu mengidap mythomania justru karena sebelumnya ia tidak mendapat perhatian yang diinginkan sehingga ketika ia tahu berbohong dapat membuat orang-orang menaruh perhatian, ia akan terus melakukannya bahkan sampai menjadi sebuah sindrom.

3. Memiliki Persepsi yang Tajam

Kemampuan berbohong yang dimiliki oleh individu dengan mythomania ini tidak main-main. Bahkan cukup sulit untuk melakukan treatment penyembuhannya karena menjadi tantangan tersendiri untuk psikolog maupun terapis yang menangani tahu mana perkataan bohong dan mana perkataan jujur.

Persepsi tajam tersebut membuat penderita mythomania bisa merangkai satu kebohongan ke kebohongan yang lain dengan sangat mulus. Berbeda dengan orang biasa yang berbohong dan mudah ketahuan karena gestur yang terlihat berbohong, orang dengan mythomania sudah memahami lebih dari sekadar perkataan, tetapi juga gerak tubuh dan bahasa nonverbal yang mendukung kebohongannya.

4. Biasanya Menggabungkan Fakta dan Khayalan dalam Cerita

Cerita yang disampaikan oleh orang dengan mythomania biasanya terdengar nyata dan meyakinkan. Hal tersebut dikarenakan cerita tersebut tidak sepenuhnya fantasi, tetapi juga dibubuhi dengan fakta-fakta, meski pada dasarnya tetap suatu kebohongan. Fakta-fakta itu terkadang didapat dari kisah nyata orang lain yang diakui sebagai kisah sendiri.

Dengan menggabungkan cerita orang lain yang memang sudah jelas bagaimana awal, proses hingga akhirnya dan tambahan cerita fiksi untuk menyesuaikan dengan kondisi diri. Orang yang mendengarkan cerita dari pemilik mythomania ini akan lebih mudah percaya sebab ia juga mungkin tidak dapat menemukan titik kebohongannya kecuali memang sudah mengetahui bahwa orang ini mengidap mythomania.

Kemampuan menggabungkan fakta dan fantasi ketika berbohong ini menjadikan sindrom mythomania menjadi penyakit suka berbohong yang paling ekstrim jika dibandingkan dengan jenis kebohongan secara patologis lainnya. Pasalnya, kebohongan sudah sangat terstruktur dan terencana serta disampaikan secara sadar, bahkan menikmatinya.

5. Cenderung Menikmati Kebohongan yang Dilakukan

Cerita bohong yang disampaikan penderita sindrom mythomania umumnya menampilkan sudut pandang yang positif mengenai dirinya, walaupun tentu tidak sesuai dengan kenyataan. Ketika banyak orang yang mempercayai cerita tersebut, penderita sindrom ini akan semakin merasa senang dan puas terhadap kebohongannya tersebut. 

Hal ini dikarenakan kebohongan yang membentuk persepsi positif terhadap dirinya dapat membawa berbagai keuntungan lain, seperti mungkin ia mendapat lebih banyak perhatian, kasih sayang, pujian, dan sebagainya sehingga mereka merasa spesial.

Namun, sebenarnya di dalam lubuk hati masih ada rasa bersalah, tetapi mereka akan tetap berpura-pura di hadapan orang lain dan tidak dapat berhenti berbohong.

6. Tidak Ada Tujuan untuk Mendapat Keuntungan Material

Individu yang mengidap sindrom mythomania tidak berbohong agar mendapatkan keuntungan secara material, seperti mendapat uang atau barang tertentu. Hal itu dikarenakan mereka bukanlah orang yang berbohong untuk menipu, melainkan memang ada gangguan pada kondisi psikologisnya sehingga perilaku berbohong itulah yang menjadi poin utamanya.

Penyebab dari kebohongan yang disampaikan oleh orang dengan mythomania biasanya lebih ke arah karena mengalami kegagalan dalam fase kehidupan, harga diri yang rendah, atau kurang mendapat kasih sayang sehingga tujuan berbohong tersebut cenderung untuk menutupi kegagalan, meningkatkan harga diri, serta meningkatkan kasih sayang yang diterima atau bahkan ada pula yang tidak memiliki motif sama sekali dan hanya ingin berbohong saja.

Cara Mengatasi Mythomania

Apabila ada orang di sekitar kita yang mengalami sindrom mythomania, kita tidak perlu merasa kesal atau bahkan menghindarinya sebab kondisi tersebut tentu sebenarnya tidak ingin ia alami dan mereka berbohong pun bukan karena motif tertentu, seperti mendapatkan keuntungan secara materil.

Hal yang perlu kita lakukan adalah menerima dan bersabar sambil membantunya mendapatkan perawatan yang tepat. Untuk mendapatkan perawatan, individu dengan mythomania perlu ditangani oleh orang-orang yang profesional di bidang gangguan mental, yakni psikolog maupun psikiater.

Pasalnya cara mengetahui orang berbohong untuk mendiagnosis saja apakah individu benar-benar memiliki mythomania atau tidak sebenarnya cukup sulit. Selain itu, perlu juga didiagnosis apakah mythomania ini merupakan gangguan utama atau menjadi gejala dari gangguan yang lain.

You may also like