Home » Gangguan Psikologi » Trauma » 8 Jenis Gangguan Psikologis Akibat Trauma

8 Jenis Gangguan Psikologis Akibat Trauma

by Gendis Hanum Gumintang

Trauma dapat dialami dalam berbagai bentuk situasi, misalnya di sekolah, tempat kerja, lingkungan sekitar, daerah, negara, bahkan di rumah oleh anggota keluarga lain yang seharusnya menjadi tempat paling aman untuk semua orang.

Untuk mengetahui suatu peristiwa dapat menyebabkan gangguan psikologis trauma atau tidak ditentukan oleh pengalaman subjektif dan bukan peristiwa itu sendiri, sebab setiap orang memiliki ambang batas yang berbeda-beda. Berikut adalah jenis-jenis gangguan psikologis akibat trauma:

1. post traumatic stress disorder (PTSD)

Terkadang, beberapa waktu setelah peristiwa buruk rasa trauma yang dirasakan seseorang akan menghilang. Namun, pada beberapa orang, trauma dapat bertahan lama setelah kejadian dan hal inilah yang disebut dengan post traumatic stress disorder (PTSD)  atau gangguan stres pascatrauma.

Gejala PTSD dimulai dalam kurun waktu tiga bulan pertama setelh kejadian, tetapi dalam beberapa kasus juga dapat muncul bertahun-tahun kemudian. Untuk diagnosis, setidaknya terdapat waktu satu bulan di mana individu merasa trauma mempengaruhi pekerjaan, hubungan, atau aspek penting kehidupan lainnya.

Kemudian, individu dapat dikatakan memenuhi kriteria diagnosis PTSD ketika merasakan

  • Satu atau lebih gejala pengalaman ulang, yakni kilas balik, mimpi buruk, atau pikiran negatif yang menakutkan.
  • Satu atau lebih gejala penghindaran, yakni menghindari perasaan, orang, tempat, atau hal lain yang mengingatkan pada trauma.
  • Dua atau lebih gejala yang berkaitan dengan gairah dan reaktivitas, yaitu merasa tegang, mudah terkejut, sulit tidur, atau mengalami ledakan emosi.
  • Dua atau lebih gejala yang berkaitan dengan kondisi kognitif dan suasana hati, yaitu kehilangan ingatan, pikiran negatif, tidak tertarik pada aktivitas yang menyenangkan, merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri.

Contoh peristiwa traumatis yang menyebabkan PTSD, yaitu penyakit atau cedera parah, korban atau saksi kekerasan, serangan teroris, bencana alam, insiden pertempuran militer kecelakaan jalan, rawat inap, trauma persalinan, trauma medis, trauma setelah percobaan bunuh diri, serta penyakit atau diagnosis yang mengancam diri.

2. Trauma Akut

Trauma akut atau dapat disebut juga dengan gangguan stres akut adalah kesulitan yang dialami setelah individu mengalami peristiwa traumatis. Trauma akut biasanya berkaitan dengan suatu insiden. Sejumlah ahli menyampaikan bahwa trauma ini terjadi dalam tiga hari pertama setelah kejadian dan berlangsung selama maksimal empat minggu.

Gejala dari trauma akut, yakni ingatan berulang yang mengganggu kehidupan sehari-hari mengenai peristiwa, mimpi berulang, stres yang dipicu pengingat peristiwa, suasana hati dan pikiran negatif, merasa terlepas dari diri sendiri, lupa ingatan tentang peristiwa tertentu, perilaku menghindar, gangguan tidur, serta terlalu waspada atau refleks yang berlebihan.

3. Trauma Kronis

Trauma kronis atau dapat disebut juga dengan stres kronis berhubungan dengan trauma yang sedang berlangsung. Trauma berkelanjutan ini terjadi ketika individu mengalami peristiwa yang menyulitkan pada beberapa kesempatan. Pengaruh terhadap penderita trauma dalam waktu yang lama menjadi salah satu akibat dari trauma ini.

Sering kali trauma kronis terjadi pada anak-anak yang mengalami pelecehan atau kemiskinan parah. Akan tetapi, sebenarnya siapa saja yang mengalami peristiwa menyedihkan secara berulang kali juga dapat mengalami trauma kronis ini dan tidak terbatas pada trauma masa kecil saja.

4. Trauma Kompleks

Trauma kompleks merupakan trauma yang terjadi ketika individu mengalami peristiwa traumatis dalam jumlah banyak dan beragam. Jenis trauma ini sering kali terdapat dalam konteks hubungan interpersonal yang signifikan. Dampaknya adalah reaksi unik terhadap trauma tersebut.

Sekilas, trauma kompleks mirip dengan PTSD. Namun, beberapa ahli menyatakan bahwa gejala trauma kompleks tidak sepenuhnya sesuai dengan gejala pada penderita PTSD. Maka dari itu, trauma kompleks dan PTSD kemungkinan besar merupakan kondisi yang berbeda, sehingga beberapa peneliti mengklasifikasikan trauma kompleks sebagai PTSD kompleks (CPTSD).

Beberapa gejala dari PTSD kompleks ini, yaitu tidak mempercayai orang lain, merasa berbeda dan terputus dari orang lain, merasa marah atau malu, merasa tidak berharga atau hampa, kesulitan mengendalikan emosi, memutuskan hubungan dengan diri sendiri, kilas balik emosional, perilaku berisiko, bahkan keinginan untuk bunuh diri.

Contoh dari trauma kompleks atau CPTSD ini, seperti pelecehan saudara, pelecehan emosional di masa kecil, kekerasan dalam rumah tangga,kelekatan trauma, pengabaian emosional, pelecehan verbal, paksaan perundungan di sekolah atau tempat kerja, pelecehan seksual, asuhan yang terlalu ketat, serta kesalahan diagnosis jangka panjang.

5. Trauma Duka Cita

Umumnya, proses penerimaan diri terhadap kepergian seseorang yang dicintai bukanlah hal yang mudah, terutama ketika terjadi pada anak-anak yang masih kesulitan dalam memahami konsep kematian, khususnya yang terjadi secara tiba-tiba. Trauma duka cita ini terjadi ketika individu harus mengalami kehilangan dan merasa kehilangan ini menjadi peristiwa yang sangat menyedihkan, sehingga sulit untuk dapat hidup secara normal.

6. Trauma Intergenerasi atau Historis

Trauma intergenerasi atau historis ditandai dengan kesulitan secara psikologis atau emosional yang dapat mempengaruhi komunitas, kelompok budaya, atau generasi yang berbeda. Di sisi lain, pola koping yang adaptif juga dapat diwariskan secara lintas generasi.

Biasanya peristiwa traumatis yang terjadi dialami oleh kelompok dan bukan secara individual. Terdapat beberapa contoh peristiwa yang menyebabkan trauma ini, yaitu menerima tindakan diskriminasi, rasisme, perbudakan, penghapusan paksa dari keluarga atau komunitas, genosida, maupun perang. 

7. Trauma Sekunder

Trauma sekunder merupakan jenis trauma yang terjadi ketika seseorang berbicara dengan orang yang memiliki pengalaman melewati peristiwa traumatis atau melihat secara langsung peristiwa traumatis, meski tidak merasakan peristiwanya secara langsung.

Orang yang mendengarkan atau melihat peristiwa traumatis dapat mengalami trauma sekunder dengan merasakan gejala-gejala trauma yang dimiliki oleh orang yang menjelaskan peristiwa traumatis tersebut. Dengan kata lain, dampak yang terjadi bisa saja sama, walaupun tidak merasakan sendiri.

8. Trauma Kecil

Trauma kecil kurang umum diketahui oleh orang-orang awam dan lebih jarang didiskusikan dibanding jenis trauma lainnya. Trauma kecil adalah pengalaman yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Peristiwa traumatis yang dialami mungkin merupakan hal yang wajar ditemui dalam hidup.

Tetapi bagi beberapa orang mungkin akan sangat traumatis. Beberapa contoh dari trauma ini adalah kehilangan orang yang dicintai, pindah ke tempat tinggal baru yang lingkungannya cukup berbeda, maupun kehilangan pekerjaan.

You may also like