Pada masa kecil, mungkin seseorang tidak benar-benar menyadari jika mereka pernah diperlakukan secara buruk atau mengalami peristiwa traumatis. Bisa jadi apa yang dialami, seperti mendapat pukulan, dibentak, atau ditinggalkan merupakan hal yang wajar terjadi. Akan tetapi, ketika dewasa akan muncul dampak, seperti rasa malu, takut, dan sedih. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai ciri-ciri trauma masa kecil.
1. Kehilangan Ingatan pada Waktu Tertentu
Berdasarkan studi terdahulu, orang dengan trauma sering kali salah mengingat peristiwa yang terjadi padanya di masa kecil. Mereka mungkin menyampaikan kenangan palsu yang sebenarnya bukan sengaja dibuat-buat untuk mendapat perhatian, melainkan ingatan itulah yang dapat mereka ingat dengan jelas, meski tidak benar-benar mereka alami.
Beberapa ahli percaya bahwa ingatan palsu tersebut merupakan cara pikiran untuk mencoba mengisi celah memori yang ditinggalkan oleh episode amnesia disosiatif. Selain itu, gangguan memori juga dapat menjadi hasil dari hipnosis maupun terapi sugestif yang lain.
2. Merasa ‘Dibanjiri’ Ketika Teringat pada Hal Traumatis
Memori yang ditekan ke alam bawah sadar sering kali dapat muncul kembali ke kesadaran memalui cara berkomunikasi dengan alam bawah sadar atau ketika orang dengan trauma menemukan sesuatu yang mengingatkan mereka pada peristiwa traumatis, misalnya seperti suara, pemandangan, atau aroma yang familiar. Ketika hal ini terjadi, biasanya seseorang merasa ‘dibanjiri’ oleh ingatan dan perasaan sulit yang terkait dengannya.
Beberapa akibat yang dapat muncul ketika seseorang dibanjiri oleh ingatan peristiwa traumatis ini, seperti kecemsan atau serangan panik tinggi yang muncul tiba-tiba, dorongan kuat untuk melarikan diri atau menghindari pemicunya, kilas balik yang terputar dalam pikiran, serta emosi negatif yang kuat (misal: jijik, marah, malu, atau sedih).
3. Masalah Trust Issues
Banyak orang yang mengalami trauma pada masa kanak-kanak akan memiliki masalah kepercayaan yang terus mempengaruhi hubungan mereka di masa dewasa. Mereka yang dikhianati, ditinggalkan, dilecehkan, atau diabaikan saat masih kecil cenderung membayangkan orang-orang di saat ini bisa saja melakukan hal yang sama kepada mereka.
Cara berpikir yang seperti ini dapat membuat penderita trauma menghindari hubungan baru, bahkan membuat orang terdekat menjauh darinya dan memilih untuk hidup sendiri. Dengan kata lain, trauma dapat memberi pengaruh secara negatif, termasuk dengan pasangan romantis, keluarga, dan teman.
4. Reaksi Kekanak-Kanakan
Bertemu dengan sumber stres adalah satu dari banyaknya hal yang harus dihadapi seiring dengan semakin dewasanya seseorang. Namun, sebagai orang dewasa pasti ada cara yang bijak untuk menghadapi rasa stres tersebut. Sayangnya pada orang yang memiliki trauma masa kecil, mereka mungkin akan menunjukkan perilaku yang kekanak-kanakan dan jauh dari sikap yang dewasa dan tidak menerapkan cara mengendalikan emosi.
Beberapa contoh perilakunya, seperti merajuk, melampiaskan emosi atau rasa marah pada orang lain, tidak mau berusaha mencari dan melakukan solusi, atau hal lain yang normal dilakukan oleh anak-anak.
5. Menunjukkan Perilaku Menghindar
Para pejuang trauma sering kali menunjukkan perilaku menghindar terhadap orang, tempat, situasi, atau hal tertentu yang dapat memicu munculnya ingatan traumatis. Misalnya, beberapa orang dengan trauma mungkin menolak untuk bicara dengan anggota keluarga atau tidak ingin mengunjungi kampung halamannya. Selain itu, mereka juga mungkin menghindari pembahasan topik tertentu, khususnya yang berkaitan dengan masa kecil.
6. Masalah Kondisi Mental dan Fisik
Mereka yang mengalami trauma di masa kecil kemungkinan 2-5 kali lebih berisiko menderita gangguan mental atau penyakit fisik. Selain itu, trauma masa kecil juga dapat menurunkan kekebalan tubuh seseorang, sekaligus meningkatkan risiko infeksi penyakit. Lebih parahnya lagi, orang dengan trauma kebanyakan lebih rentan terhadap kondisi kesehatan kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, dan gangguan autoimun.
7. Gaya Kelekatan Tidak Aman
Banyak orang yang mengalami trauma masa kecil berjuang untuk membentuk hubungan yang langgeng, sehat, dan stabil. Hal tersebut sering kali disebabkan oleh gaya kelekatan yang tidak aman, mungkin akibat pengasuh yang lalai, kasar, tidak konsisten, atau bahkan tidak ada sama sekali.
Gaya kelekatan ini dapat termanifestasikan sebagai ketakutan yang kuat akan pengabaian dan masalah kepercayaan. Orang dengan trauma masa kecil juga mungkin akan terlalu mengontrol, menunjukkan pola menutup diri, atau mendorong orang lain agar menjauh darinya.
8. Self-Esteem Rendah
Self-esteem dapat diartikan sebagai tingkat harga diri seseorang. Banyak orang yang memiliki trauma menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada mereka di masa kecil, meskipun itu bukan salahnya. Ketika mereka menyalahkan diri sendiri, mungkin akan muncul gambaran bahwa dirinya dapat memiliki kendali akan masa depannya, tetapi sering kali mengarah pada harga diri yang rendah.
9. Emosi Mudah Berubah dan Stres yang Berkepanjangan
Orang dengan gangguan trauma yang tidak segera terselesaikan dapat mengakibatkan stres yang terus terjadi hingga berpengaruh terhadap kondisinya di masa dewasa. Banyak penderita stres yang mengalami emosi kuat, perubahan suasana hati dan stres yang luar biasa.
Banyak ahli yang meyakini bahwa kondisi tersebut dapat terjadi karena terdapat perubahan perkembangan di otak dan kemudian berdampak pada bagian tertentu yang memiliki hubungan dengan rasa stres, takut, atau pengendalian emosi. Seiring berjalannya waktu, hal ini dapat membuat orang tersebut lebih rentan terhadap rasa takut dan emosi negatif lainnya.
10. Sulit Fokus
Pada umumnya setiap orang mungkin mendapati momen di mana dirinya kurang fokus. Akan tetapi, kondisi ini agak berbeda pada orang yang mengalami trauma. Beberapa contohnya, seperti mudah teralihkan, pelupa, dan kurang teratur. Banyak gejala tersebut berkaitan dengan ADD atau ADHD, tetapi kondisi tersebut juga dapat dikaitkan dengan gangguan stres pascatrauma (PTSD).
11. Perilaku Berisiko
Munculnya perilaku berisiko juga menjadi ciri dari trauma masa kecil. Perilaku berisiko adalah segala perilaku yang dapat menimbulkan dampak negatif, seperti minum minuman keras, pergaulan bebas, konsumsi narkoba, mengemudi dengan asal-asalan, dan sebagainya. Perilaku tersebut dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan peristiwa traumatis dapat menyebabkan penderitanya lebih sering melakukan perilaku berisiko. Selain itu, melakukan perilaku berisiko mungkin juga menjadi strategi maladaptif untuk membantu mengatasi perasaan negatif yang tanpa disadari bisa membahayakan nyawa.