Psikologi Olahraga adalah studi dan aplikasi dari sikap dan perilaku atlet (termasuk tim atlet) yang berdampak (baik positif atau negatif) dalam olah raga dan atau pengaturan yang kompetitif. Tujuan dari psikologi olahraga adalah untuk membantu atlet dan tim dalam mengidentifikasi sikap yang tidak sehat dan kepercayaan, menerapkan pelatihan mental dan kemampuan kinerja strategi untuk tampil yang optimal.
1. Game Mental
Game mental Coaching (juga dikenal sebagai pelatihan mental adalah suatu aspek praktis dalam psikologi olahraga. Pelatihan mental membantu pelatihan atlet bekerja melalui hambatan mental, seperti keyakinan, konsentrasi (fokus) atau hal yang berhubungan dengan masalah. Menggantikan sesuatu yang kurang sehat membutuhkan sikap dan kepercayaan dengan yang lebih baik untuk mencapai puncak dalam olahraga. (Baca juga mengenai cara mendidik anak menurut psikologi).
2. Situasi Psikologi
Pada setiap atlet memiliki situasi psikologis pada dirinya. Hal ini akan memicu banyak keraguan, kecemasan, rasa takut akan gagal dan berakibat pada tubuhnya. Kemungkinan para atlet juga akan mengalami Zeigarnik Effect (Heinz Heckhaussen), yakni seorang atlit yang mudah teringat hal-hal yang tak dapat diselesaikan dengan baik (kekalahan atau kegagalan) juga merupakan masalah yang mendorong perlunya mental training. (Baca juga mengenai cara membuat anak fokus dan konsentrasi).
3. Latihan Mental
Jika suatu tugas dihadapi dengan sikap positif, maka potensi keberhasilannya akan semakin nyata. Sebaliknya, jika si atlet malas melakukan latihannya, maka kegagalan akan menghadang. Oleh karena itu, si atlet sendiri yang harus memutuskan bahwa ia mau menjalani setiap program latihan sampai selesai,
dan harus yakin bahwa latihan tersebut akan membawa manfaat bagi kemajuan prestasinya. Tanpa adanya komitmen tersebut, atau jika atlet merasa terpaksa dalam menjalankan latihannya, maka manfaat dari hasil latihan yang dijalaninya akan sirna. (Baca juga mengenai metode analisis karya dalam psikologi sastra).
4. Menjalankan Program Latihan
Keuntungan atau manfaat dari latihan mental hanya akan terasa jika atlet menjalankan seluruh program latihan secara utuh, tidak sepotong-sepotong. Serupa dengan latihan keterampilan fisik, maka proses latihan mental pun harus dilakukan berulang-ulang; karena itu ia memerlukan waktu, usaha, maupun umpan balik dari kemajuan suatu latihan. (Baca juga mengenai teknik fading dalam modifikasi perilaku).
5. Kemauan
Setiap program latihan mental telah dirancang secara terstruktur sehingga seluruh kegiatannya memiliki fungsi dan manfaat masing-masing. Termasuk seluruh penugasan dan evaluasi atau penilaian diri yang harus dilakukan oleh si atlet, merupakan bagian dari program latihan mental yang tidak boleh diabaikan. Latihan mental merupakan suatu proses yang harus dijalani sesuai prosedur, karena itu tidak ada jalan pintas untuk mencapai prestasi dalam olahraga. (Baca juga mengenai bahasa tubuh pria yang sedang berbohong).
6. Aspek Kecakapan Mental
Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills) yang bisa dilatih, mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek pengelolaan emosi, pengembangan diri, peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, persiapan menghadapi pertandingan, dan sebagainya. Bentuk latihan kecakapan mental yang paling umum dilakukan oleh atlet elit adalah:
7. Berfikir positif
Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang mengarahkan sesuatu ke arah yang positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berfikir positif dapat menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi dan menjalin kerjasama antara berbagai pihak.
8. Membuat catatan harian latihan mental (mental log)
Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang ditulis setiap atlet selesai melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain yang berkaitan dengan olahraganya. Dalam buku catatan latihan mental ini dapat dituliskan pikiran, bayangan, ketakutan, emosi, dan hal-hal lain yang dianggap penting dan relevan oleh atlet.
Catatan ini semestinya dapat menceritakan bagaimana atlet berfikir, bertindak, bereaksi, juga merupakan tempat untuk mencurahkan kemarahan, frustrasi, kecewa, dan segala perasaan negatif jika melakukan kegagalan atau tampil buruk.
9. Penetapan sasaran (goal-setting)
Penetapan sasaran (goal-setting) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang harus dituju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output) dari mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus bisa diukur agar dapat melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang ditetapkan. Selain itu pencapaian sasaran ini perlu ditetapkan sedemikian rupa secara bersama-sama antara atlet dan pelatih. Sasaran tersebut tidak boleh terlalu mudah, namun sekaligus bukan sesuatu yang mustahil dapat tercapai.
10. Latihan relaksasi
Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan manajemen stres, adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan otot maupun ketegangan psikologis. Ada berbagai macam bentuk latihan relaksasi, namun yang paling mendasar adalah latihan relaksasi otot secara progresif. Tujuan daripada latihan ini adalah agar atlet dapat mengenali dan membedakan keadaan rileks dan tegang.
Latihan imajeri (mental imagery) merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri, antara lain adalah untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru; memperbaiki suatu gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi dalam pikiran; latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera. Latihan imajeri ini seringkali disamakan dengan latihan visualisasi karena sama-sama melakukan pembayangan gerakan di dalam pikiran.
Konsentrasi merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu. Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi lemparan, pukulan, tendangan, atau tembakan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak jalan sehingga atlet akhirnya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan pasti kepercayaan dirinya pun akan berkurang.
Selain itu, hilangnya konsentrasi saat melakukan aktivitas olahraga dapat pula menyebabkan terjadinya cedera. Tujuan daripada latihan konsentrasi adalah agar si atlet dapat memusatkan perhatian atau pikirannya terhadap sesuatu yang ia lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran atau hal-hal lain yang terjadi di sekitarnya.
Dengan melakukan pelatihan mental yang diikuti dengan baik oleh para atlet akan berdampak baik juga bagi psikologi atlet tersebut. Tidak terganggu dengan masalah-masalah pribadi dan akan membangun mental yang kuat. . Dengan begitu, maka akan terlihat dengan latihan mental yang baik dapat mencapai prestasi puncak, atau prestasi yang lebih baik dari sebelumnya.