Dalam hal ini Komarudin (2015) dalam bukunya memberikan gambaran tentang motivasi. Motivasi berasal dari kata “movere” yang berarti bergerak atau pindah. Dari kata itu kemudian diperoleh kata motif atau motivasi. Perbedaan motif dan motivasi dalam psikologi yaitu jika motif merupakan sesuatu yang berfungsi untuk meningkatkan dan mempertahankan serta menentukan arah dari perilaku seseorang. Sedangkan motivasi adalah perwujudan dari motif-motif yang dimiliki seseorang.
Wann (1997) mendefinisikan hakikat motivasi dalam psikologis sebagai suatu proses yang meningkatkan keadaan emosional dalam tubuh yang membantu membimbing dan membantu perilaku. Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi alasan bagi seseorang untuk melakukan dan mempertahankan perilaku tertentu yang dicirikan adanya proses internal dalam diri seseorang.
Definisi ini menekankan bahwa motivasi bisa berbentuk apa saja baik berasal dari dalam diri atlet maupun dari luar diri seorang atlet. Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi seorang atlet yang berpengaruh pada tinggi rendahnya motivasi sebagai berikut :
1. Motivasi atlet itu sendiri
Hubungan faktor kognisi dengan motivasi yaitu dari dalam diri atlet itu sendiri yang sedang berusaha untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu. Jika atlet sudah puas dengan prestasi yang ada, maka tidak ada lagi usaha untuk memperoleh sesuatu yang baru.
Maka, oleh karena itu atlet harus lebih banyak memperdalam lagi kemampuan, pemahaman, wawasan, dan keterampilan supaya atlet tidak merasa puas atas hasil yang telah dicapainya.
2. Hasil Prestasi
Hasil prestasi sangat menentukan motivasi atlet selanjutnya. Kalah pada pertandingan sebelumnya berdampak negatif pada motivasi atlet berikutnya. Atlet diliputi rasa tidak berdaya dan sepertinya mereka tidak bisa lagi bangun. Terutama saat atlet kalah dari pemain yang dianggap lebih lemah darinya.
JIka atlet telah mendapatkan juara, akan memberikan sikap yang positif untuk kembali lagi menggapai keberhasilan. Kemenangan pertama melawan negara tetangga akan memberikan semangat untuk meraih babak selanjutnya menghadapi negara tetangga lainnya untuk laga berikutnya.
3. Suasana pertandingan
Suasana pertandingan dapat menentukan emosi seorang atlet. Taufik Hidayat, misalnya, kerap menelantarkan pertandingan karena merasa wasit curang. Tentu saja kondisi tersebut tidak menyenangkan. Mempengaruhi motivasi atlet untuk menyelesaikan atau memenangkan pertandingan.
4. Tugas atau kegiatan
Motivasi atlet juga ditentukan berdasarkan tugas atau kegiatan yang diselesaikan. Saat tugas berhasil diselesaikan, kepercayaan diri atlet meningkat. Dengan rasa percaya diri yang tinggi, motivasi juga meningkat. Sebagai contoh, pemain tim nasional sepak bola Indonesia dalam piala Asia tahun 2007 yang lalu. Tugas yang berhasil dilaksanakan akan mendapatkan tambahan energi dan motif untuk bekerja lebih giat.
5. Rasa takut
Ketakutan yang berlebihan dalam psikologi atau takut terhadap sesuatu dapat merupakan motivasi yang kuat bagi seseorang. Perasaan yang takut atau malu jika atlet tidak tahu peraturan tersebut (sportif). Perasaan-perasaan takut atau malu timbul pada diri seorang atlet jika tidak memenuhi sasaran yang ditetapkan oleh pelatih. Jadi para atlet melakukan yang terbaik dalam kemampuan atletik mereka.
6. Kurangnya rasa percaya diri
Atlet yang sudah memiliki prestasi baik itu secara latihan tidak selalu dapat menampilkan kemampuan terbaiknya disaat perlombaan. Hubungan efikasi diri dengan prestasi belajar atlet mampu memberikan gerakan yang terkesan kaku dan sulit memaksimalkan kemampuannya, atlet menghadapi rasa kurang percaya diri.
Semua itu terjadi karena atlet merasa ragu dalam mengambil keputusan, mengambil momentum yang tepat, menjadikan perlombaan beban, kehilangan konsentrasi dan tidak berani merubah strategi.
7. Membanding-bandingkan
Membandingkan-bandingkan antara atlet satu dengan yang lainnya cenderung akan merusak motivasi para atlet. Hal ini disebabkan karena rasa ketidakpuasan dan munculnya rasa malu sehingga akan timbulnya rasa frustasi dari atlet tersebut.
Jika pelatih terlalu sering membandingkan antara atlet satu dengan yang lainnya harga diri atlet itu terganggu. Untuk itu, daripada membanding-bandingkan antar atlet, lebih baik menekankan lebih detail untuk memberikan masukan secara teknik kepada atlet tersebut.
8. Pemberian reward yang tidak tepat
Memberikan reward (penghargaan) yang bukan tujuan merusak motivasi diri internal atlet. Didalam latihan, proses yang muncul dari seorang atlet adalah keingintahuan, keinginan untuk memperbaiki diri atau keinginan untuk mendapatkan sensasi dari teknik yang dijalankan. Bentuk reward atau iming-iming cenderung akan membuat atlet akan terdorong untuk mendapatkan hadiah tersebut. Oleh karena itu, proses penghargaan harus memiliki tujuan.