Psikologi olahraga mempelajari perilaku orang dalam situasi olahraga. Weinberg dan Gould (1995) mendefinisikan psikologi olahraga sebagai studi khusus tentang orang-orang dan perilaku mereka dalam aktivitas olahraga dan latihan. Oleh karena itu, psikologi olahraga dapat diartikan sebagai psikologi terapan dalam bidang olahraga yang meliputi faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi atlet dan faktor-faktor di luar diri atlet yang dapat mempengaruhi prestasi atlet tersebut.
Peran psikologi olahraga pada dasarnya tidak berbeda dengan peran ilmu pada umumnya, yaitu menurut Kerlinger (1975; KONI Pusat, 1995), peran dan tugas ilmu adalah:
- Mampu menjelaskan dan memahami gejala (penjelasan dan pemahaman)
- Mampu membuat prediksi atau strategi secara akurat, dan
- Mampu memantau dan mengelola gejala yang terjadi.
1. Meningkatkan kematangan emosi atlet
Kemampuan atlet dalam menerima rangsangan emosi, seperti pujian, ejekan, ancaman, terlepas dari apakah masyarakat, pelatih atau temannya menilai kekuatan kelemahan mental atlet, karena mentalitas atlet mencakup semua proses psikologis yang diatur sedemikian rupa sehingga gangguan sisi emosional memengaruhi kondisi mental secara keseluruhan.
Mengontrol emosi saat bertanding atau bermain sangat penting bagi seorang atlet. Gangguan emosional biasanya ditandai dengan ketegangan (stress), ketakutan, kemarahan, kegembiraan, rasa jijik, frustasi dan kecemasan. Walaupun emosi merupakan faktor penghambat bagi atlet, namun jika emosi tersebut dapat ditekan dan dikelola dengan baik.
Maka, akan menjadi emosi positif yang dapat meningkatkan motivasi, semangat dan daya juang yang tinggi untuk menghilangkan perasaan tegang, cemas, marah, takut, frustasi untuk meraih kemenangan dan prestasi.
2. Melepaskan dorongan agresif
Olahraga adalah salah satu cara untuk mengarahkan dorongan agresif dalam diri seseorang. Fungsi utama psikologi olahraga adalah mencoba membebaskan orang dari dorongan dari gangguan pasif agresif atau pelepasan katarsis. Oleh karena itu, dalam olahraga sebaiknya menghindari tindakan agresif yaitu tindakan ofensif yang bertujuan untuk merugikan orang lain.
Perlu dibedakan antara permainan agresif dan tindakan agresif yang melibatkan keinginan untuk menyerang dan menyakiti orang lain. Untuk memenangkan pertandingan, Anda harus bermain agresif dalam artian tidak melakukan tindak kekerasan, menyerang dan merugikan orang lain, meskipun para pemain ini tidak takut untuk bermain keras.
Aspek agresif disebut juga keuletan atau kegigihan yang dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau atlet dengan motif dan motivasi yang tinggi. Tekad seseorang sangat mempengaruhi prestasi. Keuletan seseorang atau seorang atlet merupakan keinginan yang kuat untuk melakukan kerja keras atau latihan untuk mencapai suatu tujuan.
3. Optimalisasi fungsi mental
Olahraga juga berperan penting dalam pengembangan fungsi psikologis seperti keberanian, kepercayaan diri pada kemampuan diri, loyalitas, kesabaran, disiplin, kecepatan berpikir, dan lain-lain, bahkan fungsi mental. itu juga dapat mempengaruhi perilaku orang.
Hal ini dapat terjadi karena dalam olahraga orang harus bertindak atau berperilaku sesuai kebutuhan untuk memiliki sifat setia seperti saling membantu, toleransi, saling menghormati dan kewajiban untuk mengikuti hukum atau peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis. olahraga juga memerlukan kemampuan untuk berbuat atau berperilaku memang ada hubungan timbal balik antara jiwa dan olahraga.
4. Penguatan intelektual atau kecerdasan
Olahraga seperti bulu tangkis memerlukan kecerdasan praktis dalam arti mampu bertindak cepat, tepat, proaktif dan kreatif. Fungsi otak dalam psikologi olahraga dalam hal ini memberikan penguatan intelektual atau kecerdasan antara lain merumuskan strategi dan taktik persaingan dengan mempertimbangkan kelemahan dan kekuatan lawan dan diri sendiri.
Aspek intelek dapat dikembangkan melalui pendidikan formal yaitu di sekolah, dan melalui pendidikan informal di masyarakat melalui diskusi, kursus, membaca buku, melihat dan memperbanyak latihan untuk meningkatkan aspek psikologi kognitif.
5. Membangun karakter yang baik
Psikologi olahraga juga berfungsi sebagai pembentuk karakter dan warak yang baik. Meskipun orang memiliki pendapat berbeda tentang apa yang mendefinisikan karakter atau sikap. Secara umum, mereka percaya bahwa atlet biasanya memiliki moral yang baik, pikiran yang baik dan kemampuan untuk bekerja.
Sehingga melekat karakteristik aktualisasi diri yang baik dan mereka dapat dijadikan panutan sebagai pemimpin dalam anggota masyarakat yang baik. Konsep character building (pengembangan karakter) harus dipelajari dengan seksama sebelum dijadikan motivasi. Hal inilah yang dipelajari para atlet dalam psikologi olahraga.