Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Pendidikan » 18 Macam Aspek Psikologi Dalam Analisis Taksonomi Pendidikan

18 Macam Aspek Psikologi Dalam Analisis Taksonomi Pendidikan

by Devita Retno

Istilah Taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu Tassein yang artinya mengelompokkan dan Nomos yang artinya aturan. Secara istilah taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal yang berdasarkan tingkatan tertentu. Taksonomi yang lebih tinggi sifatnya lebih umum dan luas sedangkan taksonomi yang lebih rendah sifatnya lebih rinci atau spesifik. Taksonomi dalam bidang pendidikan dibuat untuk memberi klasifikasi pada tujuan pendidikan yang dibagi menjadi beberapa aspek psikologi dalam analisis taksonomi pendidikan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang dibagi lagi menjadi beberapa tingkat mulai dari paling sederhana hingga kompleks.

Orang yang menyusun taksonomi pendidikan ini pertama kali adalah Benjamin S.Bloom dan rekan – rekannya pada 1956, sehingga ilmu taksonomi juga dikenal sebagai “Taksonomi Bloom”. Pada awal tahun 1950an, dikemukakan bahwa taksonomi yang dikembangkan oleh Bloom dan kawan – kawannya lebih condong kepada sikap mental. Ketiga aspek psikologi dalam analisis taksonomi pendidikan tadi harus ada dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, namun prakteknya tidak semudah itu karena penafsiran dalam beberapa hal bisa menjadi subjektif.

Prinsip Dasar Taksonomi Bloom

Bloom dan Krathwohl menggunakan empat prinsip dasar dalam merumuskan taksonomi pendidikan, antara lain termasuk aspek psikologi dalam analisis taksonomi pendidikan yaitu:

  • Prinsip Metodologi – Adanya perbedaan yang besar direfleksikan pada cara – cara pengajaran para guru.
  • Prinsip Psikologis – Taksonomi harus konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada pada saat ini.
  • Prinsip Logis – Taksonomi harus dikembangkan dengan logika dan dengan konsisten
  • Prinsip Tujuan – Tingkatan pada tujuan – tujuan tidak selaras dengan tingkatan nilai –nilai. Tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya dapat menggambarkan masalah yang netral.

Berdasarkan keempat prinsip ini maka Taksonomi disusun dalam satu tingkatan yang menunjukkan tingkat kesulitannya yang akan direfleksikan kepada kesulitan yang ada dalam proses belajar mengajar.

Tujuan Pendidikan Menurut Taksonomi Bloom

Aspek psikologi dalam analisis taksonomi pendidikan ada pada tujuan pendidikan yang ada di dalam pembahasan Bloom. Dari ketiga tujuan tersebut berupa kognitif, afektif dan psikomotorik menurut Bloom dibagi lagi menjadi beberapa kategori dan sub kategori yang berurutan dan bertingkat yaitu:

A. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)

Kognitif pada dasarnya merupakan aspek psikologi dalam analisis taksonomi pendidikan berupa kemampuan siswa dalam berpikir, mengenali dan memecahkan masalah. Segala daya upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif, menurut Bloom. Teori belajar kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, mengaplikasi, menganalisis, dan mengevaluasi yang termasuk ke dalam enam aspek dari proses berpikir yaitu:

1. Knowledge (Pengetahuan)

Yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat, mengenali tentang nama, istilah, ide dan sebagainya tanpa adanya harapan untuk menggunakannya. Pengetahuan adalah tahap perkembangan kognitif anak berupa proses berpikir yang paling rendah.

2. Comprehension (Pemahaman)

Kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah mengetahui dan mengingatnya. Memahami adalah kemampuan untuk mengetahui tentang sesuatu yang dapat dilihat dari berbagai segi. Seseorang dikatakan memahami apabila ia dapat menjelaskan secara rinci mengenai suatu hal dengan menggunakan kata – katanya sendiri. Pemahaman adalah tingkat proses berpikir yang lebih tinggi daripada pengetahuan.

3. Application (Aplikasi)

Merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi baru menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Aplikasi merupakan tingkat yang lebih tinggi daripada proses berpikir berupa pemahaman.

4. Analysis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan atau merinci suatu bahan dan kondisi menurut berbagai bagian yang lebih kecil dan dapat memahami adanya hubungan antara bagian – bagian tersebut atau antara faktor satu dengan lainnya.

5. Sintesis (Synthesis)

Suatu kemampuan berpikir yang berupa lawan dari proses berpikir analisis. Sintesis adalah proses yang menyatukan bagian – bagian atau unsur secara logis sehingga menjadi pola terstruktur atau membentuk pola baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif. Evaluasi atau penilaian adalah kemampuan untuk membuat pertimbangan pada suatu situasi, misalnya untuk memilih satu pilihan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada untuk jalan keluar bagi masalah yang sedang dihadapi oleh seseorang sesuai dengan kriteria dan patokan yang ada.

B. Ranah Afektif (Affective Domain)

Domain afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, mencakup watak dan perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Sikap seseorang dapat diramalkan bagaimana perubahannya apabila orang tersebut telah memiliki kekuasaan tingkat tinggi pada ranah kognitif. Ranah afektif dibagi lagi menjadi ke dalam lima tingkat yang lebih rinci yaitu:

1. Penerimaan (Receiving/Attending)

Tingkatan ini adalah kepekaan seseorang dalam menerima stimulus dari luar yang datang dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain sebagainya. Yang termasuk ke dalam jenjang ini misalnya kesadaran dan adanya keinginan untuk menerima rangsangan, mengontrol dan menyeleksi gejala atau rangsangan dari luar. Pengertian lainnya berupa kemauan untuk memberi perhatian kepada suatu kegiatan atau objek tertentu, oleh karena itu para peserta didik diajari agar bersedia menerima nilai – nilai yang diajarkan kepada mereka dan mengidentifikasikan diri dengan nilai – nilai yang diajarkan tersebut.

2. Tanggapan (Responding)

Arti yang terkandung dalam aspek tanggapan ini adalah adanya partisipasi aktif dari seseorang. Kemampuan untuk memberi tanggapan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk ikut terlibat secara aktif dalam suatu peristiwa tertentu dan bereaksi dengan cara tertentu pula terhadap masalah tersebut. Ini merupakan jenjang yang lebih tinggi daripada jenjang penerimaan.

3. Penghargaan (Valuing)

Valuing artinya memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu obyek atau kegiatan. Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, semua peserta didik diharapkan tidak hanya menerima nilai yang diajarkan namun juga telah mampu menilai konsep atau fenomena tertentu yang baik atau buruk. Kemampuan untuk menyatakan nilai sesuatu itu baik maka berarti peserta didik telah melakukan proses penilaian sebelumnya.

4. Pengorganisasian (Organization)

Mengatur atau mengorganisasi berarti mempertemukan adanya perbedaan nilai sehingga terbentuk suatu nilai baru yang lebih umum, dan mengembangkan nilai ke dalam sistem organisasi, dan termasuk hubungan antara nilai satu dengan lainnya. Ketahuilah juga mengenai fungsi afeksi bagi keluarga dan tahap perkembangan afektif anak usia dini.

5. Karakterisasi Berdasarkan Nilai (Characterization by a Value)

Kategori ini lebih mengacu kepada karakter seseorang dan daya hidupnya. Tujuan kategori ini berhubungan dengan keteraturan pribadi, sosial dan juga emosi pada jiwa. Semua sistem nilai yang dimiliki seseorang dan berpadu dalam dirinya akan mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku seseorang. Para peserta didik yang telah mencapai tingkatan ini telah memiliki sistem nilai yang dapat mengontrol tingkah lakunya untuk waktu lama, sehingga tingkah lakunya menjadi lebih konsisten dan mudah diprediksi.

C. Ranah Psikomotor (Psychomotor Domain)

Psikomotor adalah salah satu aspek psikologi dalam analisis taksonomi pendidikan berupa suatu kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia berupa keterampilan yang berasal dari kemampuan otot manusia untuk melakukan sesuatu, antara lain keterampilan motorik, intelektual, dan sosial. Dengan kata lain adalah apa yang disebut sebagai kecerdasan kinestetis. Perincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom namun tetap didasarkan pada teori Bloom. Simpson mengembangkan ranah psikomotorik dengan kategori antara lain:

1. Persepsi (Perception)

Berupa penggunaan indera untuk menjadi bantuan dalam pergerakan seseorang, mencakup kemampuan untuk membedakan dua rangsangan atau lebih berdasarkan adanya ciri fisik yang khas pada masing – masing rangsangan yang diterima. Reaksi yang ditunjukkan akan menyatakan kemampuan persepsi tersebut.

2. Kesiapan (Set)
Merupakan kesiapan mental, fisik, dan emosional untuk melakukan gerakan,seseorang mampu menempatkan dirinya dalam kondisi memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan dengan tepat dan cekatan.

3. Respons Terpimpin (Guided Response)

Merupakan tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang lebih kompleks, antara lain kemampuan melakukan imitasi atau meniru dan gerakan mencoba – coba.

4. Mekanisme (Mechanism)

Kategori ini membiasakan untuk melakukan gerakan – gerakan yang telah dipelajari sehingga dapat tampil dengan mahir. Cakupan kemampuan dalam kategori ini adalah untuk melakukan serangkaian gerakan dengan lancar yang telah dilatih sebelumnya tanpa harus memperhatikan contoh lagi.

5. Respons Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)

Berupa gerakan motoris terampil yang terdiri dari pola – pola gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu keterampilan berdasarkan beberapa komponen dengan lancar dan tepat. Kemampuan ini berupa penggabungan beberapa keterampilan sehingga menjadi keseluruhan gerak gerik yang mantap.

6. Penyesuaian (Adaptation)

Kategori ini merupakan keterampilan yang sudah berkembang dan bisa disesuaikan dalam berbagai situasi. Cakupan kategori ini berupa kemampuan untuk melakukan perubahan dan penyesuaian dengan situasi setempat atau dengan tingkat kemahiran keterampilan yang dimiliki.

7. Penciptaan (Origination)

Berkaitan dengan kemampuan untuk membuat gerakan baru yang dapat disesuaikan dengan situasi dan keperluan tertentu. Kategori ini memerlukan adanya kemampuan kreatif untuk membuat pola – pola gerakan yang baru atas inisiatif dan kemauan sendiri.

Aspek psikologi dalam analisis taksonomi pendidikan berguna untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum yang dikenal sebagai Tujuan Instruksional Umum dan juga mencapai tujuan yang berdasarkan tingkah laku siswa, dan mencari metode yang dapat digunakan untuk menganalisis dan mengklasifikasikan pandangan yang berhubungan dengan pendidikan sehari – hari, dan keberhasilan tersebut diukur dalam bentuk tingkah laku siswa, juga mencapai tujuan operasional dalam pendidikan. Selain itu juga merefleksikan mengenai apa saja kesulitan dalam proses belajar mengajar, juga menyertakan psikologi perkembangan anak usia dini dan teori perkembangan anak menurut para ahli.

You may also like