Setiap manusia pasti memiliki kemampuan berpikir yang menjadi bagian dari proses mentalnya. Kita sadari atau tidak, proses berpikir tersebut mempengaruhi seluruh aktivitas atau perbuatan yang dilakukan sebab tanpa adanya kesadaran dalam berpikir, perilaku manusia akan menjadi tidak terarah dan tidak bermakna.
Kemampuan berpikir tersebut merupakan aspek kognitif yang penting untuk dimiliki dan berfungsi dengan baik. Kognitif adalah bagaimana otak individu mendasari berbagai kemampuannya dalam menentukan hubungan, penilaian, pertimbangan, serta pembuatan keputusan.
Di sisi lain, adanya kemampuan kognitif ini dapat dimodifikasi ketika seseorang mengalami gangguan psikologis yang mempengaruhi kemampuannya dalam hidup. Proses modifikasi ini diterapkan dalam suatu psikoterapi yang dinamakan dengan terapi kognitif.
Pengertian Terapi Kognitif
Menurut Clark dan Beck (1954), terapi kognitif atau cognitive therapy merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang menekankan pada empirisme saintifik dengan cara identifikasi tidak berdasar pada strategi intervensi, melainkan dengan konseptualisasi kognitif terhadap psikopatologi dan proses perubahan terapeutik.
Sedangkan menurut Rupke, Blecke, dan Renfrow (2006), terapi kognitif dapat diartikan sebagai serangkaian perlakuan yang digunakan untuk membantu pasien memperbaiki kepercayaan yang keliru yang mengarahkan pada suasana hati atau tingkah laku tertentu.
Secara sederhana, Kaplan (1997) dalam Priyono (2013) mengatakan bahwa terapi kognitif merupakan terapi terstruktur yang menggunakan kerja sama aktif antara terapis dengan pasien dalam jangka waktu yang tidak terlalu panjang untuk tujuan terapeutik terkait masalah yang terjadi saat ini.
Manfaat Terapi Kognitif
Terapi kognitif sudah banyak terbukti efektif untuk mengatasi sebagian besar gangguan psikologis. Di sisi lain, terapi ini juga dapat lebih efektif ketimbang penggunaan obat yang efeknya mungkin tidak bertahan lama karena inti dari gangguan sebenarnya belum teratasi. Berikut adalah beberapa manfaat dari terapi kognitif serta gangguan-gangguan yang dapat dibantu penyembuhannya:
- Secara langsung, terapi kognitif bermanfaat untuk memperbaiki, menghentikan, atau mengganti pola pikir tertentu.
- Secara tidak langsung, menghilangkan perilaku yang tidak sesuai dan meningkatkan perilaku yang lebih produktif melalui perubahan cara berpikir.
- Menjadi upaya penyembuhan yang tidak memerlukan obat dan lebih efektif dari obat antidepresan (Derubeis, dkk., 2005).
- Membuat pasien dapat mengidentifikasi sendiri pikiran negatifnya agar dapat mengoreksi dan mengatasi pikiran tersebut.
- Membantu mengatasi gangguan psikologis, seperti gangguan kecemasan, gangguan kepanikan, gangguan makan, fobia sosial, masalah kepribadian, masalah dalam pernikahan, kesendirian, mengalami pelecehan, Generalized Anxiety Disorder (GAD), Obsessive-Compulsive Disorder (OCD), serta Post-traumatic Stress Disorder (PTSD).
Cara Kerja Terapi Kognitif
Serupa dengan terapi-terapi lainnya, terapi kognitif juga sangat mengutamakan hubungan antara pasien dengan terapis. Hal ini dikarenakan untuk dapat memberikan pengaruh yang efektif pada pola pikir seseorang, ia sendiri harus percaya bahwa apa yang terapis berikan dan minta untuk dilakukan adalah untuk kebaikan dirinya.
Oleh karena itu, pasien harus tahu rangkaian proses yang akan ia jalani. Mulai dari susunan aktivitas, penjelasan mengenai teori modifikasi perilaku, teori terapi kognitif, prinsip-prinsip yang mendasari, teknik yang digunakan, serta rangkaiannya secara jelas.
Terapis juga perlu mengetahui dengan baik kondisi klien, baik pada pikiran, perasaan, maupun proses fisiologis yang dialami. Pemahaman tersebut kemudian diarahkan menjadi teknik terapi yang dapat membantu klien memahami dirinya sendiri serta menafsirkan realitas dari sudut pandang baru sehingga dapat memodifikasi perilakunya.
Sebenarnya, komponen emosi individu tidak terlalu berpengaruh pada inti terapi ini dan bagian terpentingnya adalah personal schema di dalam diri pasien. Akan tetapi, emosi juga memiliki peran penting dalam keberjalanan terapi secara umum, yakni untuk membawa pasien dalam kondisi yang siap untuk mengungkapkan pengalaman-pengalamannya.
Dengan demikian, output dari terapi kognitif adalah munculnya kemampuan individu untuk memahami dan mengatasi sendiri permasalahannya, terutama yang mengganggu kehidupan sehari-hari dan membahayakan diri sendiri serta orang lain melalui perubahan pola pikir yang menghasilkan perilaku baru atau dengan menghilangkan perilaku lama yang kurang baik.
Contoh Penerapan Terapi Kognitif
Salah satu contoh penerapan terapi kognitif yang sering dilakukan pada pusat rehabilitasi adalah terapi pada pengguna obat-obatan terlarang atau narkoba, khususnya pada pecandu kokain. Di sana mereka diberikan pembelajaran, pendampingan, serta kegiatan-kegiatan yang mendorong mereka untuk menghentikan adiksinya.
Penyalahgunaan serta ketergantungan pada kokain setelah serangkaian proses rehabilitasi dengan terapi kognitif membantu mereka untuk menata kembali cara berpikir terhadap kokain itu, seperti bagaimana dampaknya, adakah manfaatnya, adakah cara lain yang lebih positif dibanding narkoba, dan hal-hal rasional lainnya.
Akhirnya, mereka bisa benar-benar sembuh dari adiksi karena sudah tidak ada lagi pikiran yang negatif dan mendorong pada perilaku negatif pula karena konsep dalam otaknya sudah berubah dan bersifat menetap.
Contoh lainnya adalah pemberian terapi kognitif pada individu yang mengalami gangguan kecemasan. Terapis akan membantu pasien untuk memahami bahwa situasi atau hal yang menyebabkan munculnya rasa cemas pada dasarnya tidak dapat dihindari karena akan menyebabkan rasa cemas lainnya.
Selama proses terapi, pasien akan dilatih untuk menghadapi rasa cemasnya secara bertahap dari hal yang paling ringan sampai berat sampai mereka sudah cukup siap dan percaya diri untuk mengatasi sendiri permasalahan ketika berada dalam situasi cemas.
Caranya adalah dengan membuat pasien memikirkan kembali pola pikirnya yang mendorong pada respons negatif dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya mengingatkan diri sendiri ketika sadar ada pikiran negatif yang muncul atau memikirkan secara mendalam terhadap apa yang ingin dilakukan terkait dengan dampaknya.
Kesimpulan Pembahasan
Kesimpulannya, terapi kognitif merupakan bentuk psikoterapi yang menekankan pada proses kognitif terkait cara berpikir serta pengolahan informasi yang berpengaruh terhadap perilaku individu dan mengakibatkan adanya gangguan di masa sekarang.
Manfaat dari terapi kognitif cukup banyak, di antaranya membantu mengatasi gangguan psikologis, seperti gangguan kecemasan, gangguan kepanikan, gangguan makan, fobia sosial, masalah kepribadian, masalah dalam pernikahan, kesendirian, mengalami pelecehan, GAD, OCD, serta PTSD
Cara kerja dari terapi kognitif berpusat pada peran terapis yang memberikan serangkaian latihan pada pasien untuk mendorongnya menata kembali pola pikirnya sehingga dapat lebih memahami kondisi yang dialami dan nantinya dapat mengatasi sendiri permasalahan yang saat ini sedang dihadapi.
Contoh dari penerapan terapi kognitif ada pada pecandu narkoba serta penderita gangguan kecemasan yang dilatih secara bertahap untuk menghadapi masalahnya hingga pada akhirnya akan berada pada satu titik saat mereka berhasil terlepas dari perilaku yang negatif dan memunculkan perilaku baru yang lebih positif.