Home » Teori Psikologi » Teori John Dewey dalam Psikologi Pendidikan

Teori John Dewey dalam Psikologi Pendidikan

by Arby Suharyanto

Teori pendidikan dalam psikologi dipelopori oleh seorang psikolog asal Amerika Serikat yakni John Dewey yang kini memiliki ilmu dasar Teori John Dewey dalam Psikologi Pendidikan, berikut selengkapnya.

Pengertian

John Dewey mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain (Sugihartono dkk, 2007:108). (Baca juga mengenai teori kurt lewin )

Apabila belajar siswa tergantung pada pengalaman dan minat siswa maka suasana belajar siswa akan menjadi lebih menyenangkan dan hal ini akan mendorong siswa untuk berfikir proaktif dan mampu mencari pemecahan masalah, di samping itu kurikulum yang diajarkan harus saling terintegrasi agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan memiliki hasil maksimal. (Baca juga mengenai teori frustasi )

John Dewey dalam bukunya Democracy and Education (1950: 89 90, dalam Dwi Siswoyo dkk, 2011), pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya.  (Baca juga mengenai teori disiplin )

Seperti telah diuraikan di muka bahwa dalam teori pendidikan disebutkan bahwa permasalahan muncul dibangun dari rekonstruksi yang dilakukan oleh siswa sendiri, hal ini dapat dikatakan bahwa dalam pendidikan ada keterkaitan antara siswa (Baca juga mengenai teori empati )

dengan permasalahan yang dihadapi dan siswa tersebut yang merekonstruksi lewat pengetahuan yang dimiliki. Selain itu dari teori kognitif yang menegaskan pengalaman sebagai landasan pembelajaran juga sangat relevan. (Baca juga mengenai teori empirisme )

John Dewey tidak hanya mengembangkan teori pendidikan yang terangkum dalam teori kognitif tetapi juga mengembangkan teori perkembangan moral peserta didik. John Dewey membagi perkembangan moral anak menjadi tiga konsepan, yaitu konsep premoral atau preconventional, konsep conventional, dan konsep autonomous (Dwi Siswoyo dkk, 2011).

Konsep

Selanjutnya John Dewey (Dwi Siswoyo dkk, 2011) menjelaskan beberapa konsep yang dikemukakan, yaitu:

  • Konsep premoral. Tingkah laku seseorang didorong oleh desakan yang bersifat fisikal atau sosial.
  • Konsep convention. Seseorang mulai bisa menerima nilai dengan sedikit kritis berdasarkan kepada kriteria kelompoknya.
  • Konsep autonomous. Seseorang sudah mulai bisa berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan akal pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri, tidak sepenuhnya menerima kriteria kelompoknya.

Teori perkembangan moral peserta didik sangat berhubungan dengan teori pembelajaran kognitif. Hal ini dapat dilihat dalam teori perkembangan moral peserta didik, seseorang mengalami beberapa tahap dalam bertingkah laku di lingkungan sosial atau kelompoknya dan hal ini akan membawa pengalaman dan memberi pengetahuan pada siswa tersebut.

Teori kognitif  pada dasarnya membahas faktor faktor kognisi yang berhubungan dengan jiwa atau kondisi psikologi seseorang. Definisi dari kognisi yaitu suatu proses atau upaya manusia dalam mengenal berbagai macam stimulus atau informasi yang masuk ke dalam alat inderanya, menyimpan, menghubung hubungkan, menganalisis, dan memecahkan suatu masalah berdasar stimulus atau informasi tersebut (Sugihartono dkk, 2007).

Pengertian tersebut mengandung arti bahwa gejala kognisi sering dikaitkan dengan proses belajar seseorang yang didapat dari pengamatan termasuk pengalaman dan melalui alat indera hingga pada akhirnya dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

Penerapan

John Dewey, 1990 dalam Dimyati, 1990 menjelaskan beragam penerapan teorinya yaitu :

  • Maladjusment. Orang yang dimotovir menghadapi suatu rintangan (menghadapi problem).
  • Diagnosis. Orang itu melokalisir sumber problimnya dan mempertimbangkan strukturnya. Langkah ini menyangkut kemampuan analisis untuk mengabstraksi dan membentuk konsep.
  • Hipotesis. Orang itu membuat satu atau lebih dugaan. Langkah ini menyangkut imajinasi kreatif.
  • Deduksi. Orang itu berusaha menentukan bahwa dugaannya itu akan benar. Langkah ini menyangkut logika dan pengalaman.
  • Verifikasi. Orang itu mengecek langkah keempat dengan fakta fakta yang ada. Langkah ini menyangkut sampling dan eksperimen.

Penerapan pada pembelajaran siswa dalam psikologi pendidikan

Teori kognitif John Dewey dapat diaplikasikan dalam pembelajaran siswa khususnya pada pembelajaran kognitif. Pembelajaran kognitif menekankan pada keaktifan siswa dalam berpikir untuk memecahkan masalah dengan cara merekonstruksi masalah dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah didapat.

Hal ini tentunya akan melatih siswa untuk berpikir secara rasional dalam memecahkan masalah. Proses pembelajaran kognitif harus dilakukan secara berkelanjutan agar ada perkembangan dalam kemampuan berpikir siswa.

Sugihartono dkk, (2007) menjelaskan misi dari pemerolehan pengetahuan melalui strategi pembelajaran kognitif adalah kemampuan memperoleh, menganalisis, dan mengolah informasi dengan cermat serta kemampuan pemecahan masalah.

Dalam hal ini siswa dituntut untuk menjalani proses pembelajaran yang bersifat intensif agar siswa memiliki kemampuan untuk memperoleh informasi hingga memperoleh kemampuan memecahkan masalah. Berdasarkan pandangan kognitif tentang bagaimana pengetahuan diperoleh atau dibentuk, belajar merupakan proses aktif dari pembelajar untuk membangun pengetahuannya (Sugihartono dkk, 2007).

Teori kognitif merupakan landasan pokok bagi pembelajaran siswa karena teori ini mengutamakan kemampuan siswa secara verbal. Tujuan pendidikan menurut teori belajar kognitif adalah (Sugihartono dkk, 2007):

  • Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
  • Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat direkonstruksi oleh peserta didik.
  • Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari hari.
  • Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.
  • Guru berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi menjadi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

Kritik

Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan kognitif menurut John Dewey lebih mengarah pada kemandirian siswa dengan kata lain guru hanya menjadi mediator atau menyampaikan materi pendidikan. Dengan cara tersebut maka kemampuan siswa menjadi lebih berkembang sehingga kualitas pendidikan yang dimiliki oleh siswa tersebut menjadi lebih baik.

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar pendidikan, penulis mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:

  • Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri
  • Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif
  • Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru
  • Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa
  • Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka
  • Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih

You may also like